Rabu, 06 April 2011

Julie & Julia


Well… saya ngga bisa mereview film sebagus yang dilakukan oleh dua teman saya, Mas Iman dan Mas Yandri. Tapi saya pengen banget menulis impresi saya setelah nonton film based on true story ini semalem. Jadi yah, maaf kalo jadinya rada spoiler. Semoga tidak akan mengurangi kenikmatan jika kalian menontonnya langsung.


Awalnya, saya sudah hampir menekan menu 'stop' ketika beberapa menit pertama saya tidak menemukan sesuatu yang menarik untuk ditonton. Scene dibuka oleh percakapan antara Meryl Streep yang berperan sebagai Julia Child dengan suaminya Paul Child. Terus terang saya agak terganggu dengan ‘logat aneh’ si Julia ini. Beruntung, beberapa menit kemudian, muncul scene lain di mana Amy Adams, sebagai Julie Powell, tampak kerja bakti bersama suaminya Eric Powell dalam rangka pindah ke apartemen baru. Oke, saya tidak jadi menekan tombol ‘stop’ karena sepertinya film ini tidak melulu diisi dengan logat Julia Child yang naik-turun itu.


Julie and Julia dimainkan dalam setting waktu yang berbeda. Julia Child pada tahun 1950an, sedangkan Julie Powell hidup pada tahun 2000an. Yang menjadi benang merah di sini adalah they deeply in love with cooking. Yes, simply, they have a same passion.


Julie Powell adalah seorang ‘almost writer’ yang dulunya pernah menulis novel namun tidak dia selesaikan. Well, karena ‘hampir selesai’ itulah dia ngga bisa disebut sebagai ‘penulis’ sesungguhnya. Dia merasa bahwa semua yang dilakukan ngga pernah beres dan selesai dengan baik. Ditambah dia juga ngga enjoy-enjoy banget menjalani pekerjaannya sebagai operator layanan call-center.


Kenikmatan yang lain baru benar-benar dia rasakan ketika memasuki dapur kecilnya di apartemen tempat ia tinggal bersama sang suami. Waw, tangan-tangannya lincah mencacah ini itu. Dan makanan yang ia buat, benar-benar ‘terlihat’ enak di mata saya. Jangan nonton film ini dalam keadaan perut kosong, sodara. Anehnya, sebagai seorang yang pintar memasak dia tidak pernah makan telur seumur hidupnya! Lucu juga pas dia harus merebus telur, dan terpaksa memakannya. Agak jijik ketika memasukkan putih telur dalam mulutnya, lalu “Yum!” she said. Haha!


Nah, karena agak-agak desperate dengan kehidupannya yang gitu-gitu aja, dia mulai menantang dirinya sendiri, untuk for once in her life, benar-benar menyelesaikan sesuatu. So, she is starting to write a blog. A cooking blog. Dengan tantangan berupa, 365 hari memasak 524 resep sesuai buku yang pernah ditulis oleh Julia Child dengan judul Mastering The Art of Cooking French. Noh! Judulnya aja udah sedap! Karena ini based on true story, maka blog The Julie/Julia Project ini beneran ada lho... Coba saja klink tautan ini.


Awalnya beberapa orang sempat mencibir si Julie. Terutama ibuny. Tapi atas nama gengsi, dan kecintaannya terhadap Julia Child serta dunia masak-memasak, si Julie keukeuh untuk menyelesaikan tantangan tidak mudah ini.


Sementara itu, pada sisi kehidupan Julia Child, penonton akan melihat bagaimana passion memasak, yang secara tidak sengaja ia temukan ketika pindah ke Perancis, membawanya hingga menjadi seorang penulis buku Mastering The Art of Cooking French itu. Kenapa saya bilang ngga sengaja, karena awalnya dia pun kebingungan mau ngapain di Perancis, selain mengikuti tugas suami. So dia mulai mengikuti kelas-kelas kursus, hingga akhirnya dia nempel dan betah pada satu kelas memasak untuk professional chef, di mana dia adalah satu-satunya peserta wanita non-profesional chef, yang kesulitan berbahasa Perancis tentu saja.


Tapi jangan kira dia dengan gampang menerbitkan buku begitu saja. Hampir desperate karena masalah dengan publisher buku yang menyukai karyanya, tapi tidak ingin menerbitkan buku itu karena masalah duit tentu saja. Padahal Julia Child dan partner menulisnya harus terbang jauh ke luar Benua Eropa untuk bertemu muka dengan para publisher ini. Well, dengan baik hati Paul Child, sang suami, berkata, Someone is going to publish your book. Someone is going to read your book, and realize what you've done. Because your book is amazing. Your book is a work of genius. Your book is going to change the world.” Makjleb! Cewe mana sekarang yang ngga pingin punya pasangan hidup dengan pikiran seperti itu. Hehehe :)


“You’re the butter to my bread…” adalah kiasan yang diucapkan oleh Paul Child pada Julia Child sebagai pengganti I love you. Haha! Agak aneh, tapi romantis abisss… Dan kata-kata ini juga pada akhirnya diucapkan oleh Julie Powell untuk suaminya pada eksekusi resep ke 524! Yes! She did it!


Saya merasa film ini bukanlah sekedar film masak-memasak biasa, seperti No Reservation yang dibintangi oleh Catherin Zeta-Jones, which is terlalu banyak drama menurut saya. Baca saja tagline dalam poster film ini: Passion. Ambition. Butter.


Julie and Julia ini semacam membawa pesan terselubung bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan senang hati, pasti akan menghasilkan sesuatu. Oh, apalagi kalau pekerjaan itu memang passion kita! Jatuh bangun pun ngga bakalan bikin kapok! Setiap hari berasa ‘meledak-ledak’ terus! Entah itu untuk kepuasan diri atau berakhir menjadi sebuah manfaat buat orang lain.


Bayangkan saja, pada saat buku masakan Perancis itu terbit, ya mana pernah Julia Child bakal menyangka bahwa sebuah buku yang dia susun dengan susah payah, bakal membuat Julie Powell, yang hidup puluhan tahun berikutnya, menemukan kepercayaan diri dan bisa berteriak sepenuhnya, “yes, I’m a writer!”.


Oh iya, a cooking blog Julie ini pada akhirnya masuk dalam jajaran teratas blog salon. Noh! Betapa cewe ini kegirangan, ketika tulisannya banyak dibaca orang. Apalagi, menurut saya, gaya menulis dan mendiskripsikan makanan memang sangat unik. Dia memperlakukan makanan yang sudah dimasak selayaknya benda yang bisa bernafas.


Yah, namun sayangnya, berhembus kabar bahwa si Julia tidak menyukai apa yang dilakukan oleh Julie. Tadi saya sempet baca FAQ di IMDB tentang kenapa kok si Julia ngga suka blog Julie. Well ini pernyataan dari Julie Powell menanggapi kabar tersebut, saya copas dari IMDB:


A lot of people have been asking whether it's true that Julia Child wasn't a big fan of Julie Powell, and whether she and I really didn't meet. Both of those things are true - Julia, I think, from what I gather, was less irritated than simply uninterested. Which, when I first found out, was of course devastating. But the thing about Julia, to me, was that she was a real person - a great 6-foot-2 force of nature, with tremendous gifts, nearly limitless energy and generosity, firm opinions, and even a few flaws.


That's what I love about her - she inspired because she was a woman, not a saint. Not to say that her not loving my blog was a flaw. I just mean that the fact that she might not for whatever reason adore me as much as I adore her has absolutely no bearing on what is wonderful about her. Throughout her life, Julia nurtured and encouraged and gave great help to chefs and writers both.


And she changed my life. No matter what she - or anyone else, for that matter - thought of the project. I know why I did what I did, and I am proud that I spent a year writing and cooking in tribute to one the most wonderful women I've ever not met. I have read in several places that Julia was aware of the blog, never read it, but was told that it was full of foul language and therefore she felt that Julie was making a mockery of something Julia holds so dear. That is what I read... does not mean that it is true. Interesting question, though.


Okelah apapun itu masalahnya, saya merekomendasikan film ini untuk segera ditonton. Terutama buat Anda yang hobi galau, bingung, dan ngga jelas dalam menghadapi kemelut hidup ini #eaaaaa… This is such an inspiring movie yang ‘enak’ dan ringan buat ditonton. Yumm!!


Happy watching! Bon Appetit!



2 komentar:

  1. “You’re the butter to my bread…” #aehmatek
    *catet masukin dompet buat bahan gombalan*

    BalasHapus
  2. dan saya (iman) tidak bisa menulis travelouge sebagaus anda (putri) dan ayos... :) dan juga foto sebagus anda, dan juga video singkat dokumenter yang sentimentil

    aku suka banget akting meryl streep di film ini, berlawanan dg film-film dia yang sebelumnya, katakanlah devil's wears prada dan the hours...

    dan... dia masih sangat cantik di kramer vs kramer

    BalasHapus