Nah lho ya, ini kenapa judulnya berasa sentimentil abis? Hehe, yah sudahlah saya tidak bisa memikir kata-kata lain selain yang sudah terpampang di atas.
Alkisah, 18 Februari 2011 lalu, di atas kereta Sri Tanjung yang melaju dari Lempuyangan, saya bersama sahabat saya, Nuran Wibisono, iseng-iseng melakukan pertaruhan kecil. Ini gara-gara saya berkeluh kesah tentang ‘kebebasan’ menulis. Saya merasa tidak bisa menulis seperti dulu lagi, di mana saya bisa memasukkan ‘hahaha’ ‘hehehe’ dan segala emosi yang tercipta dalam sebuah catatan kecil untuk di-posting di sini. Beberapa bulan terakhir ini, sebenarnya saya cukup mobile kemana-mana. Biasanya sih, setelah ngapai-ngapain itu, saya selalu mencurahkan isi hati dalam sebuah tulisan. Entah itu jatuhnya bagus atau ngga. All I wanna do is making a documentation. Ya, sebenarnya sih saya tetep menulis beberapa. Tapi itu buat majalah, dan sayangnya, untuk bisa muncul di majalah saya ngga bisa sembarangan masupin berbagai emosi kan? Even cuman pengen ‘haha-hehe’. Sudah tentu dipotong sama editor. Dan parahnya lagi, saya ngga bisa mengulang menulis hal yang sama untuk versi saya sendiri.
Sementara waktu itu, Nuran mengaku bahwa tulisannya banyak yang ngga mutu. Padahal, that's so untrue, sodara-sodara. Tidak ada tulisan gombal yang tidak bisa dia kemas dalam sebuah tulisan yang cantik. Kalau kalian cewe, dan ngga kuat iman, bisa pingsan berjamaah membaca catatan-catatan cintanya. Hehe! Oiya, selain dia sudah terkenal sebagai penulis musik, saya tetap masih melihatnya sebagai bayangan sebuah roman picisan. Haha! Tak ada duanya!
Okelah berdasarkan keluh kesah kami itu, disertai bebunyian rel yang berderit (apasih!), muncul ide untuk menulis selama 30 hari penuh! Tulisan boleh aja jatuhnya ngga bagus, yang penting jadi diri sendiri, dan yang jelas tidak dihantui oleh cambuk editor, heuuu… Intinya kita bisa olah raga otak dan jari tiap hari. Waktu itu niat kami sangat mulia yaitu melatih diri untuk menghindari syndrome writer’s block.
“Mulai kapan, Ran?” tanya saya saat itu. So excited!
“Besok yo!” jawabnya.
*kriuk*
“Oke deh.” Sebenarnya sih saya bisa melakukannya sendiri, tapi mendapatkan teman yang sama-sama ‘bakal bingung mo nulis apa hari ini’ ternyata menyenangkan! Huahahaha….
Ini baru saya ketahui ketika Rina, sahabat saya yang juga menjabat sebagai pacar Nuran, bercerita tentang kegelisahan lelaki itu dikala malam menjelang siap berganti hari. Ternyata sama seperti saya, tiap jam 10 malem gitu, saya bingung banget kalau ngga nemu inspirasi apa-apa. Bahkan pernah nih, ketika seharian saya keluyuran motret, nyampe kos, saya tepar. Habis sholat Magrib, saya ketiduran, dan tiba-tiba kebangun jam 11 malem gitu karena ada bayangan Nuran melayang-layang dalam otak saya yang kira-kira ngomong gini, “Heh, kowe durung nulis opo-opo dino ikI!”
Amsyong, saya kaget dan langsung cuci muka, terus buka laptop!
Karena perjanjian ini pula, saya bela-belain bawa laptop pas harus ke Jakarta beberapa hari. Padahal saya suka males gitu ya traveling bawa laptop, mengingat ukurannya ngga sekecil netbook jaman sekarang yang cuman 10 inch. Berat, men! Tapi ya udahlah, atas nama gengsi pada diri sendiri dan pada teman saya, akhirnya saya pikul juga laptop putih itu dari Pasar Turi hingga Pasar Senen. Noh!
Melihat database dalam blog ini, terhitung saya rajin ngepost tiap hari pada minggu pertama. Lalu bolong satu, ini kejadiannya pas di Jakarta, benar-benar tidak bisa menyentuh laptop karena jadwal saya padat banget saat itu. *Ditoyor Nuran kebanyakan alesan!*
Lalu delapan tulisan berikutnya, saya posting dengan rajin setiap hari. Hingga suatu hari, saya minta izin ke Nuran buat ngga posting selama beberapa hari, karena harus dinas ke Baluran dan saya benar-benar tidak ingin membawa laptop ke hutan yang ngga ada listriknya! Waktu itu saya bilangnya, "hutang menulis yang pasti akan saya bayar."
Hingga saya pulang ke Surabaya dan nyampe kos, kamar saya ternyata KEBANJIRAN! Dan kok ya KEBETULAN laptop saya ikut main basah-basahan. Huaaaa… saya lemes bukan main. Makin lemes ketika setelah dari service centre, laptop saya dinyatakan almarhum beserta hardisk internal yang terkandung di dalamnya. Dua hari sejak itu saya linglung. Tidur masih sore, bangun masih gelap. Pagi-pagi nyari sarapan, siang makan lagi, malam ya jelas makan lagi. Kehilangan yang mendalam ini bikin saya healthy living banget.
Yang jelas hutang tulisan saya makin menggunung. Sekarang udah tanggal 28 Maret 2011, seharusnya acara 30 hari menulis itu sudah berakhir sekitar 21 Maret kemarin. Yah, saya mohon maaf kepada partner saya, karena ngga bisa menepati 30 hari itu. Untung yah, taruhan ini ngga ada embel-embelnya semacam, “Kalo ngga bisa nulis 30 hari penuh, kudu makan mie babi selama 30 hari!” Modyar guwe! Pindah agama aja sekalian!
Saya menyesal ngga bisa nulis penuh. Even my writing is just a crap. Tapi saya udah punya bayangan waktu itu, wahhh pasti bakal keren gitu kalau proyek ini berhasil. Pelajarannya adalah banyak hal yang tidak terduga yang bisa terjadi kapan saja. *Yaeyalah, Puuuttsss… Uda tau!! Ngga mutu tenan pelajaranmu!*
Namun, saya percaya dengan banyak menulis, sedikit banyak bisa menambah kekayaan diksi, membuat otak kita terlatih untuk merangkai sebuah kalimat. Semua karena terbiasa. Dan untuk membuat tulisan yang bagus, otomatis saya harus banyak membaca banyak hal. Lalu mengawinkan creativity dan knowledge di atas tuts keyboard. Ah ya, lagi-lagi ini hanya pelajaran ngawur!
So meski 30 hari itu gagal, saya masih berharap bisa blogging sepanjang hari. Menulis apa saja yang terlintas di otak saya. Ngaplot foto-foto saya yang kampungan dengan caption seadanya. Okelah, semoga kali ini saya ngga banyak cingcong…
Cheers!
Alesan!! =))
BalasHapus*digampar pake kapal tanker*
hahahaha, kita emang koplak :D aku yo sik utang akeh put, hihihi.
BalasHapustapi memang orang sibuk seperti kita itu tidak bisa dibatasi :p ayo wis, segera selesaikan hutang masing2 :D
kata orang
BalasHapus"Alas Iku Luas" ternyata
"Alas-an Lebih Luas Lagi"
hehe... :ngacir :p
owalaaaah kalian ini.. :D
BalasHapus