Kamis, 10 Juni 2010

(Membuat) Sebuah Kisah Klasik

Mendengarkan Sheila on 7 kembali, menonton beberapa video klip saat grup band ini masih cupu, dan saya yakin saya juga ngga kalah cupu-nya pada saat lagu-lagu ini dirilis. Saya agak lupa tahun berapa, yang jelas pertama kali saya beli kaset, adalah kasetnya Sheila on 7. Hoho… saya punya dua. Yang satu dipinjem Kakak saya, dan kemudian dipinjem temannya yang lain, dan lalu dibawa ke Bogor, dan setelah itu hilang. Saya ngambek. Kakak saya, dengan berat hati, akhirnya membelikan kaset bercover ijo itu lagi.

Pada saat jaman SMP saya dulu, lagu ‘Kita’ lagi booming banget. Selain enak didenger dan liriknya simple, lagu ini menjadi opening song di sinetron remaja paling yahud saat itu, Lupus. Dulu pas jaman SD, saya bersama kakak saya punya dua koleksi bacaan: Doraemon dan Lupus. Saya ingat betul saya punya Doraemon luengkap [masih jaman dua ribu rupi’ah hehe], dan setiap saya ke Gramedia, saya selalu merengek minta dibeliin Lupus pada ibu saya. Dan tolong jangan tanya keberadaan buku-buku itu sekarang. Gone with the wind.

Kembali ke lagu ‘Kita’. Lagu ini mendadak selalu disenandungkan di acara ospek, inagurasi atau reuni pada jaman itu. Genjrengan gitar yang menjadi intronya, seakan-akan berubah menjadi mesin waktu, kalau didengarkan sekarang. Haha… Saya, berasa duduk lagi di bangku kayu cokelat, di kelas 1B, sebelahan sama Nastasia alias Pipit (hey, Upik, dimana sekarang kau, nak?), yang juga berstatus mantan temen SD saya. Ceritanya waktu masa orientasi itu, kelas 1B ini kelas yang spesial. Kenapa? Jadi dalam suatu panitia orientasi siswa baru kan selalu ada sie ini sie itu. Nah ngga tau kenapa, para koordinator sie itu pada ngumpul dan menjadi ’kakak-kakak pembimbing’ kelas 1B. Sayangnya, kelas ini ngga secemerlang yang diharapkan. Huahahahaaa... Kita selalu kalah dalam ajang lomba-lombaan. Hihi... Dan kita dimarahin habis-habisan sama ’kakak-kakak’ itu, kayaknya sih mereka malu ama bawahannya yang lebih sukses membimbing kelas lain. Hwhahaa... jangan salahkan kami, Mas, Mbak. Salahkan pembagian kepanitiaan yang aneh, dan ekspektasi kalian yang terlalu berlebihan terhadap anak-anak kecil tak berdosa ini.

Beranjak satu tahun kemudian. Saya masuk ke kelas 2C. Di sini saya punya geng. Geng ngga penting sih. Haha... Isinya saya, ndeL, Diana, dan Rere. Geng apa? Ya tentu saja yang lagi booming saat itu. Powerpuff Girls. Wuaahahhahaaa... Amazing dan saya lupa saya jadi apa. Yang jelas ndeL, jadi Mojo Jojo, atau kadang Monster Cancorang [dont ask me!]. Hahahaaa... Kasian. Kegiatan kita apa? Biasanya sih, kita ke ’c@ri-c@ri’ [nulisnya emang kayak gini]. Jamannya kita mulai kenal sama internet, dan chatting di MIRC, hehe... Ini warnet pertama yang saya kunjungi. Ngga jauh dari rumah saya, dan bisa diakses dengan mudah pake angkot apa aja dari sekolah. Waktu itu tarifnya masih 7500-an per jam. Huaa, edian. Dan saya rajin ke sini, bukan buat nyari tugas, belom jamannya itu... tapi saya punya peliharaan binatang di Neopets.com. Sampe-sampe saya kenal sama koko yang punya warnet, karena dia juga suka main game yang sama. Haha... Sekarang si warnet udah tutup, berubah menjadi toko roti.

Saya, Rere dan ndeL, adalah penggemar berat komik Detective Conan. Tiap ada seri baru, kita selalu beli. Biasanya Rere duluan yang koar-koar, karena dia langgangan majalah anime, dan tahu pergerakan dunia manga yang paling apdet. Minggu jam 9 pagi di Indosiar, saya ngga pernah absen nonton kartunnya. Di Jepang sepertinya angka pembunuhan sangat tinggi sekali, sodara-sodara... Ternyata eh ternyata, takdir membawa ndeL ke bumi Sapporo tahun 2009 lalu, ikut semacam riset di sana selama 6 bulan. Saya pernah liat di fesbuknya, dia berfoto di depan sebuah gerai toko buku di Jepang yang memajang komik bercover Shinichi Kudo. Saya dan Rere nangis berdua di messenger.

Dan kemudian, geng powerpuff girls wanna be ini, bergabung dengan geng-nya Agitha Suci... Huooo... Geng itu sangat terkenaaaaal [wkakakakaa]... saya ngga pernah mimpi masuk ke komplotan elit macam Agitha, Kiki, Decy, and Nia Oyek. :D :D :D oke, lebai.
Kita gabung karena tugas. Tugas bikin drama. Judulnya Ramadhan and Juleha. Drama yang garing sebenernya, haha... yang ngga garing adalah proses pembuatannya. Berminggu-minggu, tiap pulang sekolah, gerombolan ini selalu jalan kaki menuju rumahnya Rere. Kenapa ke rumah Rere? Pertama, karena dekat dari sekolah, kedua karena masakan Mama Rere wueeeenaaaaakkk... Pertama biasanya kita disuguhin teh, kemudian kue-kue macem pizza, roti, dan lain-lain bikinan Mama Rere sendiri, terkadang makan berat dan berbagai es pun tersaji. Hoho... Tantangan terbesar latian drama di sini adalah Rocky! Anjingnya Rere. Gede, putih, melet-melet, dan beredar kemana-mana. Tapi toh karena godaan masakan catering Mama Rere terlalu berharga untuk ditolak, maka kita latihan akting en dancing [iya, nari!! Wkwk] sampai akhir di sini, ngga pernah di tempat lain. Ngga tau diri emang. :D

Kelas 3 SMP, adalah kelas Meteor Garden! Serial Taiwan ini mulai mencuri-curi perhatian remaja-remaja tanggung yang gampang dipengaruhi, termasuk saya! Huahaa... Saya lupa, hari Senin atau Minggu, yang jelas serial ini diputer jam 11 malem. Dan kami rela ngantuk-ngantuk menunggu mereka tayang. Kami ngga mau ketinggalan obrolan pagi hari. Obrolan Meteor Garden-semalam-yang-menghe
bohkan. Ngga g4o3L banget kalo ngga ngikutin :p

Di kelas ini saya duduk dengan Diana. Entah mimpi buruk apa yang menimpa kami, suatu hari di saat pelajaran Fisika, waktu itu Bu Damiyati yang mengajar, [beliau juga merangkap sebagai wali kelas ini], saya dipisahkan dari Diana. Huaaaa...

Bu Dam bilang, ”Ayo! Yang rame sendiri, saya tukar bangkunya!”

Dan kenapa oh why, saya ikut-ikutan ter-barterisasi! Saya kan ngga rame!
Waktu itu saya dipindah duduk sama Alycia. Diana sama Maey. Alyc en Maey sama-sama suka ngobrol juga ternyata... Hahaaaa.... Tapi, kenapa ngga saya saja yang sama Maey. Kan saya CS-an banget sama Maey, suka nyewa komik bareng di TOP kampus, suka ke rental VCD bareng juga!! Saya agak-agak desperate-housewives gitu waktu pindah ke belakang dan duduk dengan si gadis berambut panjang ini. Saya pikir, ”gaswat, bakal ngga nyambung ngobrol sama anak ini.” Dan ternyata si Alyicia yang sekarang berprofesi sebagai host di trans 7 ini, juga berpikir yang sama.

Olala, maafkan kami Bu Dam, keputusan Ibu membuat kelas ini sunyi sepi tampaknya agak salah. Salah mencarikan pasangan tepatnya. Karena saya dan Alyc nyatanya juga suka rame dewe.

Menceritakan masa lalu kembali ternyata sangat menyenangkan. Selain untuk senam jari dan melatih memori otak, saya suka ketawa-ketiwi sendiri inget kejadian cupu jaman dulu. Tulisan ini keliatannya banyak, tapi jujur saja, ini hanya sedikit dari yang mampu saya tulis. Saya bahkan pengen nulis yang jaman SMA juga, tapi menghadapi kenyataan bahwa kudu beres-beres kamar sore ini, saya ngalah... Hehe... Nanti ajalah, pasti ada saatnya, karena saya suka bikin beginian. :)





NB: Bersenang-senanglah, karena waktu ini yang kan kita rindukan di hari nanti :)
(Sebuah Kisah Klasik- So7)

2 komentar: