Entah ini bakal menjadi minggu terberat atau tidak?
Semalam setelah pulang kontrol dari dokter kandungan, perasaan saya campur aduk karena divonis indeks ketuban saya rendah atau dalam istilah medis disebut oligohidramnion (bila indeks ketuban kurang dari 5 cm). Dari empat titik kuadran di perut, hanya terdeteksi satu kantung ketuban dengan indeks 4 cm. Tiga titik lainnya (sepertinya) kosong melompong.
Posisi kepala bayi saya tersayang juga masih belum ingin mengunci di panggul, walopun letaknya sudah oke di bawah. Dia masih floating gitu...
Karena dua kondisi tadi, dokter menyarankan agar saya segera mengambil keputusan untuk operasi cesar. Pada saat itu, saya masih bersikap biasa saja. Tenang, inhale exhale. Saya sendiri malah heran kok bisa setenang itu, mana tanpa dampingan suami pula. Mungkin ini salah satu efek belajar Hypnobirthing sedari trimester awal, bahwa bayi akan menentukan sendiri ingin dilahirkan dengan cara apa. Orang tua harus tetap tenang, ikhlas dan selalu berpikir positif dengan segala perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar rahim. Alhamdulillah, afirmasi ini bekerja dengan baik saat dokter melontarkan kata sectio cesar.
Ngga tanggung-tanggung, dokter menyarankan operasi esok hari. Lalu saya utarakan bahwa sang Ayah baru akan sampai Jember kira-kira tanggal 12 Mei. Dokter pun sedikit melunak dengan memberi kesempatan satu minggu, dengan catatan saya rajin melakukan monitoring gerakan bayi. Sedikit saja gerakan bayi terasa lemah dan perut terasa sepi, saya harus buru-buru lapor ke rumah sakit agar segera dilakukan tindakan.
Apa hubungan gerakan janin dengan ketuban kurang? Ketuban adalah salah satu media tumbuh kembang janin selama di rahim. Jumlahnya harus pas tidak kurang dan tidak berlebihan, karena masing-masing ada resikonya. Bagaimana janin bisa berkembang dengan baik, bila medianya tidak mumpuni. Istilah singkatnya demikian. Untuk lebih jelasnya tentang oligohidramnion mungkin bisa digugling sendiri ya, daripada saya salah kata dan persepsi.
Usai dari dokter, saya segera telepon suami. Kebetulan dia sedang dinas luar kota di Kupang. Minggu depan memang dia sudah ambil cuti untuk pulang ke Jawa, namun sebelumnya dia harus melewati seminggu di Kupang dan Bandung dulu untuk rapat. Rencana beberes rumah Surabaya sebelum lahiran pun batal. Mas Dian memajukan tiket kereta agar segera sampai di Jember.
Lalu apa rencana saya? Setuju operasi? Bertahan normal?
Saya serahkan sepenuhnya kepada sang bayi yang tersayang. Seminggu ini saya pusatkan beberapa usaha untuk memperbaiki posisi kepala janin agar bersedia masuk panggul dengan cara melakukan berbagai gerakan yang mendukung yang sudah dipelajari saat senam hamil. Contohnya, sujud, nungging, pelvic rocking menggunakan birthing ball dan tentu saja jalan kaki. Selain itu, saya juga berusaha menambah volume air ketuban dengan meningkatkan asupan air putih dan elektrolit yang di dapat dari air kelapa muda, juga memperbanyak buah dan sayur. Cara ini memang tidak paten dan entah teruji klinis atau tidak. Tapi, paling tidak, itulah yang saya dapatkan dari browsing sana sini untuk meningkatkan volume ketuban.
Tidak lupa juga saya lakukan pencatatan gerakan bayi yang tiap setengah jam harus minimal ada empat kali gerakan. Gerakan bayi di minggu-minggu hamil tua ini, memang saya rasakan tak sama seperti trimester lalu. Dulu, saya sampai beraduh-aduh saking sakitnya tendangan si janin. Mungkin karena rahim masih cukup luas untuk dia berekspresi ya. Sekarang, lebih kalem namun frekuensinya masih aman. Alhamdulillah.
Usaha lain yang saya lakukan dengan kontrol jantung janin dua hari sekali di bidan rumah sakit tempat rencana dilahirkan. Alhamdulillah juga, tadi diperiksa pun masih batas wajar. Masih ada yang ketinggalan? Yap, komunikasi dengan janin, agar menjadi satu tim yang kompak dalam persalinan nanti.
Saya berharap minggu ini tidak seberat yang terlihat. Hingga tulisan ini ditulis saya masih bisa tertawa, berolahraga dengan santai dan tidak bermuram durja menyalahkan keadaan. Setidaknya seminggu ini saya tahu, saya akan berusaha sebaik mungkin. Apapun yang diinginkan si bayi untuk melihat dunia. Insya Allah saya dan suami siap. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar