Kamis, 22 Maret 2012
Hugo
Jumat, 29 April 2011
Rabu, 06 April 2011
Julie & Julia

Well… saya ngga bisa mereview film sebagus yang dilakukan oleh dua teman saya, Mas Iman dan Mas Yandri. Tapi saya pengen banget menulis impresi saya setelah nonton film based on true story ini semalem. Jadi yah, maaf kalo jadinya rada spoiler. Semoga tidak akan mengurangi kenikmatan jika kalian menontonnya langsung.
Awalnya, saya sudah hampir menekan menu 'stop' ketika beberapa menit pertama saya tidak menemukan sesuatu yang menarik untuk ditonton. Scene dibuka oleh percakapan antara Meryl Streep yang berperan sebagai Julia Child dengan suaminya Paul Child. Terus terang saya agak terganggu dengan ‘logat aneh’ si Julia ini. Beruntung, beberapa menit kemudian, muncul scene lain di mana Amy Adams, sebagai Julie Powell, tampak kerja bakti bersama suaminya Eric Powell dalam rangka pindah ke apartemen baru. Oke, saya tidak jadi menekan tombol ‘stop’ karena sepertinya film ini tidak melulu diisi dengan logat Julia Child yang naik-turun itu.
Julie and Julia dimainkan dalam setting waktu yang berbeda. Julia Child pada tahun 1950an, sedangkan Julie Powell hidup pada tahun 2000an. Yang menjadi benang merah di sini adalah they deeply in love with cooking. Yes, simply, they have a same passion.
Julie Powell adalah seorang ‘almost writer’ yang dulunya pernah menulis novel namun tidak dia selesaikan. Well, karena ‘hampir selesai’ itulah dia ngga bisa disebut sebagai ‘penulis’ sesungguhnya. Dia merasa bahwa semua yang dilakukan ngga pernah beres dan selesai dengan baik. Ditambah dia juga ngga enjoy-enjoy banget menjalani pekerjaannya sebagai operator layanan call-center.
Kenikmatan yang lain baru benar-benar dia rasakan ketika memasuki dapur kecilnya di apartemen tempat ia tinggal bersama sang suami. Waw, tangan-tangannya lincah mencacah ini itu. Dan makanan yang ia buat, benar-benar ‘terlihat’ enak di mata saya. Jangan nonton film ini dalam keadaan perut kosong, sodara. Anehnya, sebagai seorang yang pintar memasak dia tidak pernah makan telur seumur hidupnya! Lucu juga pas dia harus merebus telur, dan terpaksa memakannya. Agak jijik ketika memasukkan putih telur dalam mulutnya, lalu “Yum!” she said. Haha!
Nah, karena agak-agak desperate dengan kehidupannya yang gitu-gitu aja, dia mulai menantang dirinya sendiri, untuk for once in her life, benar-benar menyelesaikan sesuatu. So, she is starting to write a blog. A cooking blog. Dengan tantangan berupa, 365 hari memasak 524 resep sesuai buku yang pernah ditulis oleh Julia Child dengan judul Mastering The Art of Cooking French. Noh! Judulnya aja udah sedap! Karena ini based on true story, maka blog The Julie/Julia Project ini beneran ada lho... Coba saja klink tautan ini.
Awalnya beberapa orang sempat mencibir si Julie. Terutama ibuny. Tapi atas nama gengsi, dan kecintaannya terhadap Julia Child serta dunia masak-memasak, si Julie keukeuh untuk menyelesaikan tantangan tidak mudah ini.
Sementara itu, pada sisi kehidupan Julia Child, penonton akan melihat bagaimana passion memasak, yang secara tidak sengaja ia temukan ketika pindah ke Perancis, membawanya hingga menjadi seorang penulis buku Mastering The Art of Cooking French itu. Kenapa saya bilang ngga sengaja, karena awalnya dia pun kebingungan mau ngapain di Perancis, selain mengikuti tugas suami. So dia mulai mengikuti kelas-kelas kursus, hingga akhirnya dia nempel dan betah pada satu kelas memasak untuk professional chef, di mana dia adalah satu-satunya peserta wanita non-profesional chef, yang kesulitan berbahasa Perancis tentu saja.
Tapi jangan kira dia dengan gampang menerbitkan buku begitu saja. Hampir desperate karena masalah dengan publisher buku yang menyukai karyanya, tapi tidak ingin menerbitkan buku itu karena masalah duit tentu saja. Padahal Julia Child dan partner menulisnya harus terbang jauh ke luar Benua Eropa untuk bertemu muka dengan para publisher ini. Well, dengan baik hati Paul Child, sang suami, berkata, “Someone is going to publish your book. Someone is going to read your book, and realize what you've done. Because your book is amazing. Your book is a work of genius. Your book is going to change the world.” Makjleb! Cewe mana sekarang yang ngga pingin punya pasangan hidup dengan pikiran seperti itu. Hehehe :)
“You’re the butter to my bread…” adalah kiasan yang diucapkan oleh Paul Child pada Julia Child sebagai pengganti I love you. Haha! Agak aneh, tapi romantis abisss… Dan kata-kata ini juga pada akhirnya diucapkan oleh Julie Powell untuk suaminya pada eksekusi resep ke 524! Yes! She did it!
Saya merasa film ini bukanlah sekedar film masak-memasak biasa, seperti No Reservation yang dibintangi oleh Catherin Zeta-Jones, which is terlalu banyak drama menurut saya. Baca saja tagline dalam poster film ini: Passion. Ambition. Butter.
Julie and Julia ini semacam membawa pesan terselubung bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan senang hati, pasti akan menghasilkan sesuatu. Oh, apalagi kalau pekerjaan itu memang passion kita! Jatuh bangun pun ngga bakalan bikin kapok! Setiap hari berasa ‘meledak-ledak’ terus! Entah itu untuk kepuasan diri atau berakhir menjadi sebuah manfaat buat orang lain.
Bayangkan saja, pada saat buku masakan Perancis itu terbit, ya mana pernah Julia Child bakal menyangka bahwa sebuah buku yang dia susun dengan susah payah, bakal membuat Julie Powell, yang hidup puluhan tahun berikutnya, menemukan kepercayaan diri dan bisa berteriak sepenuhnya, “yes, I’m a writer!”.
Oh iya, a cooking blog Julie ini pada akhirnya masuk dalam jajaran teratas blog salon. Noh! Betapa cewe ini kegirangan, ketika tulisannya banyak dibaca orang. Apalagi, menurut saya, gaya menulis dan mendiskripsikan makanan memang sangat unik. Dia memperlakukan makanan yang sudah dimasak selayaknya benda yang bisa bernafas.
Yah, namun sayangnya, berhembus kabar bahwa si Julia tidak menyukai apa yang dilakukan oleh Julie. Tadi saya sempet baca FAQ di IMDB tentang kenapa kok si Julia ngga suka blog Julie. Well ini pernyataan dari Julie Powell menanggapi kabar tersebut, saya copas dari IMDB:
A lot of people have been asking whether it's true that Julia Child wasn't a big fan of Julie Powell, and whether she and I really didn't meet. Both of those things are true - Julia, I think, from what I gather, was less irritated than simply uninterested. Which, when I first found out, was of course devastating. But the thing about Julia, to me, was that she was a real person - a great 6-foot-2 force of nature, with tremendous gifts, nearly limitless energy and generosity, firm opinions, and even a few flaws.
That's what I love about her - she inspired because she was a woman, not a saint. Not to say that her not loving my blog was a flaw. I just mean that the fact that she might not for whatever reason adore me as much as I adore her has absolutely no bearing on what is wonderful about her. Throughout her life, Julia nurtured and encouraged and gave great help to chefs and writers both.
And she changed my life. No matter what she - or anyone else, for that matter - thought of the project. I know why I did what I did, and I am proud that I spent a year writing and cooking in tribute to one the most wonderful women I've ever not met. I have read in several places that Julia was aware of the blog, never read it, but was told that it was full of foul language and therefore she felt that Julie was making a mockery of something Julia holds so dear. That is what I read... does not mean that it is true. Interesting question, though.
Okelah apapun itu masalahnya, saya merekomendasikan film ini untuk segera ditonton. Terutama buat Anda yang hobi galau, bingung, dan ngga jelas dalam menghadapi kemelut hidup ini #eaaaaa… This is such an inspiring movie yang ‘enak’ dan ringan buat ditonton. Yumm!!
Happy watching! Bon Appetit!
Jumat, 12 November 2010
Scott vs Ramona!!

Berikut tips nonton Scott Pilgrim vs The World:
- Konsentrasi. Karena film ini bergerak cepat, kamu akan ketinggalan banyak detil-detil seru dan lelucon yang ngga murahan, kalo mikirin hal lain. Dont blink your eyes lah, kalo bisa :p
- Pasang volume max. Jangan pedulikan tetangga kamar kos yang ribut, karena semua musik yang ada di film ini ngga afdol kalo ngga didengerin keras-keras!! Dari backsound Universal di awal film, sampe The Ramona Song di bagian ending... Semuanya asip!
- Udah sih itu aja... happy watching!
Sabtu, 31 Juli 2010
Waiting List: Harry Potter and the Deathly Hallows

Wohohoo... saya setengah ngga percaya kalo film terakhir Harry Potter ini bakal digelar versi 3D-nya . Barulah ketika saya nonton trailernya di sini, saya ngga bisa berhenti nge-replay tayangan itu! Ya Tuhaaan, semoga full versi film ini se-mahadewa trailernya... Semoga juga, dengan dibuat dua bagian (November 2010 dan Juli 2011), film ini dapat memuaskan para penggemarnya hingga tetes terakhir, karena sudah tidak ada lagi Harry Potter ke delapan, sembilan, dan sepuluh...
Rasanya, saya sudah ngga sabar buat antri panjaaaaang di XXI...
Kamis, 29 Juli 2010
The Motorcycle Diaries

Selasa, 27 Juli 2010
Prisoner of Love

Saya inget dua tahun yang lalu udah niat ngedonlot lagunya Utada Hikaru yang Prisoner of Love ini, hahaa tapi ya kok lupaaa. Kebetulan beberapa waktu yang lalu, saya YM-an sama seorang temen, Rere. Kami berdua iseng-iseng ngobrolin mbak Ueno Juri. Lalu, tring!! Saya inget lagu ini, dan langsung saya unduh saat itu juga. Sekalinya saya pasang di playlist, langsung pake mode repeat track seharian, wehehe... Sebenernya saya bukan penggemarnya Hikki banget sih, paling ya suka sama beberapa lagunya kayak First Love, Sakura Drops, gitu-gitu aja...
Nah, kebetulan si Prisoner of Love jadi sontrek dorama Jepang yang judulnya Last Friends. Bukan dorama haha-hihi. Sudah bisa terlihat dari posternya kan?? Nah, kebetulan temen saya, si Rere lagi tergila-gila sama Nodame Cantabile, yang dimainkan oleh Ueno Juri tadi. Dia berperan jadi cewek manis tapi dodol dengan bakat luar biasa sebagai pianis. Kalo udah pegang tuts piano, dia kayak hidup di dunia lain.

Oya, di Last Friends juga ada Nishikido Ryo. Jangan bayangkan dia jadi cowo melankolis lagi kayak di Ichi Rittoru No Namida. Si Ryo berperan sebagai pacar sadis, psycho, sarkas, suka ngegampar cewe, trus kalo mo ditinggal si cewe, dia nangis-nangis kayak anak kecil. Pokoknya dia menjadi lelaki yang sangat menganggu, walopun udah ditolak berkali-kali sama si cewe.. Saya jadi agak ilfil juga sama si Ryo :D Yahh walopun agak males-malesan nontonnya, karena ngga ada lucu-lucuannya sama sekali, tapi selese juga 11 episode Last Friends itu. Hehe... Akting mereka bagus sih, sadisnya naujubilaah!!
Hm, kalo Prisoner of Love mungkin menggambarkan isi hati Ruka (Ueno Juri) kali ya.. Yah dia kan lesbian, sedangkan si cewe yang ditaksir cuman menganggap Ruka adalah teman terbaiknya yang selalu bisa diandalkan kapan saja. Ruka sendiri adalah tipikal orang yang 'tidak memaksakan', yang penting orang yang dia cinta itu bisa bahagia, walopun dengan orang lain, maka Ruka sudah bisa lega. Lega tapi miris.
Eh iya, isi lagu si Hikki ini jadi agak dangdut kalo ditranslet ke bahasa Indonesia...
"aku tahanan cintaaa... tahanan cintaa..." :p
Hm... ini postingan sebenernya ngomongin apa siih?? Wkkkwkw...
Minggu, 25 Juli 2010
Despicable Me

