Kamis, 22 Maret 2012

Hugo



Sepertinya saya agak telat yah kalo koar-koar tentang Hugo baru sekarang. Beruntung film ini belum digulung dari layar bioskop, mengingat saya ngga jadi-jadi mulu mau nonton karena kesibukan yang menumpuk. Sebenarnya sih saya sudah ditawarin file donlotan dari teman-teman, tapi dari awal melihat trailernya, dalam hati saya berkata, "I wanna watch Hugo on a very BIG screen!"
So, kemarin sore, ditemani anggota baru #teamLDR regional Surabaya, Lukki Sumarjo, akhirnya saya nonton juga di salah satu studio XXI di Grand City Mall yang hanya diisi oleh hm, mungkin 10 orang saja ya. Karena pasti sudah banyak yang nonton, jadi saya agak ngga peduli kalo tulisan ini mengandung spoiler. Ngahaha! Sekarepku pokoke yo, rek!
Justru yang sebenarnya 'lebih spoiler' itu si Lukki! Masa begitu lampu studio dimatikan, eh dia bisik-bisik, "kritikan film ini cuman satu, mbak. Akting si Asa yang jadi Hugo, kurang bagus!" Dan jeng jeng, film pun dimulai, di mana saya langsung terprovokasi oleh ucapan Lukki tadi. Siwalan to ya dia itu.. :))
Saya pribadi ngga perlu nunggu waktu yang lama untuk meng-wow-kan film ini. Beberapa adegan di film ini memang ada sentuhan animasi ya. Tapi itu dibuat halus sekali. Pengambilan gambar juga bikin nafas saya tercekat beberapa detik.
Selain itu? Detil dan warna. Hugo adalah film yang sangat indah secara sinematografi. Iya, mungkin saya sok tau ya. Tapi beberapa kali terlibat dalam pembuatan travel video bersama anak-anak Orkes Layar, membuat saya mulai memperhatikan sebuah film dari sudut pandang lain.
Saya gemes minta ampun melihat bulir-bulir debu berterbangan yang bisa ditampilkan dengan ciamik. Hugo juga memiliki art director yang suatu hari harus saya sewa! Mwahahah! Ora deng! Tapi serius deh, detil-detil yang ditampilkan berhasil memanjakan mata. Saya yakin art director-nya ini memiliki imaji yang ruar biasa. Belum ngomongin kostum para cast yang simply beautiful yaaa...
Beberapa waktu lalu, saya sempat mendulang ilmu dari Giri Prasteyo yang sekarang sibuk di ibu kota itu. Dia mengatakan bahwa color grading adalah satu hal krusial untuk memperkuat feel dalam sebuah video. Dan itu benar, sodara-sodara. Sekali-kali perhatikan lah warna dalam film Hugo ini.


Film ini sebetulnya membuat para penonton lebih cerdas lho... At least, saya merasa 'dicerdaskan' setelah nonton Hugo. Sepanjang film saya bertanya-tanya, bagaimana sebenarnya sebuah jam itu bekerja. Betapa penemu jam itu sangat jenius. Bagaimana kalau dunia ini tidak ada jam sama sekali. Kalau ngomongin bagaimana kerja bandul dalam jam dinding kudo, widih itu mikirnya udah pake rumusan Fisika gitu ya. Serius. Coba aja cari di Wiki.

Sebelum menonton film ini, adik sepupu saya, seorang movie freak pecinta SNSD, pernah berkata, "Hugo itu bikin kita tau pembuatan film scifi pertama di dunia."Awalnya sih saya pikir, Hugo itu film scifi gitu ya... Hehehe. Tapi setelah melihat langsung filmnya, ternyata yang dimaksud adik saya adalah cerita tentang Georges Melies, filmmaker Prancis awal tahun 1900-an yang terkenal dengan karya Le Voyage Dans La Lune . Yap, Hugo ternyata menggabungkan fiksi dan true story. 

Georges Melies memiliki peranan penting dalam cerita ini. Sebagian cerita bahkan, menurut saya, memang bercerita tentang Melies, yang dikaitkan dengan keberadaan Hugo Cabret. Sekali lagi, Hugo adalah film yang cerdas, dan Melies itu seorang jenius. Cerita keduanya berhasil membawa imaji penonton, at least saya, tentang masa pembuatan film awal tahun 1900-an. Saya tak henti-hentinya ber-wow melihat Melies melakukan cutting dan editing film lawasnya. Belum lagi untuk menimbulkan efek warna dalam film BW, hwaaaa... ternyata pita film BW-nya langsung yang diwarnain, sodara!

Saya sih sempet buka-buka Wiki ya, dan menilik tentang hidup Georges Melies setelah production house-nya bangkrut akibat World War. Dan ternyata memang dia benar-benar beralih profesi menjadi penjual di sebuah kedai permen dan mainan di Stasiun Kereta Api Montparnasse di Paris. Persis dalam film Hugo juga! 

Spoiler ya? Biarin deh yaa...

Heniwei, ada satu quote George Melies yang sering banget dikicaukan teman-teman dunia maya saya setelah nonton film ini: 

Happy endings only happen in the movies.

Hm, setuju atau ngga, semua tergantung Anda sih ya :)

1 komentar: