Rabu, 02 Maret 2011

Grebeg Maulud: Berebut Berkah Gunungan

Tangan-tangan kosong itu mulai tampak terangkat di udara ketika prajurit pembawa Gunungan Lanang melewati gerbang Keraton Pakualaman. Seakan tak mau kecolongan start, petugas keamanan berusaha menertibkan kerumunan warga yang tampak tak sabaran. Suara gamelan yang sedari tadi mengiringi sudah tak terdengar lagi, digantikan dengan derap langkah warga yang terburu-buru, saling berhimpit untuk mengambil posisi sedekat mungkin dengan Gunungan yang didominasi warna hijau itu.

Empat hingga lima orang lelaki dewasa berhasil memanjat Gunungan. Mereka dengan cepat menghabiskan segala hasil bumi yang melekat pada rangkaian kayu berbentuk kerucut itu. Saat itu seakan terjadi hujan sayur mayur di sana. Kacang panjang, cabai merah, cabai hijau dan sebagainya dipreteli lalu dilempar untuk dibagikan pada masyarakat yang berdesakan di sekeliling gunungan. Tak sampai hitungan sepuluh menit, prajurit Keraton berlarian menghambur keluar dari kerumunan warga, menggotong rangka kayu bekas gunungan yang sudah habis dibagikan.

Anehnya, walau sudah berhimpit-himpitan seperti itu, saya melihat mereka masih bisa tertawa-tawa dengan santai sembari asyik memunguti apa saja yang tersisa di atas tanah. Tidak ada yang berkelahi atau berebut paksa. Semakin banyak yang digenggam, semakin lebar senyum mereka. Tapi tak jarang juga yang hanya mendapat sebatang potongan kayu yang dihiasi lilitan kacang panjang.

“Le, mbah njaluk siji yo, Le,” pinta seorang nenek yang berdiri tak jauh dari tempat saya. berada. Karena usianya yang sudah renta, saya yakin beliau hanya mampu memandang gunungan itu diperebutkan dari jauh. Seorang anak lelaki gemuk kemudian memberinya beberapa potongan kacang panjang hasil perburuan yang dia dapatkan.

Grebeg adalah salah satu tradisi berusia ratusan tahun yang selalu diadakan pihak Kraton pada peringatan Idul Fitri, Idul Adha dan Maulud Nabi. Dikeluarkannya Gunungan sebagai puncak dari rangkaian tradisi Grebeg selalu menjadi daya tarik yang tak terlewatkan bagi warga sekitar maupun wisatawan di Yogyakarta. Gunungan sendiri mengandung makna sedekah kemakmuran dari raja kepada rakyatnya, yang dipercaya akan membawa keberkahan dalam hidup. Karena alasan itulah, laki perempuan, tua muda, selalu datang menyerbu dan menghabiskan segala hasil bumi ataupun makanan tradisional yang melekat pada Gunungan, untuk dibawa pulang dan disimpan di rumah.












2 komentar:

  1. foto2mu tambah sangar ngene put :D baidewai, kok gak ditulis gawe HFLB?

    BalasHapus
  2. errr... mungkin karena narasinya kurang panjang , hehe.. ayo post Grebeg-mu!

    BalasHapus