Saya mengenal Alfonso D'albuquerque
lewat buku pelajaran Sejarah pada masa Sekolah Dasar. Dia begitu memorable
karena nama yang susah dilafalkan dan kerap keluar di lembar ujian. Seorang
militer jenius dari Portugis ini, memimpin ekspedisi besar mengarungi Asia
sedari awal abad 16. Selepas dari Malaka, Alfonso D'albuquerque rupanya
mengendus aroma harum yang bernilai ekonomi tinggi tak jauh dari sana. Ya,
rempah-rempah membawa ekspedisinya berlabuh di Maluku. Menorehkan sejarah
awal kedatangan bangsa kolonial di bumi Nusantara.
Fakta ini menyadarkan saya, bahwa
ketertarikan orang asing terhadap Indonesia sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Antusiasme mereka kini mungkin tidak dengan cara menjajah. Tapi lihat saja
bagaimana mereka begitu giat dan serius mendokumentasikan kekayaan alam budaya
Indonesia. Saya lumayan cemburu. Kadang orang asing lebih mengetahui hal-hal
kecil yang memiliki nilai histori panjang, daripada orang Indonesia
sendiri.
Menulis tentang rempah mungkin sama
halnya belajar sejarah di bangku sekolah. Mungkin ini cara yang menyenangkan
dibanding tenggelam dalam tumpukan buku saja. Rasanya mendokumentasikan rempah
tidak afdol jika tidak berkunjung langsung ke Maluku. Ya, walaupun saya tidak
bisa mengulang sejarah 5 abad lalu dalam potret yang nyata.
Jujur saya tidak tahu mengapa rempah Maluku begitu istimewa. Apa bedanya dengan bumbu-bumbu dapur yang tumbuh di tanah Jawa? Namun saya rasa, Festival Teluk Jailolo pada Mei mendatang sedikit banyak bisa membantu menjawabnya. Mengusung tema The Amazing of Golden Spice Islands, festival ini bisa menjadi reminder kejayaan Maluku Utara di masa lalu. Maka membuat dokumentasi tentang rempah adalah alasan sederhana yang mengharuskan saya untuk datang ke Festival Teluk Jailolo 2012.
Dari informasi yang saya dapat, pengunjung
festival akan diajak bertemu petani-petani rempah secara langsung. Ada pula
agenda berkunjung ke kebun rempah di Jailolo. Jika saya bisa ke sana, saya
tidak akan melewatkan kunjungan ke kebun cengkeh yang wanginya tersohor hingga
ke negeri China. Bertandang ke pasar tradisional, bertemu petani di kebun
rempah dan bersantap dalam acara adat Horom Sasadu adalah kolaborasi
yang sempurna. Festival akbar ini sepertinya mampu meracik pelajaran
Sejarah dengan apik.
Marilah berandai-andai, bahwa saya bisa
berkunjung ke Jailolo bulan depan. Saya tentu tidak akan menyia-nyiakan waktu
berlalu begitu cepat. Lukisan alam Indonesia Timur terkenal memiliki daya
hipnosis yang kuat. Ah, sungguh saya masih asing dengan berbagai nama
pulau-pulau kecil di Halmahera Barat sana. Berburu sunset dan sunrise
sudah wajib hukumnya. Saya yakin tak akan susah mencari pantai yang indah di
Jailolo. Pantai Tanjung Arugati yang memiliki air panas alami di Desa Bobo juga
salah satu tujuan saya. Kurang lengkap rasanya jika tidak menjajal bawah laut
Jailolo. Maka Pastufiri bisa menjadi alternatif karena tak perlu menyelam
terlalu dalam untuk melihat biota laut di perairan pulau kecil ini. Kalau
memungkinkan, saya juga ingin island hopping ke Tidore.
Tubuh saya memang termasuk kategori melar.
Tapi selama saya di Jailolo, saya tidak akan terlalu peduli. Bagaimana mungkin
saya menolak jejeran kuliner khas pulau rempah ini. Nasi jaha yang dibakar di
dalam celah bambu, ikan dabu-dabu manta yang bertabur potongan kasar tomat dan
bawang, pisang mulut bebek sebagai cemilan penunda lapar. Oh, dan masih ada papeda!
Untuk pertama kalinya, saya harus mencicip kuliner klasik yang mirip lem ini
dalam campuran sup ikan! Yummy!
Katakanlah saya memiliki kesempatan
seminggu di Jailolo bertepatan dengan berlangsungnya festival, maka ini agenda
saya:
13 Mei 2012
Tiba di Ternate, sebaiknya saya segera
menuju Pelabuhan Dufa-Dufa untuk menyebrang menuju Teluk Jailolo. Selesai
mengurus perihal penginapan, saya akan mulai melakukan pendekatan ke penduduk
setempat. Mencari tahu tentang keberadaan pasar tradisional, pasar ikan, kegiatan
warga lokal, pantai yang bagus, dan warung kuliner yang memuaskan. Hari pertama
memang sudah seharusnya saya berkenalan dengan lingkungan yang baru.
14 Mei 2012
Memulai ritual pagi dengan berkunjung di
dermaga Teluk Jailolo. Bersantai dan menanti matahari terbit di balik bukit.
Pas sekali karena pukul 7 pagi akan diadakan Lomba Sapu Laut di sini. Saya
harus turut serta dan berkenalan dengan wisatawan lain. Lewat tengah hari, saya
akan standby di tempat berlangsungnya Pembukaan Festival Teluk Jailolo.
Petinggi Halmahera Barat dan kesultanan Jailolo dijadwalkan ikut hadir. Acara
ini pasti menarik karena pembukaan dilangsungkan sesuai adat yang berlaku di
Jailolo.
15 Mei 2012
Saya perkirakan sudah banyak diver
yang berjejeran di Teluk Jailolo hari ini. Agenda Fun Diving akan
digelar seharian. Meskipun saya tidak punya ijin sertifikasi menyelam, tapi
semoga masih ada kesempatan untuk sekedar snorkeling. Saya sih
yakin, perairan Jailolo masih sangat jernih. Cukup berenang di permukaan pasti
tak akan mengecewakan.
16 Mei 2012
Hari ini tidak ada acara khusus yang
diagendakan oleh panitia festival. Maka saya akan memulai perjalanan dengan
berkunjung ke pasar ikan. Konon, banyak ikan-ikan di Maluku yang tidak terdapat
di perairan lainnya. Sebelum siang terlalu memanas, saya akan mencari ojek
untuk mengantar ke pantai-pantai andalan Jailolo, seperti Saria dan Disa. Saya
juga berharap bisa ke Marimbati. Pantai ini memiliki garis pantai terpanjang di
Halmahera Barat. Sebaiknya saya membeli nasi kuning untuk bekal makan siang.
Yap, hari ini adalah hari pantai. Dan semoga abang ojek yang mengantar saya
punya banyak rekomendasi tempat bagus.
17 Mei 2012
Here we go! Siang hari setelah
bermain-main di sekitar pasar tradisional, saya akan mengunjungi pameran
rempah-rempah yang diadakan oleh panitia Festival Teluk Jailolo. Akan
menyenangkan kalau saya bisa berkenalan dengan para petani dan mencari tahu
lebih banyak tentang istimewanya rempah Maluku Utara. Hari itu pula saya akan
ikut upacara bersih laut di Pantai Bobo hingga ke Pulau Buabua, salah satu
pulau tak berpenghuni di dekat Jailolo. Yang perlu diingat agenda hari ini
adalah mengosongkan perut demi menyantap ikan bakar! Panitia sudah merencanakan
ajang bakar-bakar ikan paling meriah. 10 ton aneka rupa ikan segar, yang bahkan
belum pernah saya temui di Jawa, akan dijajakan ramai-ramai dalam Festival Ikan
Bakar. Saya mau bumbu yang pedas!
18 Mei 2012
Hari ini saya siap untuk melakukan spice
trip! Semoga saja panitia menyediakan akomodasi menuju salah satu
perkebunan rempah seperti cengkeh dan pala, rempah yang punya efek sedatif
alias ngantuk. Kalau tidak ada pun, saya akan mencari kenalan untuk
bersama-sama mencari perkebunan rempah terdekat. Well, yang jelas, saya
tidak akan melewatkan Horom Sasadu! Eat like local people!
Menikmati jejeran makanan khas dalam sebuah rumah adat dengan tidak
meninggalkan ritual bersama masyarakat lokal. Oh, I just can't wait! Kalau
tidak terkantuk-kantuk karena kekenyangan, maka menjelang sore saya ke dermaga
saja, menikmati warna pergantian langit dan suara laut.
19 Mei 2012
Dan inilah hari terakhir saya berada di
Jailolo. Pagi hari saya akan sibuk dalam Spice Parade, bercengkerama dengan
para petani rempah yang kabarnya akan menggunakan pakaian-pakaian adat. Tak
hanya rempah yang mereka pamerkan, jajanan tradisional pun siap disuguhkan. Uh
mantap! Kunjungan ke Jailolo ini sudah pasti tidak akan membuat saya kelaparan
barang semenit saja. Sepulang dari Jailolo nanti, PR saya hanya satu, yaitu
berolahraga lebih keras demi membakar lemak-lemak yang menggelembung!
Bisa dipastikan hari ini Jailolo pasti
akan riuh! Cabaret on The Sea yang ditunggu-tunggu itu akan digelar sore
hari, sebagai penutup festival. Brilian! Karena panitia menggabungkan seni
pertunjukan kontemporer di atas sebuah panggung alam. Dari tahun-tahun lalu,
kabaret ini selalu mendapatkan animo yang luar biasa. Saya bisa membayangkan,
teluk Jailolo yang sehari-harinya hanya didominasi warna biru laut dan langit,
akan tampak hingar bingar oleh kostum peserta kabaret.
20 Mei 2012
Sepertinya saya harus pulang hari ini.
Festival juga sudah berakhir. Terlalu singkat memang, tapi semoga saya
mengantongi banyak hal selama seminggu di Jailolo. Selebihnya semoga masih ada
waktu untuk berkeliling Ternate, kota yang penuh jejak sejarah, sebelum terbang
kembali ke tanah Jawa.
Oke,
itu tadi itinerary yang sudah saya buat. Pengalaman yang tak terduga
biasanya tak bisa dihindari meskipun sudah menyusun rencana. Tapi justru itu
yang menyenangkan! Karena sesampainya di rumah, saya sudah pasti rindu aroma
harum rempah Jailolo lagi. Jadi, nikmati saja kesempatan yang ada!
Teluk Jailolo - Photo courtesy of @lostpacker (Tekno Bolang)
PS:
Artikel di atas saya tulis dalam rangka writing contest yang diadakan oleh panitia Festival Teluk Jailolo 2012. Masih ada sisa waktu sehari untuk meramaikan sayembara ini. Go get the ticket! :)
Menang koyoke iki put :D
BalasHapusHuwik... Nuran cenayang... :)
BalasHapusSelamat Pyut, aku arep melu ra sanggup nulise :)))
tulisannya bagus, emang kalo nulis ga bisa setengah - setengah yah :D
BalasHapus