Sabtu, 05 Februari 2011

Let's Talk About Dream

Tulisan ini saya sadur sesuai dengan aslinya. Sebuah catatan kecil yang dibuat oleh Luthfi Nur Rosyidi, seorang teman di facebook, yang sebenarnya saya belum pernah bertemu sekali pun dengannya. Hehe... Tulisan ini dibuat September tahun 2010, namun baru saya baca beberapa hari yang lalu saat muncul di home facebook saya. And I adore it. Dari dulu saya pengen bisa mengungkapkan perasaan seperti yang ada di tulisan ini tentang beruntungnya orang-orang yang mampu dan mau bermimpi. Tapi ah, yaa.. karena saya kroco, saya ngga pernah bisa menuangkannya melalui tuts keyboard... Dan beruntunglah Mas Luthfi yang memiliki kemampuan menuliskannya dengan baik, dan beruntunglah saya karena sempat membacanya. Such a mood booster for me :)

So yasudah, silahkan menikmati catatan ini dan selamat bermimpi...

Jernih tidaklah dikaitkan kepada air di muara yang diam, tapi kepada air yang di pegunungan yang mengalir deras mencari takdirnya..
Suatu anugerah yang luar biasa bagi manusia ketika dia tahu apa yang diinginkannya dalam hidup dan memperjuangkannya. Sesuatu yang diidamkan, dituju, diperjuangkan. Dan semakin nyata keinginannya itu, semakin besarlah anugerah yang sebenarnya didapatkannya. Bahkan ‘mempunyai keiinginan’ itu sendiri terkadang lebih dibutuhkan bagi manusia daripada ‘memiliki apa yang diinginkan’.

Maksud saya, mempunyai keinginan dan memperjuangkan menggapai keinginan itu sendiri adalah anugerah, sedangkan mendapatkannya hanyalah sebuah akhir dari perjalanan yang seringkali akhir dari cerita indah itu sendiri. Jelas kemudian dibutuhkan keinginan berikutnya yang diperjuangkan. Seperti seseorang dari dusun terpencil dengan ekonomi yang sangat terbatas, bermimpi bersekolah sarjana, dan memperjuangkannya, maka setiap detik perjalanannya menggapai mimpi itu adalah anugerah. dan kala dirinya sudah bertahtakan toga kemenangan, maka baginya kewajiban untuk menentukan mimpi barunya, dan meraihnya.

Contohnya mudah lainnya, seseorang yang punya cita-cita untuk meniti karier hingga puncak hierarki sebuah organisasi, akan jauh lebih bersemangat hidupnya, juga akan jauh lebih banyak karya yang dihasilkannya, ketika dia ada dalam perjalanannya untuk mencapai apa yang diinginkannya. Bandingkan dengan yang sudah memiliki sebuah jabatan yang diidamkan, dan sudah tidak lagi punya hal lain yang benar-benar diingininya, maka jabatan itu dengan pelan-pelan akan menenggelamkan dirinya. Tanpa mimpi selanjutnya, hidupnya sebenarnya telah berakhir. Dia mati dalam hidup.

Tak heranlah jika seorang karib jiwa sempat bercerita, bahwa dia jatuh cinta dengan perjalanannya menggapai mimpinya. Karena memang demikianlah seharusnya saya rasa. Selama kita menggenggam keinginan kita dan memperjuangkannya, selama itu pula sebenarnya kita hidup hidup yang sebenarnya.

Maka berbahagialah setiap jiwa yang menuruti keinginan hatinya, memperjuangkan mimpinya, melangkah maju menyeberangi keraguan-keraguan, kekhawatiran dan ketakutan mereka. Karena keinginan dan perjuangan itu sendiri patut dirayakan. Karena kebahagiaan bisa kita dapatkan baik di dalam tetes gutasi air di rimba belantara, ataupun di butiran pasir padang pasir, atau dimana saja di tempat kita mengikuti aliran hasrat jiwa kita. karena mendapatkan apa yang kita perjuangkan adalah keniscayaan.

***

Teruntuk semua jiwa yang sedang menggapai mimpi dan keinginannya, terkhusus bagi dua karib jiwa yang telah mengambil langkah berani dan sedang dalam awal perjalanan memenuhi takdir, dan terkhusus lagi, bagi karib dua jiwa tersebut.

Luthfi

3 Syawal 1431

2 komentar: