Jumat, 19 Oktober 2012

Turnamen Foto Perjalanan - Ronde 5: Pasar - The Winner Goes To...

Ogi Philardi! (@philardi)

Wanita ini tersenyum manis ketika saya merayunya untuk menurunkan harga Sutra yang ia jual. "Maaf, tidak bisa lebih murah lagi," katanya dalam bahasa Inggris terbata-bata, dan saya pun luluh. Tidak Semua penjual di pasar Chatuchak, Bangkok seramah dia, seperti mengusir dengan kasar ketika kita mencoba menawar sudah biasa di pasar ini. Mungkin karena saya kelihatan seperti pelancong kere? Entahlah. Namun pasar ini memberikan pengalaman tersendiri dengan campur aduk komoditinya, mulai dari oleh-oleh, makanan,binatang peliharaan hingga kerajinan seni berharga jutaan rupiah campur aduk dalam satu pasar.

Tak saya duga, ternyata cukup banyak teman-teman blogger yang hobi blusukan ke pasar saat traveling. Mbak Dina Dua Ransel bahkan ngiming-ngimingi saya tentang souk market  ikonik terbesar di dunia seperti di Madinah dan Maroko yang pernah dia kunjungi. Hmm... Awas kowe, Mbak. :p Bagi saya, pasar selalu menimbulkan atmosfir yang berbeda ketika berjalan-jalan ke kota yang asing. Interaksi sosial, ekonomi, budaya campur aduk di satu tempat. Apalagi yang hobi ilmu bargaining, maka pasar adalah surganya. 

Ogi Philardi beruntung karena menemukan penjual sutra yang ramah di Pasar Chatuchack, Bangkok. Walaupun dia merayu dan menawar sehelai kain bernilai ekonomi tinggi itu, si mbak masih saja mau tertawa manis memamerkan gigi-giginya. Kalau apes, bisa saja lho Mas Ogi Philardi ini di kasih muka sepet bonus umpatan oleh pedagang karena menawar terlalu berlebihan. Well, di situ mungkin seninya berbelanja di pasar. Hanya orang-orang terberkati yang mampu mengasah ilmu tawar-menawar di sana. Eits, jangan salah paham dulu, orang-orang terberkati ini jumlahnya ngga banyak, karena mereka menawar barang bukan dari segi harga saja tapi juga menilik proses dibaliknya. Bayangkan kalau kalian sendiri yang menenun kain atau memintal benang sutra selama berminggu-minggu, apa ya mau dibayar rendah? :)

Dari segi fotografis, saya sebetulnya tak terlalu jago menilai ya. Namun, saya mengagumi bagi siapa saja yang dapat menemukan komposisi pas di tengah keramaian pasar. Makanya itu saya yakin, memotret pasar perlu kejelian. Antara merekam visual dengan menarik sekaligus menyampaikan pesan dibaliknya.

Yasudah itu saja. Terima kasih buanyak buat blogger-blogger yang mau ikutan tema Turnamen Foto Perjalanan kali ini dan ronde-ronde sebelumnya. Ajang yang asik buat nambah temen dan silaturahmi. Selamat sekali lagi untuk Mas Ogi Philardi, prepare for the next round!:D

Cheers,
Putri

PS:
Untuk menilik status terbaru beserta FAQ Turnamen Foto Perjalanan, silahkan cek: Turnamen Foto Perjalanan untuk Traveler Indonesia
Foto lengkap peserta ronde kelima bisa klik tautan ini.

Selasa, 09 Oktober 2012

Turnamen Foto Perjalanan - Ronde 5: Pasar

Berjumpa kembali dalam Turnamen Foto Perjalanan paling ngehip se-Indonesia tahun ini bersama saya, Putri, host kelima, yang entah kenapa bisa jadi pemenang pada ronde keempat kemarin... Hehehe... Ah sutralah ya, mari kita lanjutkan permainan yang mengasyikkan ini! Setelah melewati ronde pertama tentang Laut, disusul dengan tema Kuliner, kemudian suguhan foto-foto Portret, hingga gambaran berbagai Senja

Di bawah terik matahari Surabaya yang tak kunjung dibasahi air hujan, maka saya memutuskan bahwa ronde kali ini akan bercerita tentang Pasar! Yap betul! Pasar!  

Euh, kenapa pasar? Rame, kotor ceceran sayur, becek air rendaman ikan, pake bonus amis lagi...

Lho, kenapa tidak? Pasar memang identik dengan hal yang disebut tadi. Tapi di antara keriwehan itu, pernahkan melihat komposisi yang menarik dari sana? Pernahkan mendapatkan cerita unik dari pasar untuk oleh-oleh pulang? Mungkin jejeran sirih pinang yang tak dijual di pasar dekat rumahmu. Lalu rasa pahit dan mual yang membuatmu menyesal mencecapnya. Mungkin saat traveling ke Pontianak dan bagasi tertinggal, tak ada baju ganti, maka di saat itu pula kamu akan bersyukur atas diciptakannya lelong, surga pasar pakaian bekas paling ngetren di sana.  

Sebuah pasar di Ladakh, India, banyak dijejali oleh pedagang dari kaki gunung Himalaya. Salah satunya, masyarakat suku Changpa yang menjajakan kain wool. Siapa sangka, para penggembala yang tak mirip orang India di film Bollywood tersebut, selalu menyediakan sesi khusus untuk menyanyikan folksong pada ternak yang bulunya siap dipanen.   

Pernah nonton Sex and The City 2? Ingat ada scene pasar tradisional dengan lorong-lorong berdinding kapur dan beragam dagangan dengan warna-warna menabrak mata? Kabarnya sih gambar itu diambil di salah satu pasar di Maroko. And I really really wanna go there! *lho kok curhat*

Yah, intinya untuk kalian yang punya kenangan, persepsi, hobi atau apa sajalah saat traveling dan mampir ke pasar lokal, yuk bagi-bagi pengalamannya lewat Turnamen Foto Perjalanan ronde kelima! :)


Pasar Atom Surabaya, salah satu pusat jajanan terlengkap di Surabaya Utara. Atmosfernya kerap berubah mengikuti momen yang sedang berlangsung. Foto di atas diambil di salah satu sudut Pasar Atom saat menjelang Hari Raya Imlek.


Nih, aturannya:

Submisi 9-16 Oktober 2012
Foto harus merupakan milikmu sendiri.
Host foto Pasar-mu di situsmu sendiri.
Web, blog, Flickr, Picasa, Photobucket, dsb terserah.
 
Submit foto pada kolom comment artikel ini dengan format berikut:
  • Nama/nama blog
  • Link blog
  • Judul/keterangan foto (max 1 paragraf)
  • Link foto (ukuran foto sekitar 600 px, jangan terlalu besar)
  • Ada kemungkinan foto yang kamu kirim akan di-re-host di web tuan rumah. Terutama kalau terlalu besar atau bermasalah.
  • Submisi lebih cepat lebih baik, sehingga fotomu bisa tertampil seatas mungkin, hehe.
  • Foto yang tidak patut tidak akan diupload di sini. Kebijaksanaan tuan rumah (misal: mengandung kebencian SARA, nyeleneh, menghina pihak lain).

Pengumuman pemenang: 2-3 hari setelah batas submisi.



http://www.duaransel.com/turnamen-foto-perjalanan-traveler-indonesia/">Turnamen Foto Perjalanan untuk Traveler Indonesia

Mengapa mengikuti Turnamen Foto Perjalanan?
  • Ajang sharing foto. Bersama, para travel blogger Indonesia membuat album-album perjalanan yang indah. Yang tersebar dalam ronde-ronde turnamen ini. Untuk dinikmati para pencinta perjalanan lainnya.
  • Kesempatan jadi pemenang. Pemenang tiap ronde menjadi tuan rumah ronde berikutnya. Plus, blog dan temamu (dengan link ybs) akan tercantum dalam daftar turnamen yang dimuat di setiap ronde yang mendatang. Not a bad publication.


Siapa yang bisa ikut?
  • (Travel) blogger – Tak terbatas pada travel blogger profesional, blogger random yang suka perjalanan juga boleh ikut.
  • Setiap blog hanya boleh mengirimkan 1 foto. Misal DuaRansel yang terdiri dari Ryan dan Dina (2 orang) hanya boleh mengirim 1 foto total.
  • Pemenang berkewajiban menyelenggarakan ronde berikutnya di (travel) blog pribadinya, dalam kurun 1 minggu. Dengan demikian, roda turnamen tetap berputar!
  • Panduan bagi tuan rumah baru akan diinformasikan pada pengumuman pemenang. Jika pemenang tidak sanggup menjadi tuan rumah baru, pemenang lain akan ditunjuk.

Nggak punya blog tapi ingin ikutan?
  • Oke deh, ga apa-apa, kirim sini fotomu. Tapi partisipasimu hanya sebatas penyumbang foto saja. Kamu nggak bisa menang karena kamu nggak bisa jadi tuan rumah ronde berikutnya.
  • Eh tapi, kenapa nggak bikin travel blog baru aja sekalian? WordPress, tumblr, dan blogspot gampang kok, pakainya. Jangan pake multiply ya, karena multiply akan segera gulung kasur.


Hak dan kewajiban tuan rumah:
  • Menyelenggarakan ronde Turnamen Foto Perjalanan di blog-nya
  • Memilih tema
  • Melalui social media, mengajak para blogger lain untuk berpartisipasi
  • Mengupload foto-foto yang masuk
  • Memilih pemenang (boleh dengan alasan apapun)
  • Menginformasikan pemenang baru apa yang perlu mereka lakukan (panduan akan disediakan)

6. You!

Pendiri dan koordinator Turnamen Foto Perjalanan: Dina DuaRansel.com
◦    email: dina@duaransel.com, twitter: @duaransel, facebook: fb.com/duaransel
◦    Pertanyaan seputar penyelenggaraan dsb? Hubungi Dina .




Untuk menilik status terbaru beserta FAQ Turnamen Foto Perjalanan, silahkan cek:








  • http://www.duaransel.com/turnamen-foto-perjalanan-traveler-indonesia/">Turnamen Foto Perjalanan untuk Traveler Indonesia

  • Dan jangan lupa kirimkan fotomu paling lambat tanggal 16 Oktober 2012!


    1. Travenesia


    Nama/nama blog: Travenesia
    Link blog: Travenesia.com

    Judul/keterangan foto: Pasar Terong

    Biasanya pasar ini beroperasi mulai subuh hari. Konsumennya adalah pemilik warung - warung besar di Makassar seperti Coto Makassar yang sangat membutuhkan jeruk nipis untuk penyedap rasa dan banyak lagi. Selain itu di pasar ini, banyak pedagang yang menjual barang second (Bekas) seperti baju dll. Pasar ini berlokasi di sekitar wilayah Masjid Al Markaz (Terbesar di Makassar) dan bersampingan dengan Kanal!

    2. WOWnderfulife

    Nama blog: Wownderfulife
    Link blog: wownderfulife.wordpress.com
    Judul: My Playground
    Dulu, saya sering menolak saat Mba Mien, ibu saya, mengajak saya ke pasar. Alasannya klasik ‘ibu ga pernah sebentar kalau sudah di pasar!’. Binggung deh..ngapain aja sih di pasar sampai segitu lamanya. Tapi ternyata benar apa kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Di pasar saya menemukan taman bermain yang asik. Berpeluh diantara baju-baju reject-an yang masih bau kentut kapal. Membolak-balik gunungan baju. Saling sikut untuk merebut barang incaran. Puassss tak terkatakan saat kesaktian mulut dalam menawar membuahkan hasil maksimal. Ohhh…i really love my playground!


    Nama/nama blog: Elangsendiri
    Link blog: elangsendiri.blogspot.com
    Judul/keterangan foto: BEKAS PAKAI
    Dua orang lelaki penjual perkakas kamar mandi dan toilet bekas pakai di bilangan Pasar Rumput, Jakarta Selatan menunggu pembeli.Tidak perlu menguras kocek terlalu dalam untuk mempercantik kamar mandi/toilet anda. Banyak ragam perkakas merk ternama dengan banderol murah di bursa perkakas bekas pakai Pasar Rumput.




    Nama blog: efenerr
    Link blog: efenerr.wordpress.com
    Judul : Framing
    Pasar Tomohon yang selalu riuh di akhir pekan, menggoda saya untuk mengambil sedikit jejak. Menampung semua gambar pada foto tidak mungkin, jadilah pilar-pilar bangunan sebagai frame untuk menangkap momen - momen keriuhan pasar.

    5. Shu Travelographer 

    Nama/nama blog : Shu Travelographer
    Link blog : shu-travelographer.blogspot.com 
    Judul : Pasar Rakyat Coc Ly, Vietnam
    Di Vietnam Utara tepatnya di Provinsi Bac Ha terdapat pasar rakyat yang digelar hanya sekali dalam setiap minggunya. Untuk Bac ha Market digelar setiap hari minggu pagi, sedangkan Coc Ly Market digelar setiap hari kamis. Dipasar ini merupakan ajang bertemu untuk bertansaksi hasil bercocok tanam berbagai etnis / suku pedalaman diantaranya etnis Flower H'mong, Black Dao minority, Tay minority, Phu La, dan etnis Dao Tuyen dengan pakaian yang berwarna warni.



    Nama blog: sukmadede
    Link blog: sukmadede.blogspot.com
    Judul foto : Say it with flowers
    Keterangan foto : (Rangkaian) bunga sudah menjadi sesuatu yang lazim untuk mengungkapkan rasa sukacita, ucapan selamat, dukacita bahkan ungkapan kasih sayang dari seseorang kepada kekasihnya. Di beberapa kotadi Indonesia biasanya pasar bunga mempunyai lokasi tersendiri (terorganisir), yang menawarkan bunga lokal maupun impor.Pasar Jibama di Wamena merupakan pasar tradisional terbesar di kawasan Lembah Baliem. Pasar ini seperti menjajakan kebutuhan sehari-hari, seperti hipere (ubi), pinang, sayuran, ikan, kayu bakar, hasil kerajinan tangan hingga babi. Namun uniknya selain beberapa dagangan tadi, di pasar tradisional di kota yang terletak di ketinggian 1600 mdpl ini, ternyata dijajakan juga hand bouquet flower. Bunga-bunga khas wamena yang rangkum dan dibungkus kertas tersebut dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Bunga yang berwana-warni tersebut bukan dari jenis Edelweiss yang biasanya hidup gunung-gunung. Orang sana menyebutnya dengan ‘Bunga Kertas’.Jadi kalo kamu sempat berkunjung ke Wamena dengan pasangan atau gebetan, langsung aja beli bunga kertas tersebut dan berikan (dengan cinta) padanya.



    Link blog: http://debbzie.com
    Judul: Bagele Seller
    Bagele adalah roti keras dengan taburan wijen khas warga Palestina. Saya bertemu penjual Bagele ini ketika berkunjung ke pasar di Old Town Jerusalem, Israel. Ukuran roti yang sangat besar dan unik berhasil menarik perhatian saya di tengah keriuhan pasar yang hiruk pikuk.


    8. Indra Setiawan 

    Link Blog : http://www.backpackerborneo.com/
    Judul Foto: Pasar Terapung Lok Baintan, Kalsel
    Caption:
    Pasar yang hanya ada di Kalimantan Selatan ini menggeliat sejak subuh hari hingga sekitar pukul 9 pagi para pedagangnya yang mayoritas ibu-ibu perlahan-lahan kembali ke rumahnya masing-masing. Keunikannya adalah lokasi pasarnya yang di atas sungai, sambil bertransaksi diatas Jukung (Sampan) para pedagangnya mengikuti arus sungai.


    9. Indohoy

    Nama blog: indohoy.com
    Judul: The Women of the East
    Keterangan:
    Local markets are one of my favorite places to see when traveling. Not only do I get to see the yummy goods it offers, it also introduces me to the local people. Market people are unique characters. They’re usually loud, friendly, and draw a hard bargain, but a bunch of humorous people. However, the magic of a local market is, you don’t even have to talk to them to know they’re unique. A picture can show it all!


    10. Astri Apriyani

    Nama blog: Philogynik dan Senja
    Link blog: http://renjanatuju.wordpress.com/
    Judul foto: Pasar Wage dari Dekat Sekali
    Selain menjadi "jati diri" paling kentara suatu daerah, suatu pasar tradisional adalah salah satu tempat yang membuat semua orang tidak bakal merasa asing. Siapa pun saling bicara, saling sapa, saling bersinggungan, meskipun dalam bahasa dagang sekalipun. Ringkasnya, pasar itu hangat. Sekian :D


    11. Maharsi Wahyu

    Nama blog: Journal Kinchan
    Link blog: http://journalkinchan.blogspot.com/
    Judul foto: Di Tepi Teluk Ambon
    Keterangan: Pasar tidak melulu identik dengan bangunan semi permanen dengan blok-blok yang menampung para pedagang. Di tepi Teluk Ambon, ibu-ibu pedagang ini berjajar rapi menjajakan dagangannya, acuh akan asap kendaraan bermotor yang senantiasa lewat di depan mereka. Yang dijual memang tidak begitu beragam, mungkin hanya sayuran, buah, ikan asap, atau sagu. Butuh beberapa menit untuk berlari ke seberang jalan, bersabar menunggu jalanan sepi, dan memotret pemandangan ini. :D
     

    12. Che

    Nama Blog : mendadakpergi.blogspot.com
    Judul : Pasar Kaget
    Dimana ada gula disitu ada semut. Analogi yang menggambarkan kegiatan pasar kaget yang biasanya ada di tempat-tempat yang banyak dibanjiri pengunjung. Kesan kumuh dan semrawut terkadang dipandang sebelah mata oleh orang yang berlalu-lalang di sekitarnya, walaupun sebenarnya kita dapat menemukan barang yang unik disini, seperti menemukan harta karun di tumpukan barang :D


    13. Greacesia Alexandra  

    Nama Blog: greaces.blogspot.com
    Judul: Warni Pasar
    Orisinil, itu ungkapan saya menanggapi sebuah pasar tradisional. Bagi saya, umbi tanah disandingkan dengan aksesoris penunjang kemasan diri wajar bila hanya ditemukan di sebuah pasar tradisional. Oh betapa saya rindu bermain mata dengan warna warni sebuah kesederhanaan di pasar tradisional. Apa kamu melihat yang saya lihat?


    14. Mehdia Nailufar

    Nama blog: multimehdia
    Judul: Ibu-ibu Pasar Kobong
    Link blog: http://mehdia-multimehdia.blogspot.com/
    Disebut Pasar Kobong (dalam bahasa jawa artinya terbakar)karena pasar tersebut pernah habis terbakar. Lokasinya di tengah kota Madiun. Pedagang kecil yang tidak mampu menyewa stan di dalam pasar yang baru dibangun kembali itu akhirnya berjualan di depannya. Pasar lama itu sekarang sudah menyerupai mall. Meski demikian, ibu-ibu tersebut tetap terlihat bersemangat menjalaninya. Memang mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah, bukan?!



    Nama Blog : www.jalan2liburan.com
    Judul : Soul of the City
    Market is the soul of the city. Kota Belgrade tidak bisa membuat saya berdecak kagum, apalagi jatuh cinta. Berulang kali saya menyusuri setiap belokkannya, setiap kali pun saya kecewa. Yang membuat perjalanan saya ke Belgrade menarik justru karena pada hari minggu pagi itu saya bisa menikmati pasar tradisional rakyat Belgrade yang terletak di jalan utama Bajloni Pijaca, melihat para pembeli dan penjual bertransaksi untuk sekilo paprika berwarna merah. Di pasar inilah saya merasakan detak jantuk kota Belgrade dan sedikit demi sedikit pun saya mulai jatuh cinta.


    16.  Aggy

    Nama/Blog: Aggy / dreamexplorewander.com
    Judul: Pasar Pelangi
    Keterangan: Dimana lagi bisa lihat buah-buahan segar berwarna-warni seperti pelangi bergelantungan kalau tidak di Indonesia. Buah-buah eksotis ini memang benar-benar menggoda lidah saya, apalagi dengan panasnya cuaca! Foto ini saya ambil di Yogyakarta.


    17. Dan Sapar 

    Nama blog: www.dansapar.com
    Judul: Alhamdulillah Yah, Sesuatu...
    Dengan memanfaatkan kepopuleran Syahrini, seorang pedagang cilok di Pasar Minggu Gasibu mencoba menarik perhatian calon pembeli demi tambahan rejeki. Alhamdulillah ya, sesuatu banget...



    18. A Pramana

    Nama blog: Langit Timur (tawangwetan.blogspot.com)
    Judul foto: pasar yang kesepian

    "..kenapa pasar? Rame, kotor ceceran sayur, becek air rendaman ikan, pake bonus amis lagi..."
    Dwi Putri Ratnasari

    Saya yakin benak 90% orang di negeri ini akan dipenuhi dengan bayangan - bayangan seperti apa yang dibayangkan oleh mba Putri diatas ketika mendengar kata pasar. Diantara 10% lainnya adalah penduduk desa kecil di pelosok Kudus ini. Apa yang mereka sebut pasar seakan-akan kesepian menunggu petani selesai menggarap sawahnya yang hanya bisa digarap dimusim kering.



    Nama/nama blog: Catatan Perjalananku
    Judul foto: Rare Fish Market
    Di indonesia memang banyak sekali ya pasar tradisional? tapi kalau pasar ikan bagaimana? se umur - umur baru dua kali saya mengunjungi pasar ikan. untuk foto kali ini adalah pasar ikan Kedonganan yang berada di bali. jenis ikannya lengkap, murah, dan bisa di bakar ditempat ^^


    20. Adni Sholawati

    nama/nama blog: adni sholawati/serenity
    link blog: http://sholawati.blogspot.com/
    Judul foto: Belum ke Solo kalau belum ke Klewer
    Pasar yang dibangun tahun 1947 ini dulunya merupakan bekas pasar burung bernama Slompretan. Kemudian pada jaman Jepang menjadi pusat jual beli baju bekas yang dijual dengan cara "kleweran". Itu sedikit sejarah nama pasar ini.
    Saat ini Pasar Klewer menjadi satu-satunya pasar tradisional di Solo yang menyediakan batik, baik batik tulis maupun batik cap atau printing dengan mutu yang berkualitas.
    Sekilas tampak dari luar semrawut, kurang lebih sama seperti di dalam. Berdesakan dan saling menyenggol saat berbelanja sudah biasa di sini.
    Tapi begitulah Klewer, tak boleh dilewatkan jika Anda berkunjung ke Solo. Dan saat Anda berbelanja di sini, walau sepertinya tak perlu diingatkan, rasa-rasanya saya perlu bilang, "Jangan lupa menawar!"


    21. Ogi Philardi

    nama : Ogi Philardi
    link : www.mainmakan.com
    wanita ini tersenyum manis ketika saya merayunya untuk menurunkan harga Sutra yang ia jual "maaf, tidak bisa lebih murah lagi" dalah bahasa Inggris terbata-bata, dan saya pun luluh. Tidak Semua penjual di pasar Chatuchak, Bangkok seramah dia, sepertinya mengusir dengan kasar ketika kita mencoba menawar sudah biasa di pasar ini. Mungkin karena saya kelihatan seperti pelancong kere?entahlah. Namun pasar ini memberikan pengalaman tersendiri dengan campur aduk komoditinya, mulai dari oleh-oleh, makanan, binatang peliharaan hingga kerajinan seni berharga jutaan rupiah campur aduk dalam satu pasar.


    Blog: http://wiranurmansyah.com
    Sukawati, one of the traditional art market in Bali, is the perfect place to shop art. This is the budget market located in Gianyar. Even so, the quality is comparable to the expensive one you find in town. Don't hesitate to make a deal with the shopkeepers, they will be very welcome to you.


    Nama blog: http://eatingandmoving.tumblr.com/
    Judul/keterangan foto:
    Menurut saya, salah satu aktivitas yang paling menyenangkan adalah kunjungan pasar di setiap kota baru. Jadi Saya selalu coba untuk menyisihkan satu hari atau lebih untuk mengunjungi pasar lokal di setiap liburan. Kamu belajar banyak disetiap kunjungan- Makanan apa yang disuka penduduk lokal, hasil bumi mana yang bisa di cocok tanam dan bila pangan impor, pangan apakah yang lebih dipilih. Pasar juga tempat tepat untuk bertemu karakter-karakter unik- ada yang keras kepala tidak pernah mau ditawar harga, ada yang selalu ingin tahu dan bertanya seribu pertanyaan: dari mana? Ke mana? Kenapa datang sini? Sudah kawin? Dan ada juga yang selalu senang hanya dengan berada di pasar berinteraksi dengan pelangannya, selalu bisa dilihat lewat mata dan senyum mereka. Waktu di Wamena, Papua, Saya sempat kunjungi pasar yang kebanyakan jual sayur, buah, lelang ternak dan juga seperti digambar, satu lorong yang jual tas rajutan khas penduduk Dhani. Tas rajutan ini bukanlah gampang dibuat, dengan tangan, biasa bisa sampai berbulan baru bisa dapat buat satu tas. Di sekeliling Lembah Baliem, bisa diliat tas rajutan ini di pakai di seluruh kalangan, dari ibu-ibu yang memakainya untuk membawa sayur dan buah, anak-anak sekolah menjadikannya jadi tas buku, dan juga dipakai untuk membawa baju. Tidaklah aneh bila tas rajut ini juga sangat penting buat penduduk Dhani sebagai mas tunangan bersama ternak seperti babi. Semakin banyak tas rajutan sebagai hadiah, semakin besar nama peminang.



     
    Pasar Aceh
    Tak perlu sukar mencari peci, mampirlah ke sebelah Masjid Baiturrahman Banda Aceh. Di situ ada Pasar Aceh, kau bisa memilih peci, sajadah dan tasbih sesukamu dengan harga yang sesuai kantongmu. Kau mau warna merah, biru, hijau semua ada. Datanglah kesana, dan kau akan merasakan uap-uap persahabatan ketika berbincang dengan si pedagang. Sederhana dan menyejukkan.








    Nama blog: www.pergidulu.com/blog/
    Judul/Keterangan Foto: Slow Loris di Pasar Burung Jatinegara, Jakarta.Pasar merupakan tempat jual beli. Apa saja yang bisa diperjualbelikan di sana? Apa saja. Ya...apa saja, termasuk seekor Slow Loris (kuskus) yang ditawarkan oleh pedagang di Pasar Jatinegara (biasa dikenal juga dengan sebutan Pasar Hewan Langka) seharga 500ribu rupiah. Entah bagaimana perizinan kepemilikan hewan langka di Indonesia, namun alangkah baiknya jika hewan langka tersebut dibiarkan hidup bebas di habitat aslinya saja.


    26. Tesya
    Damnoen Saduak Floating Market
    Link blog : http://www.tesyasblog.com
    Pasar terapung Damnoen Saduak, dapat ditempuh sekitar 2 jam dari Bangkok. Pergilah kesana di pagi hari, agar pasar ini belum crowded dengan datangnya rombongan turis. Jika anda mencari salah satu hal unik yang bisa dilakukan di Bangkok, saya rekomendasikan Damnoean Saduak Floating Market:)

    27. Niken Andriani

    Blog: n-journal.com
    Judul : Sarapan di pasar
    Waktu paling tepat 'bermain' ke pasar sayur adalah pagi hari. Saat barang dagangan masih digelar dan ibu-ibu lalu lalang berbelanja. Di tengah hiruk pikuk dan bau jalanan becek yang tak sedap, ibu pedagang ini tetap santai menikmati sarapan paginya. Ia hanya kaget saat tiba-tiba saya potret. "Sarapan dulu, dik!" Katanya pagi itu di pasar pecinan, Semarang.


    28. Nauval

    Link blog : noval78.wordpress.com
    Judul : Aku ingin itu
    caption :
    Pasar bisa jadi surga tempat impian seorang anak, karena segala bentuk mainan, jajanan, pernak-pernik dan pakaian-pakaian lucu tersedia disitu. Dan begitu pula dengan gadis cilik ini, ia sedang memperlihatkan pernak-pernik yang dia suka kepada ibunya di pasar malam Melaka, Malaysia. Pasar malam (night market) di Melaka berpusat di Jonker Street dan digelar di tiap akhir pekan, dari Jumat sampai Minggu, tiap malam. Hiruk pikuk pedagang dan pembeli tumpah ruah di sepanjang jalan itu.


    29. Dina Dua Ransel


    Link blog: http://www.duaransel.com/
    Memasuki Gerbang Samping Kota Merah Marrakesh.
    Kota merah Medinah Marrakesh, kota mimpi seribu satu malamku. Di gerbang samping kota tua ini, kami membuntuti seekor bagal penarik kereta sayur-mayur masuk ke dalam kota. Dua orang pria mengendalikannya. Mereka penjual sayur-mayur di salah satu dari sekian banyak pasar di dalam kota tua berdinding merah ini. Sekian banyak pasar kecil rakyat jelata yang tak tersentuh turis.
    Medina Marrakesh bukan sekedar alun-alun ternama nan eksotik Djemaa el Fnaa dan souq raksasanya saja. Kehidupan tradisional masyarakatnya di balik tembok merah ini, lebih memikat lagi.


    30. Ahmad Riyanto

    Nama: Ahmad Riyanto
    Link Blog: http://kucingbloon.wordpress.com
    Jinli Street
    Siapa yang sangka jalanan sempit nan sepi ketika siang hari dan dipenuhi toko-toko yang menjajakan pernak-pernik dan jajanan khas Cina ini ketika malam hari berubah menjadi pasar malam tempat dimana warga Chengdu berkumpul.


    31. Yongky D

    Nama blog: mimpipejuang.blogspot.com
    Judul: Hidup adalah perjuangan
    Words: Pasar, tempat mereka berjuang dalam hidup. Di usia yang sudah senja mereka masih mencari uang, bukan untuk menonton di bioskop, bukan untuk makan makanan enak di restoran, bukan untuk membeli gadget, bukan juga untuk membeli perhiasan, hanya untuk sesuap nasi.
    Sudahkah kita berjuang & menghargai sebuah hidup???
    Foto ini diambil di bawah terik matahari Pasar Kebalen, Malang.


    32. Helena 



    Blog: http://helenamantra.blogspot.com/2012/10/pasar-ikan-talise.html
    Judul: Pasar Ikan Talise
    Setiap malam di pinggir Pantai Talise ada pasar ikan hasil tangkapan dari laut. So fresh from the sea. Ketika itu kami menemani Opa Jose, turis dari Peru, untuk jalan-jalan malam di Palu. Dengan kemampuan English yang pas-pasan, kami berusaha menjelaskan jenis dan harga ikan. Modal nekat buat jadi tour guide. Menurut Opa, harga seafood di sini lebih mahal daripada di negara asalnya. Hmm..kenapa ya? Padahal lokasi pasar ini 
    tepat di sebelah pantai.

    33. Nanie



    Link Blog : http://jokkajokka.com/pecel-mbak-pecel-mas/
    Pecel mbak, Pecel mas...
    Di sisi kiri dan kanan gerbang masuk Pasar Beringharjo - Jogjakarta, berjejer penjual pecel dan jajanan lainnya. Saya duduk di kursi plastik pas depan jualan si Mbak, memesan pecel satu porsi dan es teh manis. Ditanya lengkap? pake mi? saya ho oh saja. Dan ketika pecel pesanan datang, saya takjub. Campuran sayurnya macem-macem, beberapa sayuran bahkan saya belom pernah coba, belum pernah liat, dan gak tau namanya :)) Tapi tempe dan tahu bacemnya uenakkk. Jika berkunjung ke Jogja dan sedang berbelanja atau berburu ole-ole di Malioboro atau Pasar Beringharjo, sempatkanlah mampir mencoba pecel ini.

      
     
    Link Blog: http://siary.wordpress.com/
    judul: mine
    Satu momen hening di daerah Kranggan, tepat di jantung kota lama Semarang. Dimana pasar dan kota lama yang tak terpisahkan oleh batas fisik. Lapak dagangan bisa di rumah, depan, samping bahkan di tengah jalan yang membelah gang-gang sempitnya. Selalu ada frame yang baru disini.

    Kamis, 04 Oktober 2012

    From Lokang to Jakarta

    "Pusing aku, Put! Belum lagi itu macet dimana-mana!" Bang Herman berceloteh lewat saluran telepon. Nada suaranya benar-benar serius menghujat ibukota republik ini. Saya tak tahan untuk tak terkekeh.

    "Orang Jakarta kalau dibawa ke Tanjung Lokang juga pasti bakalan stress, Bang!" ujar saya tak mau kalah. 

    "Eh tapi aku sudah ke monas! Hahaha!"

    Bang Herman, adalah salah seorang lelaki Dayak Punan Hovongan yang tinggal di Tanjung Lokang, Putussibau, Kalimantan Barat. Berprofesi sebagai bendahara desa, pria beranak dua ini sangat doyan bercanda. Apalagi jika sudah combo berduet dengan sepupunya, Bang Saleh, motorist sampan kami. 

    Bang Herman memang tak berpendidikan tinggi, tempat tinggalnya juga jauh di pedalaman hutan dan sungai Kapuas, tapi bukan berarti dia tak melek teknologi. Dengan modal generator mandiri, tiap malam Bang Herman dan keluarganya menikmati hiburan dari negeri tetangga lewat televisi layar datarnya. Saat saya menumpang mandi di kediamannya, kedua anak Bang Herman malah sedang asyik menikmati tayangan K-Pop. Bang Herman juga memiliki sebuah laptop yang tak terlalu ia kuasai. Berada jauh dari keramaian kota, bertempat tinggal di desa yang butuh bersampan dua malam, hingga mandi dan mencuci di sungai, tidak mengindikasikan seseorang itu "tak mampu" secara finansial. Jangan pernah meremehkan. Justru mungkin kekayaan mereka kalau ditotal bisa melebihi pejabat ibukota. Bedanya, mereka yang di Tanjung Lokang hidup sederhana. 

    Beberapa minggu lalu, Mas Ian, rekan satu tim saya di ACI Detikcom menelepon mengabarkan bahwa Bang Herman dan kedelapan kawannya sedang berada di Jakarta. 

    "Ibunya sakit, Put. Dirujuk dari Pontianak disuruh ke Jakarta. Sekarang dirawat di RSCM. Wah pokoknya seru banget, gue bonceng Bang Herman naik motor, ngebantuin nyari kosan. Satu kamar buat bersembilan!" Mas Ian tertawa geli. Saya lantas membayangkan Bang Herman yang resah gelisah menyusuri jalanan Jakarta dengan motor.

    "Tapi gue kasian euy, mereka kan ngga ada sodara di sini. Gue bantu tenaga aja sebisa mungkin. Kemarin gue beliin nasi padang, dan biar seneng dimakan rame-rame gitu ," ujar Mas Ian, yang terkenal sebagai model kolor andalan seantero ACI 2011.

    Dibalik keluguan yang diceritakan Mas Ian dan Bang Herman, saya malah sibuk berpikir bagaimana keriwehan sembilan orang bergerak dari Tanjung Lokang menuju Jakarta. Dalam keadaan membawa dua orang yang sakit pula. Menggunakan sampan, menginap di desa Nanga Bungan kala sore menjelang, lalu lanjut bersampan kembali hingga sampai Putussibau. Bersampan di sini tidak sesederhana, naik sampan lalu hidupkan mesin dan susur sungai. Bersampan di Kapuas Hulu, itu artinya kamu harus melewati bebatuan raksasa yang siap menghantam jika tak hati-hati. Lalu kamu harus siap turun dari sampan saat riam panjang menghadang, dan beramai-ramai menarik dan menahan sampan untuk berhasil melewati riam. Dan mereka, penduduk Dayak Hovongan, adalah pejalan sekaligus pelompat paling lihai yang pernah saya lihat. Pantas jika telapak kaki mereka lebar dan tebal. Tubuh pasti menyesuaikan diri dengan alam. 

    Suatu hari, kami menuju daerah Data Oped, tempat awal masyarakat Tanjung Lokang bermukim ratusan tahun lalu. Perjalanan bersampan ditempuh tiga jam 'saja'. Riam yang kami lewati lebih panjang, meski tak seganas riam-riam saat menuju Tanjung Lokang dari Nanga Bungan. Seperti biasa, saat ada riam, kami bergegas turun dari sampan dan berjalan di bebatuan tajam di pinggir sungai. Lah kok, saya sok-sok ngga pake sepatu! Alhasil telapak kaki saya lecet. Dan cara jalan saya yang termasuk level lamban, jadinya malah super lamban karena luka tadi. 

    "Lamban sekali kalian berdua! Sudah tak usah turun dari sampan lagi kalau ada riam!" ujar Bang Herman pada saya dan Mbak Anty dengan wajah sok serius. Kami meringis minta dimaklumi atas nama gender. Pada riam berikutnya, bapak-bapak Punan Hovongan benar-benar melarang kami turun dari sampan. Saya duduk diam, tegang saat mulai diangkat dan ditarik oleh sekelompok pria berotot. Ah, otot Mas Ian yang buatan gym jadi tak ada apa-apanya di sini. Haha!

    Foto diambil saat saya berada di sampan, tidak diizinkan turun :p

    Selesai bersandar di Putussibau, perjalanan masih belum usai, Bung! Dilanjutkan dengan angkutan umum, atau sewa mobil untuk menuju Pontianak dengan total perjalanan 17 jam. And we talk about jalanan di Borneo nih ya, jangan disamain dengan Pantura. Jalurnya asoy geboy. Mending nenggak antimo beneran deh sebelum berangkat. Sampai di Pontianak, Bang Herman dan rombongan terbang menuju ibukota, membaur dengan sesaknya Jakarta.

    Biasanya saya melihat berita serupa lewat televisi atau media cetak. Tapi karena pernah merasakan sendiri, saya merasa terenyuh dengan perjalanan rombongan dari Tanjung Lokang ini. Sangat panjang dan tidak gampang. Paling tidak untuk orang awam seperti saya. Memikirkan perjalanan mereka saja, saya langsung capek. 

    Meski sudah hampir satu tahun perjalanan memorable di Kalimantan Barat, namun Bang Herman dan Bang Saleh masih sering bertukar kabar dengan kami. Tentu saja saat mereka menemukan sinyal telepon di Putussibau, karena hanya ada telepon satelit untuk emergency case di Tanjung Lokang.

    Malam ini saya kembali menelepon Bang Herman yang masih juga di Jakarta. Menanyakan kabar sang Ibu dan kerabat lainnya yang masih terbaring di rumah sakit.

    "Sudah dioperasi kemarin tanggal 8, Put. Pas sekali kamu telepon, sekalian aku pamit besok pulang ke Lokang...," ujarnya.

    "Lho, Ibu Abang sudah betul sehat? Tak apa dibawa pulang besok?" tanya saya, kembali membayangkan perjalanan super panjang dan melelahkan itu.

    "Ibu masih di rumah sakit untuk pemulihan. Ada adikku yang kuliah di Jogja yang menemani."

    "Ah, sayang sekali aku tidak bisa ke Jakarta ya, Bang, padahal kepingin ketemu lagi, hehe..."

    "Iya, memang Surabaya itu jauh ya?"

    "Semalam lah, Bang kalau naik kereta..."

    "Wah jauh juga... Macam ke Pontianak... Kapan kau ke Lokang lagi?"

    "Kalau harga bensin ke sana udah murah, Bang! Hahaha..." 
    Belum saya sebut ya, untuk transportasi satu sampan saja memakan hampir dua puluh juta, tidak termasuk biaya pulangnya tuh... Hahaha, edan kan Indonesia! Makanya jangan bayangkan hanya ke Raja Ampat saja rute paling mahal di negeri ini. Masih ada susur sungai raksasa yang bisa bikin kantong kering mendadak. 

    "Besok naik apa, Bang ke Kalimantan?" tanya saya kemudian.

    "Naik 'spit'!" Spit adalah sebutan mereka untuk sampan. Mungkin serapan dari mesin yang dipakai pada speedboat, yang ditempel pada ekor sampan. Bodohnya, saya percaya saja ucapan Bang Herman, karena dalam pikiran saya mereka akan naik kapal laut.

    "Waduh berapa hari, Bang?"

    "Ya kenapa kau percaya. Mana ada spit ke Pontianak."

    Saya tergelak bodoh. "Jangan kapok ke Jawa ya, Bang..."

    "Ah tak maulah aku ke Jakarta lagi, apalagi naik bajaj, pusing!"

    Mas Ian, Bang Herman, dan Mbak Anty menggunakan ikat kepala dari daun yang katanya agar tak tersesat di hutan
    ***