Senin, 05 November 2012

5 November

"Selamat ulang tahun, Yah... Mugi-mugi rejekine cekap, sehat selalu sampai nggendhong cucu... Hehehe... Amin Ya Rabbalalamin..."

Begitu isi pesan singkat saya pagi ini kepada Ayah di Jember. 5 November memang hari lahir beliau, tepatnya tahun 1956. Itu artinya sekarang Ayah berusia 56 tahun ya. Kalau di dunia per-PNS-an mungkin sudah saatnya Ayah menikmati masa retirement. Tapi toh keluarga besar saya memang tak ada yang bekerja nine to five di kantor. Darah-darah berwirausaha sudah diturunkan jauh dari eyang-eyang di atas sana. Baik Ayah saya, mbah kung, pakdhe dan om-om saya tak memiliki batas usia pensiun. Mereka akan berhenti bekerja bila sudah tak bertenaga. Pada usia ini, Ayah saya sudah tak bekerja sengoyo jaman saya masih SD. Mungkin karena kedua anaknya sudah menyelesaikan pendidikan dan mulai meniti karir dari nol. 

Saya jarang menceritakan tentang keluarga saya di blog ini. Padahal saya sudah merancang, kelak blog ini adalah 'wikipedia saya' yang bisa dibaca oleh cucu dan cicit saya pada jamannya. Lalu bagaimana nanti keturunan saya bisa mengenal leluhurnya tanpa saya tulis di sini? 

Kemarin saya membaca blog teman yang menulis tentang kenangannya pertama kali mengganti bohlam lampu. Rupanya ilmu sederhana itu diturunkan dari sang kakak yang sudah meninggal hampir 10 tahun lalu. Dia berterima kasih karena kakaknya secara tidak langsung mendidik bagaimana cara menjadi perempuan mandiri, meski hanya dengan mengganti bohlam.

Saya terhenyak membaca tulisan tersebut. Entah mengapa rasanya saya tidak ingin menulis tentang keluarga saya di dalam blog hanya untuk mengenang mereka yang sudah tiada. Saya pun semakin menua, kapasitas memori bisa saja mencapai ambang batas. Lalu kalau sudah dengan kondisi seperti itu, apa saya masih mampu menulis tentang mereka di sini? Belum tentu.

Kalau tidak karena mengikuti workshop Zhuang Wu Bin, si fotografer Singapore itu, saya bisa saja tidak akan pernah membuat dokumenter tentang Mama saya. Wu Bin memandang pergantian agama dan pernikahan beda ras orang tua saya adalah satu hal yang menarik. Sedangkan saya memandang itu hal yang biasa saja, hehehe... Belakangan saya menyadari bahwa setiap orang memiliki cerita hidup yang tidak biasa di mata orang lain. Di mata saya juga. Ada sisi cerita mereka yang selalu membuatmu manggut-manggut, mengerutkan dahi atau kalau jaman sekarang sih ngasih hashtag #barutau :)

Ayah adalah lelaki yang cenderung pendiam. Jika ada masalah, beliau lebih suka menyimpan dalam kepura-puraan. Sifat ini yang rupanya menurun kepada saya. Meski demikian, beliau tetap seorang manusia yang punya sisi sentimentil. Ayah saya tak pernah terlalu lama menyimpan sms  yang masuk ke handphone-nya. Sehari dua hari jika tak penting, pasti langsung di-delete. Hanya ada satu sms yang masih tersimpan dalam folder inbox, yaitu sms balasan dari saya pada 5 Juli 2012, ketika ayah mengucapkan selamat ulang tahun. Sms itu berisi harapan saya, ucapan terima kasih dan permohonan maaf karena belum bisa membanggakan orang tua hingga berusia 25. Ya, begitulah :)

Saya pernah berdoa, agar mendapatkan pendamping hidup yang doyan nonton pertandingan sepak bola. Agar Ayah saya tak heboh sendiri ketika musim liga-liga bola itu berlangsung, hehehe... Selamat ulang tahun, Ayah, tetap semangat menghadapi putrimu yang bandel ini! :D

Ayah dan Mama plesir ke Mesir 12 tahun silam

2 komentar:

  1. Nice post put. aku juga lagi bikin tulisan tentang ayahku, tapi ga kelar-kelar hehehe... tiap nulis malah makin panjang yang mau diceritain

    BalasHapus