Minggu, 19 Juni 2011

Review Perahu Kertas by Hartono Rakiman


Accidentally in love dengan review Perahu Kertas yang ditulis oleh Hartono Rakiman dalam blog Rumah Baca. Dijabarkan secara sederhana tapi kena banget. Tidak menggunakan kata-kata yang susah dicerna, tidak menyebutkan berbagai teori penulisan yang pastinya bikin saya, yang kroco ini, mumet. Simply beautiful gitu.

Contohnya, dia menulis seperti ini, "Kombinasi antara Keenan dan Kugy itu unik, dan pastinya akan menjadi semakin dahsyat jika bersatu dalam senyawa." Wah! Itu penggambaran yang keren menurut saya! Faporit, ah!! Mungkin saya yang berlebihan ya, tapi entahlah, saya ikut merinding saja bacanya. Mungkin menurut orang lain review ini biasa saja, tidak wah, tapi ya justru yang 'biasa dan ringan' ini yang lebih mudah saya pahami dan masuk ke hati. *Apa sih, Puts...*

Hahaaaa... tapi serius, akhir-akhir ini saya emang agak 'mblenger' membaca beberapa tulisan puanjaaang yang susah masuk ke otak saya. Termasuk untuk genre yang mengandung gombalisme ekstrim. Haha! Saya ini memang malas mikir sepertinya...

Dari dulu saya kepingin bikin review Traveler's Tale: Belok Kanan Barcelona yang ditulis Adhitya Mulya dan kawan-kawan. Novel ini udah terbit lama banget sih, 2007 kalau ngga salah, tapi saya masih suka membaca ulang sampai sekarang. Mungkin sudah lebih dari lima kali, haha! Lah wong, hampir tiap saya bepergian naik kereta, saya selalu 'sangu' buku ini. Pengennya sih bikin review simple tapi oke, ngga banyak cingcong, ngga banyak teori, yah seperti yang dilakukan oleh reviewer Perahu Kertas ini. Tapi ngga tau kapan bakal mulai nulis reviewnya... Uhm...

Anyway, dimanakah Perahu Kertas saya berada saat ini?? Terakhir saya mengkhatamkannya tahun lalu di atas Kapal Wahyu Akbar, si Rodeo Boat, yang membawa saya ke Pulau Sapudi. Lalu pas berada di rumah Pak Harto, the Shaman from Sapudi, buku itu dipinjem sama Nuran. Terus balik ke Surabaya, buku itu ditinggal di kosan Ayos. Abis itu, ngga tau deh... semua orang mendadak hilang ingatan, termasuk saya. :|

8 komentar:

  1. sangat teenlit, seperti bukan Dee. apa karena kulino moco Supernova ya?

    eh katanya mau terbit buku lagi?

    BalasHapus
  2. @Dhani: jusssteru karena teenlit ituuu, mudah saya cerna, hehe... saya mah ga cocok buat tulisan2 yang ruwet... level saya memang jauh di bawah Anda dan kawan2, masbro... kayaknya sih yang mau terbit itu antologi deh :)

    BalasHapus
  3. coba tanya ke dhani put. dia profesinya kan maling buku :p

    BalasHapus
  4. Dhani! Kamu yang nyolong ya! -atas rekomendasi Nuran-

    BalasHapus
  5. Terima kasih berat untuk apresiasinya. Saya juga nggak tahu, mengapa tiba-tiba pengin nulis review buku kayak gitu. Biasanya agak serius. Lihat review buku-buku saya yang lain.
    Saya juga ikut terharu ketika Rumah Baca diapresiasi media: radio (RKM, Green Radio Pro 2 FM), Koran (Jurnal Nasional, Kompas, The Jakarta Globe), Majalah (Tempo). Dan terakhir, katanya masih dalam tahap editing di majalah Reader's digest.

    BalasHapus
  6. @Mas Hartono Rakiman: Waduhh, dikomen sama penulis reviewnya, makasi mas, maaf ngga izin sebelumnya :)
    Wah selamat atas apresiasi media terhadap Rumah Baca ya :)

    BalasHapus