Agustus 2013
Matahari masih malas muncul saat saya dan keluarga
tiba di pelataran parkir Candi Gedong Songo, Kecamatan Bandungan, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah. Kami memang sengaja berangkat setelah subuh untuk
menghindari kemacetan yang mengular di musim liburan. Jarak tempuh dari pusat
kota Semarang menuju candi ini kurang lebih dari 40 km, tak sampai satu jam
berkendara. Tentu saja, kalau tidak ada acara mampir-mampir.
Candi Gedong Songo terletak di lereng gunung
Ungaran, sekitar 1200 meter di atas permukaan laut. Kebun-kebun sayur
bertebaran di kanan kiri jalan. Bunga-bunga hias pun juga tumbuh subur. Selama
perjalanan beberapa kali kami melihat petani sayur yang siap menjajakan hasil
panennya. Sawi, bawang daun, tomat nampak segar di dalam karung-karung
dagangan. Dari aplikasi smartphone,
pagi itu suhu tercatat 18 derajat. Dingin dan begitu sejuk.
Dalam bahasa Jawa, Gedong Songo berarti Sembilan
Gedung. Candi-candi Hindu di sini dahulunya berada terpisah-pisah menjadi
sembilan kompleks. Namun sekarang, wisatawan hanya bisa menikmati lima kompleks
saja, sedangkan empat kompleks lain hanya tinggal puing kenangan saja.
Dari segi ukuran, candi-candi di sini tak terlalu
besar dan lebih mirip dengan candi Arjuna di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo.
Karena kesamaan ukuran dan topografi alam itu pula banyak sumber bacaan yang menyebut
bahwa candi Gedong Songo masih bersaudara dengan candi Arjuna. Sama-sama dibangun
masa Dinasti Sanjaya, sekitar abad ke-8. Relief Dewa-Dewi di dinding batu juga
tak terlalu tampak karena dimakan usia. Meskipun demikian Candi Gedong Songo masih
memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Terutama bagi mereka yang jenuh
tersengat terik mentari di Semarang dan sekitarnya.
Dari komplek Candi Gedong pertama hingga kelima,
kami berjalan mengikuti jalan setapak yang telah disediakan dengan rapi oleh
pengelola. Candi Gedong pertama tercatat berdiri di sekitar ketinggian 1208
meter di atas permukaan laut. Semakin lama memang semakin menanjak dan menguras
tenaga, namun pengunjung dapat beristirahat di warung-warung di tengah rimbunnya
hutan pinus. Menghangatkan diri dengan segelas teh panas dan sepiring mie
rebus, sembari menikmati pemandangan kebun-kebun lombok, kubis dan sawi yang
berada di areal candi.
Candi Gedong kelima berada di area tertinggi yaitu
1300 meter di atas permukaan laut. Dari atas sini, pengunjung bisa melihat
Candi Gedong ketiga yang nampak cantik berlatar belakang hutan pinus penuh
kabut. Masing-masing kompleks candi memiliki jumlah candi yang berbeda-beda,
walaupun hanya satu hingga tiga candi saja yang masih berdiri. Misalnya pada
Candi Gedong keempat, dari puing-puing yang tersisa, seharusnya kompleks itu
terdiri atas 9 candi. Bisa dibayangkan ramainya Candi Hindu di lereng Gunung
Ungaran ini pada belasan abad lalu. Apabila dijumlah, mungkin saja terdapat
puluhan candi di kompleks Gedong Songo ini.
Tak terlalu banyak kompleks Candi di Jawa yang
lengkap dengan suguhan pemandangan alam dataran tinggi ditambah hembusan angin
sejuk seperti di Gedong Songo ini. Di antara kompleks Candi Gedong ketiga dan
keempat, pengunjung akan melewati sumber air panas belerang yang dikelola
menjadi sebuah pemandian mini. Konon, air seperti ini bisa menyembuhkan
berbagai penyakit kulit seperti jerawat dan gatal-gatal karena jamur.
Bagi yang tak kuat berjalan jauh dan menanjak, ada
opsi menggunakan jasa kuda di sini. Tarifnya tak sampai 100 ribu untuk rute
candi Gedong pertama hingga terakhir, lantas kembali lagi ke pintu masuk.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam di Candi Gedong Songo ini
boleh diacungi jempol, padahal tiket masuk wisatakan lokal hanya 7.500 rupiah
saja per orang. Taman-taman di kompleks candi sangat dirawat, begitu pula
dengan penataan areal warung dan penjaja souvenir. Untuk kuliner yang populer
di sini, pengunjung bisa menyantap Sate Kelinci dengan harga per porsi 15.000
rupiah yang bisa ditemukan pada hampir semua warung di Gedong Songo.
Tepat setelah menapaki candi tertinggi, saya dan keluarga akhirnya tergoda menikmati semangkok mie rebus yang asapnya mengepul-ngepul. Perut semakin keroncongan saat mencium aroma bumbu yang tersiram air panas. Nikmat sekali! Setelah tenaga terkumpul kembali, kami turun menuju parkiran. Rupanya, keputusan untuk berangkat
ke Gedong Songo sepagi mungkin sudah sangat tepat. Meskipun perjalanan dari
candi ke candi diliputi kabut tebal, namun hal itu malah menambah efek mistis
cagar budaya tua ini. Semakin siang, pengunjung yang datang semakin membludak.
Beberapa keluarga menyewa tikar dan asyik piknik di taman-taman candi. Untuk
sekedar memarkir pun pengunjung bermobil harus bersabar menunggu ada tempat
kosong dari mobil lain yang meninggalkan area. Maka, datang sepagi mungkin
adalah tips terbaik menuju Gedong Songo jika Anda ingin menikmati kesyahduan
pemandangan di sekitar candi. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar