Selasa, 11 Desember 2012

Another Long Nite Kasodo



Joko Seger dan Roro Anteng gelisah. Buah hati yang menjadi idaman tak juga datang, meski mereka telah lama menikah. Suatu waktu sejoli ini naik ke puncak Gunung Bromo untuk berdoa kepada Sang Hyang Dewata agar dikarunia keturunan. Kesabaran dan ketulusan mereka rupanya membuahkan hasil. Sang Dewa mengabulkan permintaan dengan syarat saat anak terakhir beranjak dewasa, dia harus dikorbankan ke dalam kawah Bromo.


Dalam perjalanan hidupnya, Joko Seger dan Roro Anteng selalu diselimuti kebahagiaan yang meluap karena mendapatkan banyak keturunan terhitung hingga dua puluh lima anak. Karena perasaan kasih dan sayang terhadap semua anak, pasangan ini lupa akan janji lampaunya pada Sang Dewa.

Dewa pun murka karena merasa dikhianati. Lava dalam perut Bromo menggelegak muncrat. Anak terakhir pasangan Joko Seger dan Roro Anteng diambil paksa lewat lilitan lidah api Bromo. Si Bungsu pun lenyap tertelan kawah. Alkisah, sesaat setelah peristiwa itu terdengar suara si Bungsu dari dalam kawah yang meminta diadakan upacara peringatan setiap bulan Kasada pada pergantian malam ke-14 dan 15. Masyarakat Tengger, yang dipercaya sebagai keturunan Roro Anteng dan Joko Seger, kemudian memperingati kejadian tersebut setiap tahunnya sebagai Yadnya Kasada.

"Betul, memang itu folklore yang kami percayai selama ini," ucap Sutomo, lelaki 53 tahun yang dikenal sebagai dukun di Desa Ngadisari. Dalam tatanan masyarakat Tengger, dukun atau dikenal juga sebagai dukun gede bertugas sebagai rohaniawan yang memimpin prosesi keagamaan, pernikahan dan kematian.

"Banyak yang salah sangka, tapi kami sebagai dukun tidak mengurusi seputar masalah jodoh ataupun pesugihan," Pak Sutomo terkekeh. "Hal seperti itu dilakukan oleh mereka yang disebut dukun cilik di sini," sambungnya.

Sore itu, beberapa jam sebelum dilangsungkan acara puncak Yadnya Kasada, kediaman dukun yang telah menjabat menggantikan ayahanda sejak 2003 ini, disibukkan dengan pembuatan ongkek-ongkek. Sekitar enam orang lelaki, berkutat di antara tumpukan daun, bunga, batang-batang pisang dan gelintiran jagung.

Dilihat dari wujud fisik, ongkek adalah lengkungan. Sedangkan secara filosofis, Ong berarti Dewa seperti Brahma, Wisnu, atau Siwa. Karena itu mantra-mantra Hindu Tengger juga diawali dengan kata Ong. Sedangkan Kek adalah leluhur. Bisa disimpulkan bahwa ongkek adalah persembahan untuk dewa dan para leluhur. ongkek, sebagai sesaji yang mewakili satu desa, disusun melengkung menggunakan bilah bambu dan dirangkai dengan berbagai hasil bumi desa. Setelah selesai, ongkek akan disucikan dan didoakan terlebih dahulu. Pada tengah malam rangkaian sesaji tersebut akan diarak ramai-ramai ke Pura Luhur Poten untuk kemudian dilarung di kawah Bromo.

Pembuatan ongkek seperti di Desa Ngadisari ini adalah prosesi awal dari rangkaian upacara Kasada. Setidaknya ada 41 desa Tengger di Probolinggo, Pasuruan, Malang dan Lumajang yang juga membuat sesaji serupa untuk dilarung. Bila dalam 44 hari sebelum perayaan Kasada ada warga yang meninggal, maka desa tersebut tidak akan membuat ongkek.

Tubuh saya mulai bergetar pelan. Rupanya sore hampir usai dan kabut-kabut mulai turun menyapa. Segera saya berpamitan pada Pak Sutomo untuk kembali ke Cemoro Lawang, desa tempat saya menginap. Ini adalah ketiga kali saya mengikuti prosesi Kasada. Setiap pulang dari Kasada, saya selalu kapok untuk datang kembali. Suhu terendah di Bromo memang berlangsung saat musim kemarau seperti hari ini. Tapi pada tahun berikutnya, begitu bulan Kasada semakin dekat, entah mengapa ada perasaan untuk kembali ke Bromo.

Pada setiap kunjungan, Bromo selalu memberikan kejutan, seakan menunjukkan bahwa dialah yang berkuasa atas alam Tengger. Dua tahun lalu adalah malam Kasada paling cerah yang pernah saya rasakan. Tidak ada kabut menyelimut lembah. Penumbra bulan bahkan terlihat jelas mengiringi langkah-langkah kaki yang berjalan di lautan pasir menuju Pura Luhur Poten. Saya takzim pada suguhan bentangan langit malam itu.

Dibalik deru hardtop, truk ataupun motor warga yang bergerak turun menuju Pura, masih bisa saya dengar lamat-lamat, kidung doa yang mengalun syahdu dari sana. Nyanyian mantra dalam bahasa Jawa Kuna itu memantulkan resonan berupa puja-puja kepada dewata.

Pada akhir 2010 lalu, Bromo sekali lagi menunjukkan kuasanya dengan menyemburkan abu vulkanik hingga setinggi 1000 meter. Erupsi ini menyebabkan hampir seluruh wilayah kecamatan Sukapura tertutup abu. Meskipun berselang setengah tahun ketika saya datang pada Kasada 2011, namun sisa-sisa erupsi masih saja terlihat di sana-sini. Urat-urat Gunung Batok yang semula diselimuti dedaunan hijau, saat itu berubah menjadi monokrom akibat tertutup abu. Kasada tahun 2011 itu hampir menyebabkan saya tersesat di tengah tebalnya kabut pada dini hari saat berjalan menuju Pura. Bahkan mengeluarkan kamera pun menjadi pertimbangan, karena mata pedih dan dada sesak akibat badai pasir. Beberapa kali bau belerang juga mampir di lubang hidung.

Namun, Kasada tetap berlangsung. Truk-truk yang mengangkut masyarakat Tengger terus berdatangan. Mereka menembus kabut meski jarak pandang begitu pendek. Medan menuju kawah pun semakin berat karena lereng-lereng Bromo tertutup tebalnya pasir. "Itu hanya abu, Bromo tidak apa-apa," kata salah seorang lelaki Tengger yang saya temui di Cemoro Lawang. Pada tahap ini saya menyadari, bahwa apapun bisa disuguhkan oleh Sang Dewata penguasa alam Bromo.

Pada 2012, Yadnya Kasada digelar pada tanggal 3-4 Agustus lalu. Karena menganut ilmu penanggalan surya candra (matahari dan bulan) maka upacara Kasada tiap tahunnya selalu mengalami pergeseran. Yang tak pernah luput pada tiap Kasada hanyalah malam bulan purnama.

Ongkek-ongkek dari Desa Ngadisari pimpinan Pak Sutomo dijadwalkan turun ke lautan pasir pada sekitar pukul satu dini hari. Banyak warga dan pengunjung yang telah menunggu sejak pukul dua belas malam untuk ikut dalam rombongan pembawa ongkek. Jangan tanya bagaimana dinginnya Bromo saat itu. Sekedar berbincang dengan teman pun rasanya sangat malas, saking terkonsentrasi untuk memeluk badan sendiri dengan kedua tangan.

Dengan jarak hampir 5 kilometer dari gerbang Bromo, ongkek-ongkek diarak oleh rombongan menuju Pura Luhur Poten. Selama perjalanan, rombongan ini berhenti dua kali yaitu di situs dan petilasan leluhur Tengger yang juga terletak di lautan pasir. Para warga Ngadisari ini berjalan dengan begitu cepat, mungkin untuk mengalihkan hawa dingin. Bagi kami yang awam, level berjalan seperti itu sudah masuk kategori berlari. Dan berlari di bawah langit gelap, di tengah kabut, serta di atas gundukan pasir bukanlah hal yang menyenangkan untuk dilakukan sembari menggigil kedinginan. Tapi jika tidak mengikuti rombongan ongkek-ongkek, siap-siap saja tersesat sampai subuh tiba.

Sehari sebelum malam Kasada berlangsung, beberapa dukun dari total 47 dukun Tengger terlihat sudah duduk anteng di balik ongkek-ongkek dan mulai melayani umatnya di Pura Luhur Poten sedari siang. Mereka ini adalah warga Tengger dari desa yang cukup jauh dari Bromo. Berbagai tandur tuwuh (hasil bumi) di bawa oleh masing-masing warga dalam gendongan kain dan wadah plastik. Sebelum dilarung, masing-masing sesaji tersebut didoakan terlebih dahulu oleh dukun dari desa asal. Tak hanya hasil kebun, beberapa warga tampak membawa seekor ayam dan anak kambing.

Banyak yang mengira bahwa pengambilan air suci di Semeru, Widodaren dan Madakaripura adalah bagian dari upacara Kasada ini. Menurut Pak Sutomo, prosesi tersebut adalah rangkaian acara Pawedalan, atau dalam agama Hindu Bali dikenal sebagai Piodalan, yaitu hari ulang tahun pembangun pura. Jauh sebelum Pura Luhur Poten ada, masyarakat telah merayakan malam Kasada di tempat yang sama.

"Kebetulan hari dibangunnya Pura Luhur Poten tepat sehari sebelum upacara Kasada, makanya Pura pun ramai sembahyangan sejak H-1 Kasada," ujar Pak Sutomo.

Malam Kasada juga disebut sebagai malam penuh ujian bagi calon dukun. Mereka ini yang nanti akan menggantikan dukun sebelumnya ketika sudah meninggal. Atau bisa juga saat diperlukan dukun tambahan di sebuah desa. Setiap dukun yang dilantik seyogyanya merupakan keturunan dari sebelumnya walaupun tidak harus selalu demikian.

Mendekati pukul empat pagi, ongkek-ongkek yang telah didoakan di dalam Pura, kemudian segera dibawa menuju kawah diiringi oleh lantunan alat musik tradisional. Penerangan malam yang begitu minim cukup terbantu oleh warga yang membawa obor. Namun saya sudah tidak bisa membedakan lagi, sedang bersama rombongan dari desa mana. Hingga kini saya masih heran, bagaimana warga Tengger kuat menahan dingin dengan hanya bermodal penghangat berupa sarung saja. Sementara saya harus menggunakan jaket berlapis, lengkap dengan kaos kaki dan sarung tangan juga masker dan syal.

Lagi-lagi, mengikuti rombongan ongkek-ongkek bukanlah hal yang gampang. Apalagi mereka sudah terbiasa dengan medan tanjakan di lereng Bromo, rasanya berjalan cepat pun tak masalah. Tak peduli tua ataupun muda.

Saya kehabisan nafas pada pertengahan jalan dan memutuskan untuk beristirahat sejenak. Pura Luhur Poten sudah cukup jauh di bawah tenggelam dalam halimun. Sementara dari arah Timur sayup-sayup sinar mentari mulai mengirim cahaya jingganya. Terlihat bukan hanya saya yang menikmati momen ini. Sepertinya pengunjung lain juga sudah rindu matahari setelah semalaman berjibaku dengan dinginnya Bromo.

Di bawah tangga Bromo saya bertemu kembali dengan Pak Sutomo yang baru saja turun dari kawah bersama para pengikutnya. Beliau terkekeh melihat nafas saya terengah-engah dan tertinggal rombongan ongkek-ongkek.

Tangga menuju kawah Bromo rupanya belum diperbaiki semenjak termakan panasnya abu vulkanik. Pasir-pasir juga masih saja menutupi bagian undakan. Namun, eksodus masyarakat Tengger yang akan melarung sesaji tetap tak terhenti, tak peduli bagaimana repotnya perjalanan menuju kawah. Bisa dibayangkan sesaknya suasana di atas nanti.

Pemandangan yang sama seperti tahun-tahun lalu kini saya saksikan lagi dari bibir kawah Bromo. Ratusan penangkap sesaji yang berdiri di bagian lereng kawah dengan sigap akan menghentikan setiap lemparan sesaji yang seharusnya meluncur sampai kawah. Mereka hanya berbekal kain sarung yang dibentangkan dan jaring bergagang kayu. Saya seperti menonton acara reality show dengan ekstrimitas tinggi yang menguji adrenalin. Masih tidak masuk akal bagi saya, bagaimana tubuh mereka tahan dingin semalaman berdiri di dekat kawah dengan hanya bermodal lampu minyak. Yang jelas, orang-orang tersebut tak mengidap phobia ketinggian.

Acara larung sesaji oleh warga Tengger berlangsung hingga sore hari. Seiring dengan itu, tangkapan warga penangkap sesaji juga sudah berkarung banyaknya. Warga Tengger lalu kembali ke desa asal untuk melakukan Puja Kasada bersama-sama sebagai tanda mengakhiri malam panjang upacara Kasada tahun ini.[]

PS:
Postingan ini emang ga ada fotonya, demi mengenang foto-foto Kasodo yang hilang entah gimana dan di mana. Ah sudahlah... :((

Senin, 05 November 2012

Sentimental Notes

Pagi ini, sembari masih ngulet-ngulet di kasur, saya berdiskusi santai via WA dengan Mas Pras yang sedang di Ngurah Rai Airport menanti Lion Air boarding menuju Yogyakarta. 

Saya: "Waktu itu Ayos nanya, selain untuk desainer, sebenernya apa sih gunanya tablet, kalau dengan smartphone kayak gini aja kita udah bisa ngapa-ngapain... Menurutmu gunanya tablet apa, Mas?"

Mas Pras: "Kalo buat kalian traveler kan cocok tuh semi laptop."

Saya: "Tapi aku belum butuh tuh, kebanyakan gadget malah ntar jalan-jalan jadi was-was. Lebih nyaman nyorat-nyoret langsung di kertas."

Mas Pras: "Ya kan tipe orang beda-beda. Kemarin pas rapat banyak yang bawa tablet buat nyatet ini itu. Lebih efisien daripada nggotong-nggotong laptop."

Saya: "Hmm... tapi aku lebih suka nyatet secara konvensional. Lebih sentimentil. Hehehe..."

Mas Pras: "Yo bedo kae, nduk... Kan ini ngomongin secara general. Atau ya mungkin buat beberapa orang, sebagai sarana buang-buang uang. :))"

Kemudian saya sarapan dan dia boarding. Iseng, saya membuka kembali beberapa note book (dalam arti sesungguhnya) yang sudah acak adul. Ketawa-ketawa sendiri membaca isi di dalamnya. Beberapa di antaranya selalu saya bawa saat bepergian. Jika sudah habis, saya beli yang lain tanpa membuang yang lama. Saya memang mendewakan kenangan rupanya. Lewat catatan kecil ini teman-teman perjalanan saya juga biasanya ikut nyorat-nyoret beberapa hal. 

Ketika traveling berempat ke Pulau Sapudi bersama Nuran, Ayos, dan Nurul, hanya Ayos yang membawa catatan kecil, tak ada pula yang membawa laptop. Smartphone? Uh, jangan tanya berlebihan deh hehe...  Selama di Sapudi kami bercerita di dalam catatan itu. Entah catatan itu masih ada atau sudah hilang. 

Saya ngga tau, apa hal yang sama bisa saya lakukan jika kelak saya menggantikan posisi notes ini dengan tablet. Kalau ngga percaya saya ini sentimentil, ya anggaplah saya memang kere karena belum bisa beli tablet. Hehehe, boleh lah tapi kalau ada yang mau nyumbang. Lumayan, buat motret sunrise di Bromo. *Kemudian ditoyor Idham* :))


Ini digambar oleh Ayos, beberapa hari sebelum saya pergi ke Kalimantan Barat. Ada gambar Mbak Anty dan Mas Ian dengan tubuh berototnya, lalu ada Mas Pras yang naik kuda Sandelwood. Hahaha... Bagian pojok kanan luntur terkena cipratan air sungai Kapuas yang merembes ke dalam ransel ketika bersampan menuju Tanjung Lokang.


Bukan, ini bukan gear impian saya di tahun 2012. Ini lagi-lagi Ayos yang bikin, dan ya kalau kamu baca ini deh ya Yos, 2012 tinggal 2 bulan lagi, wes tuku opo kowe? :))


Nulis ini pas lagi selo di Tanjung Lokang, far far away from Dian Prasetyo :') Eniwei, tulisan tangan kalian apakah juga semakin jelek seperti saya karena lama tak menyentuh pena?


Mini notebook saya, simpel, ringkas, tanpa baterai.


Baru kali ini saya menulis tentang vegetasi, itupun gara-gara diingetin Om Brendes yang notabene seorang wildlife photographer ketika bersama-sama ke Pulau Komodo. "Jangan lupa foto vegetasi!!" semprotnya. Mulai dari itu pada perjalanan berikutnya ke Maluku dan Kalimantan, saya selalu menyempatkan untuk memotret daun-daun dan pepohonan :p

Disclaimer: Semua ini pendapat SAYA lho ya, kalau kalian pengguna tablet, ya monggo-monggo saja, piss yo! :D

5 November

"Selamat ulang tahun, Yah... Mugi-mugi rejekine cekap, sehat selalu sampai nggendhong cucu... Hehehe... Amin Ya Rabbalalamin..."

Begitu isi pesan singkat saya pagi ini kepada Ayah di Jember. 5 November memang hari lahir beliau, tepatnya tahun 1956. Itu artinya sekarang Ayah berusia 56 tahun ya. Kalau di dunia per-PNS-an mungkin sudah saatnya Ayah menikmati masa retirement. Tapi toh keluarga besar saya memang tak ada yang bekerja nine to five di kantor. Darah-darah berwirausaha sudah diturunkan jauh dari eyang-eyang di atas sana. Baik Ayah saya, mbah kung, pakdhe dan om-om saya tak memiliki batas usia pensiun. Mereka akan berhenti bekerja bila sudah tak bertenaga. Pada usia ini, Ayah saya sudah tak bekerja sengoyo jaman saya masih SD. Mungkin karena kedua anaknya sudah menyelesaikan pendidikan dan mulai meniti karir dari nol. 

Saya jarang menceritakan tentang keluarga saya di blog ini. Padahal saya sudah merancang, kelak blog ini adalah 'wikipedia saya' yang bisa dibaca oleh cucu dan cicit saya pada jamannya. Lalu bagaimana nanti keturunan saya bisa mengenal leluhurnya tanpa saya tulis di sini? 

Kemarin saya membaca blog teman yang menulis tentang kenangannya pertama kali mengganti bohlam lampu. Rupanya ilmu sederhana itu diturunkan dari sang kakak yang sudah meninggal hampir 10 tahun lalu. Dia berterima kasih karena kakaknya secara tidak langsung mendidik bagaimana cara menjadi perempuan mandiri, meski hanya dengan mengganti bohlam.

Saya terhenyak membaca tulisan tersebut. Entah mengapa rasanya saya tidak ingin menulis tentang keluarga saya di dalam blog hanya untuk mengenang mereka yang sudah tiada. Saya pun semakin menua, kapasitas memori bisa saja mencapai ambang batas. Lalu kalau sudah dengan kondisi seperti itu, apa saya masih mampu menulis tentang mereka di sini? Belum tentu.

Kalau tidak karena mengikuti workshop Zhuang Wu Bin, si fotografer Singapore itu, saya bisa saja tidak akan pernah membuat dokumenter tentang Mama saya. Wu Bin memandang pergantian agama dan pernikahan beda ras orang tua saya adalah satu hal yang menarik. Sedangkan saya memandang itu hal yang biasa saja, hehehe... Belakangan saya menyadari bahwa setiap orang memiliki cerita hidup yang tidak biasa di mata orang lain. Di mata saya juga. Ada sisi cerita mereka yang selalu membuatmu manggut-manggut, mengerutkan dahi atau kalau jaman sekarang sih ngasih hashtag #barutau :)

Ayah adalah lelaki yang cenderung pendiam. Jika ada masalah, beliau lebih suka menyimpan dalam kepura-puraan. Sifat ini yang rupanya menurun kepada saya. Meski demikian, beliau tetap seorang manusia yang punya sisi sentimentil. Ayah saya tak pernah terlalu lama menyimpan sms  yang masuk ke handphone-nya. Sehari dua hari jika tak penting, pasti langsung di-delete. Hanya ada satu sms yang masih tersimpan dalam folder inbox, yaitu sms balasan dari saya pada 5 Juli 2012, ketika ayah mengucapkan selamat ulang tahun. Sms itu berisi harapan saya, ucapan terima kasih dan permohonan maaf karena belum bisa membanggakan orang tua hingga berusia 25. Ya, begitulah :)

Saya pernah berdoa, agar mendapatkan pendamping hidup yang doyan nonton pertandingan sepak bola. Agar Ayah saya tak heboh sendiri ketika musim liga-liga bola itu berlangsung, hehehe... Selamat ulang tahun, Ayah, tetap semangat menghadapi putrimu yang bandel ini! :D

Ayah dan Mama plesir ke Mesir 12 tahun silam

Jumat, 19 Oktober 2012

Turnamen Foto Perjalanan - Ronde 5: Pasar - The Winner Goes To...

Ogi Philardi! (@philardi)

Wanita ini tersenyum manis ketika saya merayunya untuk menurunkan harga Sutra yang ia jual. "Maaf, tidak bisa lebih murah lagi," katanya dalam bahasa Inggris terbata-bata, dan saya pun luluh. Tidak Semua penjual di pasar Chatuchak, Bangkok seramah dia, seperti mengusir dengan kasar ketika kita mencoba menawar sudah biasa di pasar ini. Mungkin karena saya kelihatan seperti pelancong kere? Entahlah. Namun pasar ini memberikan pengalaman tersendiri dengan campur aduk komoditinya, mulai dari oleh-oleh, makanan,binatang peliharaan hingga kerajinan seni berharga jutaan rupiah campur aduk dalam satu pasar.

Tak saya duga, ternyata cukup banyak teman-teman blogger yang hobi blusukan ke pasar saat traveling. Mbak Dina Dua Ransel bahkan ngiming-ngimingi saya tentang souk market  ikonik terbesar di dunia seperti di Madinah dan Maroko yang pernah dia kunjungi. Hmm... Awas kowe, Mbak. :p Bagi saya, pasar selalu menimbulkan atmosfir yang berbeda ketika berjalan-jalan ke kota yang asing. Interaksi sosial, ekonomi, budaya campur aduk di satu tempat. Apalagi yang hobi ilmu bargaining, maka pasar adalah surganya. 

Ogi Philardi beruntung karena menemukan penjual sutra yang ramah di Pasar Chatuchack, Bangkok. Walaupun dia merayu dan menawar sehelai kain bernilai ekonomi tinggi itu, si mbak masih saja mau tertawa manis memamerkan gigi-giginya. Kalau apes, bisa saja lho Mas Ogi Philardi ini di kasih muka sepet bonus umpatan oleh pedagang karena menawar terlalu berlebihan. Well, di situ mungkin seninya berbelanja di pasar. Hanya orang-orang terberkati yang mampu mengasah ilmu tawar-menawar di sana. Eits, jangan salah paham dulu, orang-orang terberkati ini jumlahnya ngga banyak, karena mereka menawar barang bukan dari segi harga saja tapi juga menilik proses dibaliknya. Bayangkan kalau kalian sendiri yang menenun kain atau memintal benang sutra selama berminggu-minggu, apa ya mau dibayar rendah? :)

Dari segi fotografis, saya sebetulnya tak terlalu jago menilai ya. Namun, saya mengagumi bagi siapa saja yang dapat menemukan komposisi pas di tengah keramaian pasar. Makanya itu saya yakin, memotret pasar perlu kejelian. Antara merekam visual dengan menarik sekaligus menyampaikan pesan dibaliknya.

Yasudah itu saja. Terima kasih buanyak buat blogger-blogger yang mau ikutan tema Turnamen Foto Perjalanan kali ini dan ronde-ronde sebelumnya. Ajang yang asik buat nambah temen dan silaturahmi. Selamat sekali lagi untuk Mas Ogi Philardi, prepare for the next round!:D

Cheers,
Putri

PS:
Untuk menilik status terbaru beserta FAQ Turnamen Foto Perjalanan, silahkan cek: Turnamen Foto Perjalanan untuk Traveler Indonesia
Foto lengkap peserta ronde kelima bisa klik tautan ini.

Selasa, 09 Oktober 2012

Turnamen Foto Perjalanan - Ronde 5: Pasar

Berjumpa kembali dalam Turnamen Foto Perjalanan paling ngehip se-Indonesia tahun ini bersama saya, Putri, host kelima, yang entah kenapa bisa jadi pemenang pada ronde keempat kemarin... Hehehe... Ah sutralah ya, mari kita lanjutkan permainan yang mengasyikkan ini! Setelah melewati ronde pertama tentang Laut, disusul dengan tema Kuliner, kemudian suguhan foto-foto Portret, hingga gambaran berbagai Senja

Di bawah terik matahari Surabaya yang tak kunjung dibasahi air hujan, maka saya memutuskan bahwa ronde kali ini akan bercerita tentang Pasar! Yap betul! Pasar!  

Euh, kenapa pasar? Rame, kotor ceceran sayur, becek air rendaman ikan, pake bonus amis lagi...

Lho, kenapa tidak? Pasar memang identik dengan hal yang disebut tadi. Tapi di antara keriwehan itu, pernahkan melihat komposisi yang menarik dari sana? Pernahkan mendapatkan cerita unik dari pasar untuk oleh-oleh pulang? Mungkin jejeran sirih pinang yang tak dijual di pasar dekat rumahmu. Lalu rasa pahit dan mual yang membuatmu menyesal mencecapnya. Mungkin saat traveling ke Pontianak dan bagasi tertinggal, tak ada baju ganti, maka di saat itu pula kamu akan bersyukur atas diciptakannya lelong, surga pasar pakaian bekas paling ngetren di sana.  

Sebuah pasar di Ladakh, India, banyak dijejali oleh pedagang dari kaki gunung Himalaya. Salah satunya, masyarakat suku Changpa yang menjajakan kain wool. Siapa sangka, para penggembala yang tak mirip orang India di film Bollywood tersebut, selalu menyediakan sesi khusus untuk menyanyikan folksong pada ternak yang bulunya siap dipanen.   

