Jumat, 04 Juni 2010

Efek 'Jatuh Cinta Diam-Diam'

Just finished reading this book: Marmut Merah Jambu. Iya. Saya memang rajin baca novel-novelnya Raditya Dika. Awalnya dulu saya nyolong si Kambingjantan dari kamar Alis, temen kos saya, pas masih semester satu dulu. Ternyata perbuatan kriminal ini membuat saya ketagihan. Walopun pada kenyataannya, menurut saya, novel pertama adalah yang paling lucu sampai bikin perut saya kram, tapi saya tetep baca semua bukunya. Bagaimanapun, buku adalah jendela dunia, hoho... Iya, bener lho, temen saya, sebut saja Bunga, baru saja iseng membaca buku ini di kamar saya. Lalu dia bertanya, ”Absurd itu apa yah?”


Nah, bener toh, walopun buku Raditya itu ’cuman kayak begini’, tapi akhirnya temen saya bertambah ilmunya. Dia sudah tau arti kata Absurd.


Lalu, bagaimana dengan buku kelima si Marmut Merah Jambu?


Ini adalah yang paling beda.


Kenapa?


Karena Raditya Dika (katanya) sedang dimabuk asmara. Ternyata memang suasana hati sangat mempengaruhi model tulisan yah? Saya ngga berani membayangkan kalau Raditya yang sedang jatuh cinta ayang-ayangan harus menulis novel thriller. Judul Marmut Merah Jambu, yang menurut saya menggambarkan sesuatu yang imut, lucu, kiyut, tipikal orang jatuh cinta dimana semuanya akan tampak indah, akan berubah jadi Marmut Keselek Biji Duren. Horrible.


Saya punya cerita yang berkaitan dengan si Marmut ini. Begini, beberapa waktu yang lalu, saya dan dua Om saya [bukan Om sebenernya] saling berbagi note di fesbuk. Saya memprofilkan mereka, mereka juga memprofilkan saya. Lalu saya berusaha mati-matian memasukkan profil kami pada Wikipedia, tapi ditolak. Hihi... [yaaa iyalah!]


Oke, back to nature, dalam sebuah note-nya tentang saya, Om Nuran, dengan baik hati membongkar rahasia saya, seperti ini:


Dulu Putri pernah keceplosan cerita kalau dia naksir seorang eksekutif muda yang kos didepan kosan si Putri. Dasar si Putri wanita alim, dia naksir gara-gara ngeliat si eksmud ini lagi sholat. Jadi pelajaran pertama adalah, untuk membuat Putri jatuh cinta pada anda, dia harus melihat anda sholat terlebih dahulu, hahaha. Tapi ternyata Putri ditinggal kabur oleh si eksmud ini entah kemana. Mungkin gara-gara si Putri kekeuh mempraktekkan lirik When You Love Someone-nya Endah N Rhesa kalau sedang naksir cowok: “Hide and watch you from distance.” Huahahaha, ini abad 21 Puuuttttt!!!


Sip! Paragraf favorit saya. Sebenernya, saya pengen membalas dengan melakukan pembelaan. Saya siap menulis dua halaman A4, spasi satu, Calibri 8, lalu saya kirim ke Om saya yang paling tengil itu. Tapi, oh tapi, saya sudah males duluan. Males, karena saya selalu kalah berdebat. Karena tidak ada yang membela saya. Om Ayos juga pasti akan mendukung Om Nuran. Huwaaa... jadi saya hanya bisa meringkuk, sendirian di kamar, bawa-bawa pisau, lalu ngupas apel, sambil nonton infotainment.


Kemudian, saya membaca buku ini! Pada chapter 1, Raditya Dika menggambarkan pengalamannya naksir cewe ketika SMP dulu. Dia kasih judul chapter itu: Orang yang Jatuh Cinta Diam-diam. Huahaha… baru baca judulnya saja, saya langsung merasa tertohok. Hehee… Ngga deng. Saya suka, karena ternyata si Raditya Dika ngga bawa-bawa abad 21 segala, kayak kutipan note di atas.


Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya ‘menerima’. Orang yang jatuh cinta diam-diam, paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi bukan yang sesungguhnya kita butuhkan (Raditya Dika, 2010)


Kenapa saya suka ending chapter ini?? Pertama, saya jadi tambah alim, karena saya, sebagai orang yang pernah jatuh cinta diam-diam, hanya bisa ’mendoakan’. Ih, serius. Mendoakan itu susah. Susah ikhlasnya.


Kedua. Saya jadi orang yang ’menerima’. Ini penting. Karena saya dilahirkan sebagai anak manja. Dan yang diperlukan untuk anak manja, adalah sebuah pelajaran ’menerima apa adanya’. Dan yang paling krusial adalah pada akhirnya saya jadi tahu bahwa orang yang saya jatuhi cinta [oke, ini lebai, sebenernya bukan sampe Cinta Banget sih] itu, bukan yang saya butuhkan. Dan lagi saya ngga ada dorongan untuk membuatnya berubah status menjadi suatu ’kebutuhan saya’. Saya ngga kangen, dan dengan gampang melupakan kebodohan-kebodohan yang saya lakukan pas naksir si mas depan kos itu [bukan eksmud, eniwei!]


Bukan berarti saya salah atau benar. Saya hanya mengambil sisi positifnya saja. Semua buku cinta-cintaan pasti setuju, bahwa ngga ada salahnya sayang sama orang :p


Iya kaaaan, walopun diam-diam, yang penting saya ngga freak! Heheee...


Dan semalam, saya menyanyikan lagu sorak-sorak bergembira dengan gegap gempita. Kenapa? Begini ceritanya, saya dan Om Nuran ketemu di messenger, dan kita chat sampai jam 2 pagi. Saya mendapatkan satu fakta penting dari perbincangan itu.


He said, ”aku sedang mengikuti caramu. Hide and watch from the distance.”


Huahahhahaa… saya ketawa ngakak kayak nenek lampir. Saya senang luar biasa, karena ada yang kualat sama saya! Tidakkah cukup bukti, adegan kue prol tape ketinggalan di kereta gara-gara ngomongin saya, ahahhaa....


Dia lalu membela diri, “yahh... intinya sih, aku ngga begitu setuju sama hide and watch! Tapi untuk perempuan ini, terpaksa harus dilakukan cara seperti itu.”


Sepanjang apapun pembelaannya, tetep aja itu berjudul: HIDE AND WATCH!! Hihihihii... nenek lampir, part two.


Seperti yang saya alami, jatuh cinta diam-diam itu selalu membawa berkah. Lalu apa yang terjadi pada Om saya yang suka ngomong blak-blakan ngelewati lembaga sensor mulut ini?


Dia ngga flirting.


Walopun dia penasaran pada si cewe sampe setengah hidup gitu, tapi dia menahan buat ngga flirting. Waw… terdengar sangat bukan Om Nuran, hwahhaaa… Kidding!! Bagaimanapun ini patut diapresiasi, karena ini termasuk prestasi kelas tinggi.


Iya to? Jatuh cinta diam-diam itu emang ajaib… at least for me :)


NB: Semoga saya ngga dicincang Nuran abis bikin postingan ini.

5 komentar:

  1. wahahahaha, aseeeemmmm, postingan iki menjatuhkan kredibilitasku :D

    tapi gak popo lah, itung2 digawe refleksi, hehehehe

    BalasHapus
  2. ahahaaa... maap, Ran... tidak berniat demikian, hanya saya menyambut bahagia perubahan ini...

    go get her, om!!! :p

    BalasHapus
  3. kayake semua orng pernah merasakan itu coy, hehehehe...tenang ae coy akeh koncone...awakmu gak freak kok :p buktine yg namanya om nuran yg katanya jago flirting akhirnya jg merasakan....hahahahaha....

    BalasHapus
  4. kamu jatuh cinta diam-diam sama sapa, Min!! tell me...!!

    BalasHapus
  5. Hehehe.. Cerita yang menarik. Lucu'. Emang Hide n watch itu selalu terkesan misterius. Jd deg2 ser.. Hahahaha.. Just wanna join, kebetulan baca :)

    BalasHapus