Hellow, Summer!!
Sudahkah dompet Anda terkuras demi lembaran tiket film-film musim panas
Jadi, hm... sudah nonton Despicable Me? Kalo belum, kasian banget... Heheee... Serius, ini film animasi 3D yang sangat menghibur, sekaligus merugikan saya. Kenapa? Ceritanya bermula berminggu-minggu yang lalu. Saya ngga tau kalo film ini ternyata larisnya minta ampun. Karena waktu itu demam vampir melankolis masih menghantui seluruh studio XXI di Surabaya, maka saya dan seorang teman, santai aja mo ngantri film animasi. Saya beli pop corn. Si Teman ngantri tiket. Sampe antrian depan, kami berdua melotot melihat jam tayang Despicable Me sudah dicoret.
“Sudah penuh,” kata si Mbak XXI.
Saya dan Temen cuman bisa melongo kayak orang bodoh, apalagi pop corn sudah di tangan.. hiiihh, salah apa kami berdua?!! Alhasil, kami cuman duduk di lobi studio ngeliatin orang seliweran sambil ngemil pop corn sampai habis, bicara ngalor ngidul sampai bibir terasa asin, lalu... lalu pulang deh.
Maka, saya tambah penasaran. Ada apa dengan Despicable Me? Kenapa laris banget? Kemana perginya pamor Edward Cullen yang lebih nyata dibandingkan dengan sebuah film animasi?? Saya memang ngga pernah nonton trailernya, baca reviewnya juga belum. Cuman sekilas ngeliat posternya pas buka-buka Cinemags milik sepupu saya. Dan lagi saya sudah ketinggalan Toy Story 3, saya ngga mau kelewatan film animasi ini lagi.
Besoknya, dengan nawaitu yang lebih nawaitu, saya dan Teman akhirnya mendapatkan tiket nonton film yang bertagline Superbad Superdad itu, dua deret dari bangku paling depan. Huahaha, mampus deh…
Di buka dengan lagu berjudul sama, dinyanyikan oleh Pharrell Williams, penyanyi bergenre Hip Hop, film ini bercerita tentang sesosok pria bernama Gru, yang sangat terobsesi menjadi perampok terjahat di dunia. Dia dibantu oleh Dr. Nefario, seorang ilmuwan tua yang pendengarannya udah ngga beres, beserta ribuan Minion sebagai pasukannya. What is Minion?? Yap, sebuah robot yang konon berasal dari biji jagung, berwarna kuning, kadang bermata satu, bermata dua, bermata juling, kadang gendut, kadang kurus. Yang jelas mereka ini pinter tapi bego, konyol tapi loyal pada majikannya, mau diapain aja, disuruh apa aja sama si Gru, mereka dengan bodohnya mau. Tapi ya itu, dalam melaksanakan tugas, mereka menggunakan inisiatif sendiri. Cara yang bikin perut Anda kram karena kebanyakan ketawa.
Gila, Budheee... Minion sungguh hiburan!! Mereka punya bahasa sendiri, entah bahasa apa, yang jelas saya cuman bisa memahami kata, ”Papoy, Papoy...” yang artinya adalah toy; mainan. Walopun jumlahnya ribuan, tapi si Gru ini sangat hapal nama-nama pasukannya.
Cerita bermula ketika Gru sirik melihat seorang perampok-entry-level bernama Vector. Aslinya sih nama dia Victor, tapi nama itu dianggap kurang gaul, terlalu cupu, makanya dia ganti jadi Vector. Lelaki kurus ramping yang selalu make kostum oranye mirip bajunya Bruce Lee ini berhasil mencuri satu Piramida dari Mesir. Dia lalu menggotong Piramida itu ke Amrik, ditaruh di belakang rumahnya, dan dicat sekenanya menjadi piramida biru.. Haha, Firaun bisa murka kali ya? Oh iya, Vector ini tinggal di rumah yang sangat keren, bergaya minimalis-futuristik dan di bangun di atas kolam berisi hiu, widih.. Beda dengan kediaman Gru yang mirip rumah hantu.
Nah, selama ini Gru sendiri belom pernah nyuri benda-benda yang segitu hebatnya, palingan cuman patung Liberty aja, miniatur maksudnya. Maka, dia dan pasukannya, bertekad untuk menjadi tukang colong nomer satu, dimana semua TV pasti akan menyiarkan berita pencurian itu, tidak lain dan tidak bukan adalah mencuri bulan. See? I know semua ini khayalan tingkat tinggi. Tapi semua berasa sah-sah saja di sini...
Untuk melancarkan aksinya mencuri bulan, Gru harus bisa mengambil The Shrink Ray yang disimpan di rumah Vector. The Shrink Ray adalah semacam senjata yang bisa meminimalisir ukuran benda. Kalo di komik Doraemon dikenal dengan Senter Pengecil, hehe... Jadi nanti The Shrink Ray ini akan diarahkan pada bulan, sehingga ukurannya jadi mini kayak bola bekel dan bisa dibawa turun ke bumi.
Nah, karena berkali-kali, Gru and The Minion gagal masuk ke rumah unik Vector akibat pengamanan yang super lebay, maka dia menyusun plan B ketika tahu ada tiga bocah yang berhasil menjajakan kue dan masuk ke rumah itu. Gru lalu memasang tampang pria baik-baik berprofesi dokter gigi, kemudian mengajukan diri penjadi orang tua untuk mengadopsi tiga bocah yang memang penghuni panti asuhan itu.
Si tiga bocah lucu ini, Agnes, Edith, Margo awalnya sangat hepi luar biasa karena pada akhirnya ada yang mengadopsi mereka, bakal ada yang membacakan dongeng, lalu mengecup kening dan mengucapkan selamat malam sebelum tidur. Ah, impian itu lalu sirna ketika mereka tahu bakal tinggal di rumah hantu. Selanjutnya, silahkan nonton sendiri :)
Eniwei, Despicable Me ini mungkin memang tidak se-sarat makna Up ato Wall-E. Tapi sungguh, para pasukan Minion yang begonya ngga abis-abis, lalu kepolosan Agnes, kelebayan Vector dan Gru, menjadikan film ini adalah hiburan yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Oh iya, saya baru menemukan situs ini. Di sini, kalian para penggemar Papoy, bisa merancang Minion sendiri. Buat iseng-iseng aja sih. Hehee... Ini punya saya. Namanya July, karena... mmm... karena sekarang memang bulan July...
Okelah, selamat menonton! Selamat menikmati summer movies sampe kere!
Rabu, 30 Juni 2010
The A-Team

Waw, akhirnya saya nonton film ini juga... Sempet bingung mo nonton Toy Story 3 duluan ato The A-Team, tapi berhubung Bradley Cooper dan kawan-kawan ini sepertinya ngga lama lagi akan meninggalkan studio XXI, maka saya tunda dulu nonton kartunnya.
The A-Team ini dulunya, tahun 1983 hingga 1987 gitu, pernah diserialkan hingga mencapai sembilan puluhan episode. Sebuah serial TV yang sangat berjaya pada masa itu, bercerita tentang kisah kasih empat orang mantan tentara Amerika Serikat dalam menyelamatkan dunia dari kejahatan.
Tunggu, jangan bayangkan film The A-Team, dengan tipikal film 'pistol-pistolan' lainnnya seperti S.W.A.T atau trilogy-nya Bourne yang sungguh menegangkan hingga bernafas pun rasanya susah. The A-Team memang film action, tapi karena keempat ranger itu punya tingkat kewarasan yang jauh dibawah normal, maka film ini sukses bikin saya dan temen-temen ngakak sampe kram perut dari awal hingga akhir film. Terutama ngeliat tingkah laku si pilot edan, Kapten Murdock ketika mengemudikan berbagai helikopter layaknya mainan. Dia adalah pasien rumah sakit jiwa yang sangat canggih, yang rasanya juga bikin saya rela nonton film ini dua kali, hahaa...
Tapi, kalo kalian ngga pernah liat serial TVnya, ngga perlu khawatir, saya pun begitu... Si sutradara Joe Carnahan, menampilkan profil masing-masing ranger di awal cerita, yang langsung disusul dengan cepat, aksi gila-gilaan mereka, di darat dan di udara, melawan sekelompok tentara Meksiko. Film yang ngga bertele-tele ini pada akhirnya menjadi tontonan yang menghibur setengah mati dan tidak membosankan, karena isinya ngga dar der dor melulu...
Well, andaikan yang memerankan Kolonel Hannibal Smith itu om Nicolas Cage...
:)
Sabtu, 12 Juni 2010
Speedy Scandal