Pernah nonton Sex and The City 2? Ingat ada scene pasar tradisional dengan lorong-lorong berdinding kapur dan beragam dagangan dengan warna-warna menabrak mata? Kabarnya sih gambar itu diambil di salah satu pasar di Maroko. And I really really wanna go there! *lho kok curhat*

Yah, intinya untuk kalian yang punya kenangan, persepsi, hobi atau apa sajalah saat traveling dan mampir ke pasar lokal, yuk bagi-bagi pengalamannya lewat Turnamen Foto Perjalanan ronde kelima! :)


Pasar Atom Surabaya, salah satu pusat jajanan terlengkap di Surabaya Utara. Atmosfernya kerap berubah mengikuti momen yang sedang berlangsung. Foto di atas diambil di salah satu sudut Pasar Atom saat menjelang Hari Raya Imlek.


Nih, aturannya:

Submisi 9-16 Oktober 2012
Foto harus merupakan milikmu sendiri.
Host foto Pasar-mu di situsmu sendiri.
Web, blog, Flickr, Picasa, Photobucket, dsb terserah.
 
Submit foto pada kolom comment artikel ini dengan format berikut:
  • Nama/nama blog
  • Link blog
  • Judul/keterangan foto (max 1 paragraf)
  • Link foto (ukuran foto sekitar 600 px, jangan terlalu besar)
  • Ada kemungkinan foto yang kamu kirim akan di-re-host di web tuan rumah. Terutama kalau terlalu besar atau bermasalah.
  • Submisi lebih cepat lebih baik, sehingga fotomu bisa tertampil seatas mungkin, hehe.
  • Foto yang tidak patut tidak akan diupload di sini. Kebijaksanaan tuan rumah (misal: mengandung kebencian SARA, nyeleneh, menghina pihak lain).

Pengumuman pemenang: 2-3 hari setelah batas submisi.



http://www.duaransel.com/turnamen-foto-perjalanan-traveler-indonesia/">Turnamen Foto Perjalanan untuk Traveler Indonesia

Mengapa mengikuti Turnamen Foto Perjalanan?
  • Ajang sharing foto. Bersama, para travel blogger Indonesia membuat album-album perjalanan yang indah. Yang tersebar dalam ronde-ronde turnamen ini. Untuk dinikmati para pencinta perjalanan lainnya.
  • Kesempatan jadi pemenang. Pemenang tiap ronde menjadi tuan rumah ronde berikutnya. Plus, blog dan temamu (dengan link ybs) akan tercantum dalam daftar turnamen yang dimuat di setiap ronde yang mendatang. Not a bad publication.


Siapa yang bisa ikut?
  • (Travel) blogger – Tak terbatas pada travel blogger profesional, blogger random yang suka perjalanan juga boleh ikut.
  • Setiap blog hanya boleh mengirimkan 1 foto. Misal DuaRansel yang terdiri dari Ryan dan Dina (2 orang) hanya boleh mengirim 1 foto total.
  • Pemenang berkewajiban menyelenggarakan ronde berikutnya di (travel) blog pribadinya, dalam kurun 1 minggu. Dengan demikian, roda turnamen tetap berputar!
  • Panduan bagi tuan rumah baru akan diinformasikan pada pengumuman pemenang. Jika pemenang tidak sanggup menjadi tuan rumah baru, pemenang lain akan ditunjuk.

Nggak punya blog tapi ingin ikutan?
  • Oke deh, ga apa-apa, kirim sini fotomu. Tapi partisipasimu hanya sebatas penyumbang foto saja. Kamu nggak bisa menang karena kamu nggak bisa jadi tuan rumah ronde berikutnya.
  • Eh tapi, kenapa nggak bikin travel blog baru aja sekalian? WordPress, tumblr, dan blogspot gampang kok, pakainya. Jangan pake multiply ya, karena multiply akan segera gulung kasur.


Hak dan kewajiban tuan rumah:
  • Menyelenggarakan ronde Turnamen Foto Perjalanan di blog-nya
  • Memilih tema
  • Melalui social media, mengajak para blogger lain untuk berpartisipasi
  • Mengupload foto-foto yang masuk
  • Memilih pemenang (boleh dengan alasan apapun)
  • Menginformasikan pemenang baru apa yang perlu mereka lakukan (panduan akan disediakan)

6. You!

Pendiri dan koordinator Turnamen Foto Perjalanan: Dina DuaRansel.com
◦    email: dina@duaransel.com, twitter: @duaransel, facebook: fb.com/duaransel
◦    Pertanyaan seputar penyelenggaraan dsb? Hubungi Dina .




Untuk menilik status terbaru beserta FAQ Turnamen Foto Perjalanan, silahkan cek:








  • http://www.duaransel.com/turnamen-foto-perjalanan-traveler-indonesia/">Turnamen Foto Perjalanan untuk Traveler Indonesia

  • Dan jangan lupa kirimkan fotomu paling lambat tanggal 16 Oktober 2012!


    1. Travenesia


    Nama/nama blog: Travenesia
    Link blog: Travenesia.com

    Judul/keterangan foto: Pasar Terong

    Biasanya pasar ini beroperasi mulai subuh hari. Konsumennya adalah pemilik warung - warung besar di Makassar seperti Coto Makassar yang sangat membutuhkan jeruk nipis untuk penyedap rasa dan banyak lagi. Selain itu di pasar ini, banyak pedagang yang menjual barang second (Bekas) seperti baju dll. Pasar ini berlokasi di sekitar wilayah Masjid Al Markaz (Terbesar di Makassar) dan bersampingan dengan Kanal!

    2. WOWnderfulife

    Nama blog: Wownderfulife
    Link blog: wownderfulife.wordpress.com
    Judul: My Playground
    Dulu, saya sering menolak saat Mba Mien, ibu saya, mengajak saya ke pasar. Alasannya klasik ‘ibu ga pernah sebentar kalau sudah di pasar!’. Binggung deh..ngapain aja sih di pasar sampai segitu lamanya. Tapi ternyata benar apa kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Di pasar saya menemukan taman bermain yang asik. Berpeluh diantara baju-baju reject-an yang masih bau kentut kapal. Membolak-balik gunungan baju. Saling sikut untuk merebut barang incaran. Puassss tak terkatakan saat kesaktian mulut dalam menawar membuahkan hasil maksimal. Ohhh…i really love my playground!


    Nama/nama blog: Elangsendiri
    Link blog: elangsendiri.blogspot.com
    Judul/keterangan foto: BEKAS PAKAI
    Dua orang lelaki penjual perkakas kamar mandi dan toilet bekas pakai di bilangan Pasar Rumput, Jakarta Selatan menunggu pembeli.Tidak perlu menguras kocek terlalu dalam untuk mempercantik kamar mandi/toilet anda. Banyak ragam perkakas merk ternama dengan banderol murah di bursa perkakas bekas pakai Pasar Rumput.




    Nama blog: efenerr
    Link blog: efenerr.wordpress.com
    Judul : Framing
    Pasar Tomohon yang selalu riuh di akhir pekan, menggoda saya untuk mengambil sedikit jejak. Menampung semua gambar pada foto tidak mungkin, jadilah pilar-pilar bangunan sebagai frame untuk menangkap momen - momen keriuhan pasar.

    5. Shu Travelographer 

    Nama/nama blog : Shu Travelographer
    Link blog : shu-travelographer.blogspot.com 
    Judul : Pasar Rakyat Coc Ly, Vietnam
    Di Vietnam Utara tepatnya di Provinsi Bac Ha terdapat pasar rakyat yang digelar hanya sekali dalam setiap minggunya. Untuk Bac ha Market digelar setiap hari minggu pagi, sedangkan Coc Ly Market digelar setiap hari kamis. Dipasar ini merupakan ajang bertemu untuk bertansaksi hasil bercocok tanam berbagai etnis / suku pedalaman diantaranya etnis Flower H'mong, Black Dao minority, Tay minority, Phu La, dan etnis Dao Tuyen dengan pakaian yang berwarna warni.



    Nama blog: sukmadede
    Link blog: sukmadede.blogspot.com
    Judul foto : Say it with flowers
    Keterangan foto : (Rangkaian) bunga sudah menjadi sesuatu yang lazim untuk mengungkapkan rasa sukacita, ucapan selamat, dukacita bahkan ungkapan kasih sayang dari seseorang kepada kekasihnya. Di beberapa kotadi Indonesia biasanya pasar bunga mempunyai lokasi tersendiri (terorganisir), yang menawarkan bunga lokal maupun impor.Pasar Jibama di Wamena merupakan pasar tradisional terbesar di kawasan Lembah Baliem. Pasar ini seperti menjajakan kebutuhan sehari-hari, seperti hipere (ubi), pinang, sayuran, ikan, kayu bakar, hasil kerajinan tangan hingga babi. Namun uniknya selain beberapa dagangan tadi, di pasar tradisional di kota yang terletak di ketinggian 1600 mdpl ini, ternyata dijajakan juga hand bouquet flower. Bunga-bunga khas wamena yang rangkum dan dibungkus kertas tersebut dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Bunga yang berwana-warni tersebut bukan dari jenis Edelweiss yang biasanya hidup gunung-gunung. Orang sana menyebutnya dengan ‘Bunga Kertas’.Jadi kalo kamu sempat berkunjung ke Wamena dengan pasangan atau gebetan, langsung aja beli bunga kertas tersebut dan berikan (dengan cinta) padanya.



    Link blog: http://debbzie.com
    Judul: Bagele Seller
    Bagele adalah roti keras dengan taburan wijen khas warga Palestina. Saya bertemu penjual Bagele ini ketika berkunjung ke pasar di Old Town Jerusalem, Israel. Ukuran roti yang sangat besar dan unik berhasil menarik perhatian saya di tengah keriuhan pasar yang hiruk pikuk.


    8. Indra Setiawan 

    Link Blog : http://www.backpackerborneo.com/
    Judul Foto: Pasar Terapung Lok Baintan, Kalsel
    Caption:
    Pasar yang hanya ada di Kalimantan Selatan ini menggeliat sejak subuh hari hingga sekitar pukul 9 pagi para pedagangnya yang mayoritas ibu-ibu perlahan-lahan kembali ke rumahnya masing-masing. Keunikannya adalah lokasi pasarnya yang di atas sungai, sambil bertransaksi diatas Jukung (Sampan) para pedagangnya mengikuti arus sungai.


    9. Indohoy

    Nama blog: indohoy.com
    Judul: The Women of the East
    Keterangan:
    Local markets are one of my favorite places to see when traveling. Not only do I get to see the yummy goods it offers, it also introduces me to the local people. Market people are unique characters. They’re usually loud, friendly, and draw a hard bargain, but a bunch of humorous people. However, the magic of a local market is, you don’t even have to talk to them to know they’re unique. A picture can show it all!


    10. Astri Apriyani

    Nama blog: Philogynik dan Senja
    Link blog: http://renjanatuju.wordpress.com/
    Judul foto: Pasar Wage dari Dekat Sekali
    Selain menjadi "jati diri" paling kentara suatu daerah, suatu pasar tradisional adalah salah satu tempat yang membuat semua orang tidak bakal merasa asing. Siapa pun saling bicara, saling sapa, saling bersinggungan, meskipun dalam bahasa dagang sekalipun. Ringkasnya, pasar itu hangat. Sekian :D


    11. Maharsi Wahyu

    Nama blog: Journal Kinchan
    Link blog: http://journalkinchan.blogspot.com/
    Judul foto: Di Tepi Teluk Ambon
    Keterangan: Pasar tidak melulu identik dengan bangunan semi permanen dengan blok-blok yang menampung para pedagang. Di tepi Teluk Ambon, ibu-ibu pedagang ini berjajar rapi menjajakan dagangannya, acuh akan asap kendaraan bermotor yang senantiasa lewat di depan mereka. Yang dijual memang tidak begitu beragam, mungkin hanya sayuran, buah, ikan asap, atau sagu. Butuh beberapa menit untuk berlari ke seberang jalan, bersabar menunggu jalanan sepi, dan memotret pemandangan ini. :D
     

    12. Che

    Nama Blog : mendadakpergi.blogspot.com
    Judul : Pasar Kaget
    Dimana ada gula disitu ada semut. Analogi yang menggambarkan kegiatan pasar kaget yang biasanya ada di tempat-tempat yang banyak dibanjiri pengunjung. Kesan kumuh dan semrawut terkadang dipandang sebelah mata oleh orang yang berlalu-lalang di sekitarnya, walaupun sebenarnya kita dapat menemukan barang yang unik disini, seperti menemukan harta karun di tumpukan barang :D


    13. Greacesia Alexandra  

    Nama Blog: greaces.blogspot.com
    Judul: Warni Pasar
    Orisinil, itu ungkapan saya menanggapi sebuah pasar tradisional. Bagi saya, umbi tanah disandingkan dengan aksesoris penunjang kemasan diri wajar bila hanya ditemukan di sebuah pasar tradisional. Oh betapa saya rindu bermain mata dengan warna warni sebuah kesederhanaan di pasar tradisional. Apa kamu melihat yang saya lihat?


    14. Mehdia Nailufar

    Nama blog: multimehdia
    Judul: Ibu-ibu Pasar Kobong
    Link blog: http://mehdia-multimehdia.blogspot.com/
    Disebut Pasar Kobong (dalam bahasa jawa artinya terbakar)karena pasar tersebut pernah habis terbakar. Lokasinya di tengah kota Madiun. Pedagang kecil yang tidak mampu menyewa stan di dalam pasar yang baru dibangun kembali itu akhirnya berjualan di depannya. Pasar lama itu sekarang sudah menyerupai mall. Meski demikian, ibu-ibu tersebut tetap terlihat bersemangat menjalaninya. Memang mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah, bukan?!



    Nama Blog : www.jalan2liburan.com
    Judul : Soul of the City
    Market is the soul of the city. Kota Belgrade tidak bisa membuat saya berdecak kagum, apalagi jatuh cinta. Berulang kali saya menyusuri setiap belokkannya, setiap kali pun saya kecewa. Yang membuat perjalanan saya ke Belgrade menarik justru karena pada hari minggu pagi itu saya bisa menikmati pasar tradisional rakyat Belgrade yang terletak di jalan utama Bajloni Pijaca, melihat para pembeli dan penjual bertransaksi untuk sekilo paprika berwarna merah. Di pasar inilah saya merasakan detak jantuk kota Belgrade dan sedikit demi sedikit pun saya mulai jatuh cinta.


    16.  Aggy

    Nama/Blog: Aggy / dreamexplorewander.com
    Judul: Pasar Pelangi
    Keterangan: Dimana lagi bisa lihat buah-buahan segar berwarna-warni seperti pelangi bergelantungan kalau tidak di Indonesia. Buah-buah eksotis ini memang benar-benar menggoda lidah saya, apalagi dengan panasnya cuaca! Foto ini saya ambil di Yogyakarta.


    17. Dan Sapar 

    Nama blog: www.dansapar.com
    Judul: Alhamdulillah Yah, Sesuatu...
    Dengan memanfaatkan kepopuleran Syahrini, seorang pedagang cilok di Pasar Minggu Gasibu mencoba menarik perhatian calon pembeli demi tambahan rejeki. Alhamdulillah ya, sesuatu banget...



    18. A Pramana

    Nama blog: Langit Timur (tawangwetan.blogspot.com)
    Judul foto: pasar yang kesepian

    "..kenapa pasar? Rame, kotor ceceran sayur, becek air rendaman ikan, pake bonus amis lagi..."
    Dwi Putri Ratnasari

    Saya yakin benak 90% orang di negeri ini akan dipenuhi dengan bayangan - bayangan seperti apa yang dibayangkan oleh mba Putri diatas ketika mendengar kata pasar. Diantara 10% lainnya adalah penduduk desa kecil di pelosok Kudus ini. Apa yang mereka sebut pasar seakan-akan kesepian menunggu petani selesai menggarap sawahnya yang hanya bisa digarap dimusim kering.



    Nama/nama blog: Catatan Perjalananku
    Judul foto: Rare Fish Market
    Di indonesia memang banyak sekali ya pasar tradisional? tapi kalau pasar ikan bagaimana? se umur - umur baru dua kali saya mengunjungi pasar ikan. untuk foto kali ini adalah pasar ikan Kedonganan yang berada di bali. jenis ikannya lengkap, murah, dan bisa di bakar ditempat ^^


    20. Adni Sholawati

    nama/nama blog: adni sholawati/serenity
    link blog: http://sholawati.blogspot.com/
    Judul foto: Belum ke Solo kalau belum ke Klewer
    Pasar yang dibangun tahun 1947 ini dulunya merupakan bekas pasar burung bernama Slompretan. Kemudian pada jaman Jepang menjadi pusat jual beli baju bekas yang dijual dengan cara "kleweran". Itu sedikit sejarah nama pasar ini.
    Saat ini Pasar Klewer menjadi satu-satunya pasar tradisional di Solo yang menyediakan batik, baik batik tulis maupun batik cap atau printing dengan mutu yang berkualitas.
    Sekilas tampak dari luar semrawut, kurang lebih sama seperti di dalam. Berdesakan dan saling menyenggol saat berbelanja sudah biasa di sini.
    Tapi begitulah Klewer, tak boleh dilewatkan jika Anda berkunjung ke Solo. Dan saat Anda berbelanja di sini, walau sepertinya tak perlu diingatkan, rasa-rasanya saya perlu bilang, "Jangan lupa menawar!"


    21. Ogi Philardi

    nama : Ogi Philardi
    link : www.mainmakan.com
    wanita ini tersenyum manis ketika saya merayunya untuk menurunkan harga Sutra yang ia jual "maaf, tidak bisa lebih murah lagi" dalah bahasa Inggris terbata-bata, dan saya pun luluh. Tidak Semua penjual di pasar Chatuchak, Bangkok seramah dia, sepertinya mengusir dengan kasar ketika kita mencoba menawar sudah biasa di pasar ini. Mungkin karena saya kelihatan seperti pelancong kere?entahlah. Namun pasar ini memberikan pengalaman tersendiri dengan campur aduk komoditinya, mulai dari oleh-oleh, makanan, binatang peliharaan hingga kerajinan seni berharga jutaan rupiah campur aduk dalam satu pasar.


    Blog: http://wiranurmansyah.com
    Sukawati, one of the traditional art market in Bali, is the perfect place to shop art. This is the budget market located in Gianyar. Even so, the quality is comparable to the expensive one you find in town. Don't hesitate to make a deal with the shopkeepers, they will be very welcome to you.


    Nama blog: http://eatingandmoving.tumblr.com/
    Judul/keterangan foto:
    Menurut saya, salah satu aktivitas yang paling menyenangkan adalah kunjungan pasar di setiap kota baru. Jadi Saya selalu coba untuk menyisihkan satu hari atau lebih untuk mengunjungi pasar lokal di setiap liburan. Kamu belajar banyak disetiap kunjungan- Makanan apa yang disuka penduduk lokal, hasil bumi mana yang bisa di cocok tanam dan bila pangan impor, pangan apakah yang lebih dipilih. Pasar juga tempat tepat untuk bertemu karakter-karakter unik- ada yang keras kepala tidak pernah mau ditawar harga, ada yang selalu ingin tahu dan bertanya seribu pertanyaan: dari mana? Ke mana? Kenapa datang sini? Sudah kawin? Dan ada juga yang selalu senang hanya dengan berada di pasar berinteraksi dengan pelangannya, selalu bisa dilihat lewat mata dan senyum mereka. Waktu di Wamena, Papua, Saya sempat kunjungi pasar yang kebanyakan jual sayur, buah, lelang ternak dan juga seperti digambar, satu lorong yang jual tas rajutan khas penduduk Dhani. Tas rajutan ini bukanlah gampang dibuat, dengan tangan, biasa bisa sampai berbulan baru bisa dapat buat satu tas. Di sekeliling Lembah Baliem, bisa diliat tas rajutan ini di pakai di seluruh kalangan, dari ibu-ibu yang memakainya untuk membawa sayur dan buah, anak-anak sekolah menjadikannya jadi tas buku, dan juga dipakai untuk membawa baju. Tidaklah aneh bila tas rajut ini juga sangat penting buat penduduk Dhani sebagai mas tunangan bersama ternak seperti babi. Semakin banyak tas rajutan sebagai hadiah, semakin besar nama peminang.



     
    Pasar Aceh
    Tak perlu sukar mencari peci, mampirlah ke sebelah Masjid Baiturrahman Banda Aceh. Di situ ada Pasar Aceh, kau bisa memilih peci, sajadah dan tasbih sesukamu dengan harga yang sesuai kantongmu. Kau mau warna merah, biru, hijau semua ada. Datanglah kesana, dan kau akan merasakan uap-uap persahabatan ketika berbincang dengan si pedagang. Sederhana dan menyejukkan.








    Nama blog: www.pergidulu.com/blog/
    Judul/Keterangan Foto: Slow Loris di Pasar Burung Jatinegara, Jakarta.Pasar merupakan tempat jual beli. Apa saja yang bisa diperjualbelikan di sana? Apa saja. Ya...apa saja, termasuk seekor Slow Loris (kuskus) yang ditawarkan oleh pedagang di Pasar Jatinegara (biasa dikenal juga dengan sebutan Pasar Hewan Langka) seharga 500ribu rupiah. Entah bagaimana perizinan kepemilikan hewan langka di Indonesia, namun alangkah baiknya jika hewan langka tersebut dibiarkan hidup bebas di habitat aslinya saja.


    26. Tesya
    Damnoen Saduak Floating Market
    Link blog : http://www.tesyasblog.com
    Pasar terapung Damnoen Saduak, dapat ditempuh sekitar 2 jam dari Bangkok. Pergilah kesana di pagi hari, agar pasar ini belum crowded dengan datangnya rombongan turis. Jika anda mencari salah satu hal unik yang bisa dilakukan di Bangkok, saya rekomendasikan Damnoean Saduak Floating Market:)

    27. Niken Andriani

    Blog: n-journal.com
    Judul : Sarapan di pasar
    Waktu paling tepat 'bermain' ke pasar sayur adalah pagi hari. Saat barang dagangan masih digelar dan ibu-ibu lalu lalang berbelanja. Di tengah hiruk pikuk dan bau jalanan becek yang tak sedap, ibu pedagang ini tetap santai menikmati sarapan paginya. Ia hanya kaget saat tiba-tiba saya potret. "Sarapan dulu, dik!" Katanya pagi itu di pasar pecinan, Semarang.


    28. Nauval

    Link blog : noval78.wordpress.com
    Judul : Aku ingin itu
    caption :
    Pasar bisa jadi surga tempat impian seorang anak, karena segala bentuk mainan, jajanan, pernak-pernik dan pakaian-pakaian lucu tersedia disitu. Dan begitu pula dengan gadis cilik ini, ia sedang memperlihatkan pernak-pernik yang dia suka kepada ibunya di pasar malam Melaka, Malaysia. Pasar malam (night market) di Melaka berpusat di Jonker Street dan digelar di tiap akhir pekan, dari Jumat sampai Minggu, tiap malam. Hiruk pikuk pedagang dan pembeli tumpah ruah di sepanjang jalan itu.


    29. Dina Dua Ransel


    Link blog: http://www.duaransel.com/
    Memasuki Gerbang Samping Kota Merah Marrakesh.
    Kota merah Medinah Marrakesh, kota mimpi seribu satu malamku. Di gerbang samping kota tua ini, kami membuntuti seekor bagal penarik kereta sayur-mayur masuk ke dalam kota. Dua orang pria mengendalikannya. Mereka penjual sayur-mayur di salah satu dari sekian banyak pasar di dalam kota tua berdinding merah ini. Sekian banyak pasar kecil rakyat jelata yang tak tersentuh turis.
    Medina Marrakesh bukan sekedar alun-alun ternama nan eksotik Djemaa el Fnaa dan souq raksasanya saja. Kehidupan tradisional masyarakatnya di balik tembok merah ini, lebih memikat lagi.


    30. Ahmad Riyanto

    Nama: Ahmad Riyanto
    Link Blog: http://kucingbloon.wordpress.com
    Jinli Street
    Siapa yang sangka jalanan sempit nan sepi ketika siang hari dan dipenuhi toko-toko yang menjajakan pernak-pernik dan jajanan khas Cina ini ketika malam hari berubah menjadi pasar malam tempat dimana warga Chengdu berkumpul.


    31. Yongky D

    Nama blog: mimpipejuang.blogspot.com
    Judul: Hidup adalah perjuangan
    Words: Pasar, tempat mereka berjuang dalam hidup. Di usia yang sudah senja mereka masih mencari uang, bukan untuk menonton di bioskop, bukan untuk makan makanan enak di restoran, bukan untuk membeli gadget, bukan juga untuk membeli perhiasan, hanya untuk sesuap nasi.
    Sudahkah kita berjuang & menghargai sebuah hidup???
    Foto ini diambil di bawah terik matahari Pasar Kebalen, Malang.


    32. Helena 



    Blog: http://helenamantra.blogspot.com/2012/10/pasar-ikan-talise.html
    Judul: Pasar Ikan Talise
    Setiap malam di pinggir Pantai Talise ada pasar ikan hasil tangkapan dari laut. So fresh from the sea. Ketika itu kami menemani Opa Jose, turis dari Peru, untuk jalan-jalan malam di Palu. Dengan kemampuan English yang pas-pasan, kami berusaha menjelaskan jenis dan harga ikan. Modal nekat buat jadi tour guide. Menurut Opa, harga seafood di sini lebih mahal daripada di negara asalnya. Hmm..kenapa ya? Padahal lokasi pasar ini 
    tepat di sebelah pantai.

    33. Nanie



    Link Blog : http://jokkajokka.com/pecel-mbak-pecel-mas/
    Pecel mbak, Pecel mas...
    Di sisi kiri dan kanan gerbang masuk Pasar Beringharjo - Jogjakarta, berjejer penjual pecel dan jajanan lainnya. Saya duduk di kursi plastik pas depan jualan si Mbak, memesan pecel satu porsi dan es teh manis. Ditanya lengkap? pake mi? saya ho oh saja. Dan ketika pecel pesanan datang, saya takjub. Campuran sayurnya macem-macem, beberapa sayuran bahkan saya belom pernah coba, belum pernah liat, dan gak tau namanya :)) Tapi tempe dan tahu bacemnya uenakkk. Jika berkunjung ke Jogja dan sedang berbelanja atau berburu ole-ole di Malioboro atau Pasar Beringharjo, sempatkanlah mampir mencoba pecel ini.

      
     
    Link Blog: http://siary.wordpress.com/
    judul: mine
    Satu momen hening di daerah Kranggan, tepat di jantung kota lama Semarang. Dimana pasar dan kota lama yang tak terpisahkan oleh batas fisik. Lapak dagangan bisa di rumah, depan, samping bahkan di tengah jalan yang membelah gang-gang sempitnya. Selalu ada frame yang baru disini.