Dari puluhan testimoni yang terangkum dalam sebuah buku sederhana kenang-kenangan dari teman-teman kuliah saya, saya memilih dua testimoni ini sebagai bahan refleksi diri, karena saya cukup tertohok membacanya.
Yah... semoga saya ngga cuek lagi dengan lingkungan sekitar. Tapi sungguh saya ngga pernah berniat menyibukkan diri dengan hal-hal yang dinamakan 'dunia saya' itu. Kadang memang saya hanya ingin melakukan sesuatu yang benar-benar saya suka. Males ngurusin yang lain, yang jelas-jelas bukan-saya-banget. Tapi, setelah membaca testimoni ini, saya jadi mikir, mungkin sedikit banyak saya harus ngalah. Ngga boleh egois. Harus lebih 'melihat' orang-orang di lingkungan saya.
Testimoni ini mengingatkan beberapa kejadian ngga enak ketika saya magang di Semarang. Kala itu saya punya jadwal rapi tentang weekend-ini-harus-kemana. Pikiran saya cuman satu. Di Semarang dua bulan ngga boleh disia-siain dengan tiduran di kasur aja tiap hari Minggu. Saya pikir, saya berhak bersama dengan dunia saya sendiri selama dua hari setelah lima hari sebelumnya sibuk mengerjakan tugas-tugas magang untuk kantor orang lain.
Tapi, ternyata apa yang saya pikirkan berbeda dengan apa yang dilihat oleh beberapa teman saya. Mereka jadi sensi ngeliat saya keluyuran tiap weekend. Ngga pulang ke kosan. Langsung ciao ke Tembalang naik angkot sepulang kerja Jumat sore, atau tiba-tiba udah di Cangkringan-Jogja, atau ke Solo untuk sekedar ketemu teman-teman lain sesama penikmat traveling.
Tiap Jumat menjelang, mereka dengan sadisnya nanya, "Mo kemana lagi besok?"
Yap. Semakin parah ketika suatu masa saya libur, temen saya lembur. Ah, masa saya harus pura-pura ikutan lembur, sementara ngga ada yang perlu dilemburkan. Serba salah dan sakit hati rasanya menghadapi sentimenisasi itu. Tapi saya cuek. Paling ngga, saya berusaha memperlihatkan kalo saya baik-baik saja dan tugas magang saya ngga terganggu akibat kesibukan saya -yang mungkin dianggap buang-buang uang dan ngga jelas tujuannya itu- di akhir minggu. Padahal saya sungguh sedang ngga baik-baik saja... Nyesek dibegituin :(
Dan hari ini, testimoni ini datang dari teman-teman yang sama sekali ngga ada hubungannya dengan kejadian di Semarang... Mungkin, saya ini memang beneran cuek dan maunya sendiri kali ya? Mungkin saya harus bisa belajar berkomunikasi dengan baik. Agar orang lain tahu, saya benar-benar ngga berniat sibuk sendiri dengan dunia saya.
Terima kasih Lintang, untuk bagian 'cari jodoh'nya juga :p
Terima kasih Nisa, model hurufmu sungguh mirip Arial 14 :p
Yah... semoga saya ngga cuek lagi dengan lingkungan sekitar. Tapi sungguh saya ngga pernah berniat menyibukkan diri dengan hal-hal yang dinamakan 'dunia saya' itu. Kadang memang saya hanya ingin melakukan sesuatu yang benar-benar saya suka. Males ngurusin yang lain, yang jelas-jelas bukan-saya-banget. Tapi, setelah membaca testimoni ini, saya jadi mikir, mungkin sedikit banyak saya harus ngalah. Ngga boleh egois. Harus lebih 'melihat' orang-orang di lingkungan saya.
Testimoni ini mengingatkan beberapa kejadian ngga enak ketika saya magang di Semarang. Kala itu saya punya jadwal rapi tentang weekend-ini-harus-kemana. Pikiran saya cuman satu. Di Semarang dua bulan ngga boleh disia-siain dengan tiduran di kasur aja tiap hari Minggu. Saya pikir, saya berhak bersama dengan dunia saya sendiri selama dua hari setelah lima hari sebelumnya sibuk mengerjakan tugas-tugas magang untuk kantor orang lain.
Tapi, ternyata apa yang saya pikirkan berbeda dengan apa yang dilihat oleh beberapa teman saya. Mereka jadi sensi ngeliat saya keluyuran tiap weekend. Ngga pulang ke kosan. Langsung ciao ke Tembalang naik angkot sepulang kerja Jumat sore, atau tiba-tiba udah di Cangkringan-Jogja, atau ke Solo untuk sekedar ketemu teman-teman lain sesama penikmat traveling.
Tiap Jumat menjelang, mereka dengan sadisnya nanya, "Mo kemana lagi besok?"
Yap. Semakin parah ketika suatu masa saya libur, temen saya lembur. Ah, masa saya harus pura-pura ikutan lembur, sementara ngga ada yang perlu dilemburkan. Serba salah dan sakit hati rasanya menghadapi sentimenisasi itu. Tapi saya cuek. Paling ngga, saya berusaha memperlihatkan kalo saya baik-baik saja dan tugas magang saya ngga terganggu akibat kesibukan saya -yang mungkin dianggap buang-buang uang dan ngga jelas tujuannya itu- di akhir minggu. Padahal saya sungguh sedang ngga baik-baik saja... Nyesek dibegituin :(
there's always a little emotion behind every "I don't care"
Dan hari ini, testimoni ini datang dari teman-teman yang sama sekali ngga ada hubungannya dengan kejadian di Semarang... Mungkin, saya ini memang beneran cuek dan maunya sendiri kali ya? Mungkin saya harus bisa belajar berkomunikasi dengan baik. Agar orang lain tahu, saya benar-benar ngga berniat sibuk sendiri dengan dunia saya.
Terima kasih Lintang, untuk bagian 'cari jodoh'nya juga :p
Terima kasih Nisa, model hurufmu sungguh mirip Arial 14 :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar