Lagu Keane ini memang sudah lama menjadi senjata terfavorit saya untuk menunjukkan protes terhadap teman-teman terdekat yang mendadak menjadi orang yang sama sekali tidak saya kenal. Seperti yang diungkapkan band British ini, saya merasa menjadi asing ketika terjadi perubahan di sekitar. Saya merasa terganggu dengan hal-hal tertentu yang tidak semestinya mereka lakukan. Lalu saya menjadi orang yang sok tau bahwa yang seperti ini pasti bagus untuk mereka, dan sebaliknya.
Entah apa yang terjadi malam ini, yang jelas saya harus berani bilang bahwa perilaku saya yang suka ngedumel melihat ada yang melenceng sedikit adalah perbuatan yang tidak terpuji. Sepertinya saya sesosok orang yang terlalu dibiasakan melihat yang itu-itu saja. Lurus sesuai jalurnya. Padahal memang sudah seharusnya semua orang berubah dalam tiap detik hidupnya. Termasuk saya.
Saya baru sadar, bahwa setahun terakhir ini saya juga sudah nampak berubah terutama bagi orang-orang yang hidup di sekitar saya. Hingga catatan ini ditulis pun saya masih dalam rangka bertransformasi menjadi sesuatu yang lain. Sepertinya, pengalaman pribadilah yang membuat saya mulai berkeinginan menutup mulut untuk tidak berceracau panjang lebar lagi menghakimi perubahan orang lain. Entah itu berakhir buruk atau bahagia, alih-alih mencemooh, maka yang harus saya lakukan adalah belajar dari mereka.
Sebulan terakhir ini, saya bertemu dengan banyak teman lama. Teman SD, teman main, teman kuliah, atau temannya si teman yang lama tak bertemu. Satu pernyataan atau pertanyaan yang selalu mereka lontarkan adalah seputar keputusan-keputusan besar di luar jalur seharusnya yang nekad saya jalankan. Mengapa begini, mengapa harus begitu? Kalimat-kalimat yang biasanya saya lontarkan ketika melihat ada yang berbeda dari teman saya.
Baru saya tahu, beginilah rasanya terganggu. Saya bahkan hampir kehilangan jawaban ketika pertanyaan itu muncul lagi dan lagi, saking malasnya menjelaskan. Ini menjadi semacam peringatan untuk saya juga sih, seakan ada yang berteriak, “ih, rasain sendiri sekarang, Put!”
It’s been a year, dan mengapa susah sekali memahami, bahwa saya berubah hanya demi mengejar mimpi. Sementara hidup cuma sekali, maka saya pikir, tidak ada kesempatan lain lagi untuk mewujudkan apa yang ada di otak saya kecuali detik ini.
Alm. Mula Harahap pernah menulis bahwa beliau sedang membangun makam di dunia maya berupa tulisan-tulisan di blog pribadi, sehingga para keturunananya di manapun berada, kelak tidak perlu repot jika sewaktu-waktu ingin melakukan ziarah makam.
Sesuatu yang keren, yang sangat menghantui pikiran saya. Karena lagi-lagi, hidup ini cuman sekali, dan yang harus saya lakukan adalah merubahnya menjadi sesuatu yang bermakna. Alah, saya banyak cingcong rupanya. Intinya, saya tidak boleh berhenti begitu saja di sini, saya harus banyak meninggalkan jejak di dunia ini. Woho!
And yes, sekarang saya berani bilang bahwa everybody’s changing, termasuk saya, dan terbiasalah dengan pilihan saya. Tak perlu repot memikirkan bagaimana nasib keilmuan saya yang, menurut para penanya, bakal terbengkalai. Because I believe that things always happen for a reason. Biarlah saya nekad, biarlah saya menjadi yang tidak sama dengan lain. What a boring life kalau semua yang ada di dunia ini serba seragam kan? Kalau begitu, tolong jangan bertanya lagi, dan biarkan saya saja yang berbelok.
...to the place that has to be believed to be seen #U2
Sekali berarti, sesudah itu mati.
BalasHapustambah ini bulek
BalasHapushttp://youtu.be/ntm1YfehK7U
nice music & lyrics, cocok buat tambahan merenung :)))
Nice posting!
BalasHapus"A life lived in fear is life half lived"
Don't look back in anger. Have a nice day and may Allah bless you.
katanya Steve Jobs:
BalasHapus"Your time is limited, so don't waste it living someone else's life. Don't be trapped by dogma — which is living with the results of other people's thinking. Don't let the noise of others' opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary."
(dikutip dari http://news.stanford.edu/news/2005/june15/jobs-061505.html)
Kalo Kotaro Minami ga berubah, dia pasti sudah mati di episode pertama mba..
BalasHapusIh...sama pikirannya... XD
BalasHapus(udah deh..daripada curpang--curhat numpang. Hahaha)
Also posted on Hifatlobrain http://www.hifatlobrain.net/2011/05/slow-traveler.html
BalasHapusThanks Put!