Film Korea yang diproduksi tahun 2008 ini adalah tontonan wajib dikala bete melanda. Mo berapa kali diliat juga pasti masih ngakak-ngakak, at least itulah yang terjadi pada saya. Hahaa... tapi sungguh, percayalah! Film ini merupakan Best Korean Comedy Movie versi saya, dan sudah terbukti manjur setelah saya rekomenkan pada beberapa penggila K-movie lainnya.
Nggaaa... kali ini, yang dijual bukan pria-pria ganteng berwajah tirus bernuansa surga firdaus. Walopun harus diakui, memang itu salah satu daya tarik film Korea. Hoho. Yang main mas Cha Tae-yun,seorang aktor Korea yang dilahirkan dengan wajah ngga menarik-menarik banget, haha... tapi menurut saya sendiri, dia adalah spesialis pemeran film bergenre komedi. Saya masih inget muka konyolnya di My Sassy Girl versi the movie, ketika ketemu mbak-mbak mabok. Niatnya nolongin, tapi si mbak malah dengan senang hati muntah di kepala Tae-yun. Hihi... Apes, men.
Nah, kalo di film ini, nasibnya sangat baik [dibanding film-film Tae-yun yang lain]. Usianya 30 sekian, dan kerjaan sebagai DJ radio bisa menghidupinya secara 'berlebihan'. Apartemennya wawww... Gebetannya juga wawww... Yang ngga wawww ketika dia harus menghadapi kenyataan: 'one nite stand'-nya dulu, pas jaman SMP, ternyata menghasilkan seorang putri. Dan si cewek yang dateng dari kampung itu, juga membawa oleh-oleh buat Tae-yun, yaitu seorang cucu laki-laki. Dia menjadi seorang ayah dan kakek sekaligus, dalam satu hari :p Dua tamu dekil yang positif ber-DNA sama dengan si dije, akhirnya turut 'mewarnai' kehidupan apartemen yang menurut saya terlalu bersih dan mulus itu, dan berkali-kali sukses bikin bete si empunya.
Selain akting konyolnya Tae-yun, the adorable Wang Seok-hyun, berhasil membuat film ini menjadi tontonan yang ngga ngebosenin. Dia berperan sebagai Hwang Ki-dong, si cucu dadakan. Ini anak, sumpah, lucu setengah mati! Dia di sini suka sleepwalking, tidur sambil keliling-keliling apartemen. Akting gitu aja, ngga pake ngomong, sudah bisa bikin saya ketawa-ketiwi. :D



Overall, Speedy Scandal memiliki isi cerita yang kreatif dan ngga biasa, selain itu dukungan ketiga pemain utama yang aktingnya nguawur sekali mbanyolnya, menjadikan film ini sebuah tontonan yang sangat menghibur dan layak diputar berkali-kali :)
Hepi watching!

Minggu, 30 Mei 2010
My Sister's Keeper

Inti cerita bermula ketika pemeran utama film ini yaitu si Sister's Keeper, Anna Fitzgerald, yang konon sengaja 'dibuat' oleh orang tuanya untuk menyelamatkan sisa hidup Kate itu, menolak untuk mendonorkan ginjal dan bahkan menuntut orang tuanya untuk tidak memanfaatkan bagian tubuhnya lagi untuk kepentingan saudaranya sendiri. Welehhh, saya sebagai penonton sulit berpihak pada si Anna atau si Sara, mamanya. Yang bisa saya lakukan cuman sobbing... Huaaaa ampuuun deh, film kayak gini emang ngga ada duanya dalam menguras air mata... Hahaa... okey, just a little review, ngga seru lah kalu saya ceritain semua di sini :)
So... please watch, cry and enjoy!! :)

Selasa, 27 April 2010
Dear Galileo

Sepanjang sejarah saya dalam menonton trailer film di youtube, Dear Galileo-lah yang paling buaaanyak saya replay, mungkin dua puluh kali lebih... hahaa... yaaah... saya emang freak! So what?? :p
Saya suka merinding ngeliat adegan ketika si mbak jatuh gedubrakan sama kopernya, terus disambung ketawa ngakak kayak orang bego bersama travelmatenya... *yaaah ini merinding yang ngga jelas haha...*
Sayangnya, saya belom sempet nonton film ini, padahal sudah punya sekitar sebulan yang lalu, tapi tertinggal di Surabaya :(
Yasudah, nonton trailernya lagi aja...