17 September 2013
Hingga hari ini saya selalu bersyukur nyaris tak pernah ada
mual muntah atau yang lazim disebut morning sickness itu. Mungkin adik bayi
tau, ibunya jauh dari ayahnya. Bakal repot kalo harus mual-mual sepanjang
trimester awal. Masih terlalu cepat menyimpulkan sih, tapi mudah-mudahn sisa
trimester pertama ini benar-benar tanpa mual atau muntah yang berlebihan.
Alih-alih susah makan, yang ada saya malah pingin ngembat
ini itu. Ngidam, orang bilang. Sebenarnya ini sah-sah saja, tapi namanya hamil
muda, asupan nutrisi pun harus dipikirkan. Sudah makan sayur apa hari ini?
Sudah mengasup protein kah? Bagaimana dengan buah-buahan? Sementara ngidam saya
ini kebanyakan street food atau ya makanan di mall hehe yang susah diukur kadar
gizinya. Apa yang mereka pakai di dapur pun bikin parno sendiri. Bersih atau
ngga? Pakai MSG atau ngga? Padahal sebelum hamil, saya ngga pernah mikirin
semua itu. :p
Saya tidak tahu apakah rata-rata ibu hamil newbie juga
mengalami hal yang serupa. Namun saya pernah mendengar, kehamilan pertama
memang kadang pingin serba perfect, lantas kehamilan berikutnya malah lebih
santai dan enjoy. Semoga saya masih dalam taraf wajar ya.
Suatu malam, 12 September lalu, Mas Dian terbang dari
Jakarta ke Surabaya sebelum kembali ke Waingapu. Sebelumnya dia memang sedang
menghadiri rapat selama 4 hari di daerah Ancol. Kala itu kami belum tahu apakah
saya benar-benar positif atau tidak. Modalnya hanya testpack yang bergaris dua
saja sih. Sementara jadwal ke dokter kandungan baru keesokan harinya, karena
saya sengaja menunggu si suami pulang ke Surabaya.
Sedari sore lidah saya tak henti-hentinya ingin mencecap
kwetiaw goreng Wapo di daerah Unair. Mas Dian berkata akan mengantar ke Wapo
begitu mendarat di Surabaya. Waktu itu seharusnya Mas Dian berangkat pukul
15.40 WIB namun sempat delay 20 menit. Saya masih kalem nih sembari
menghitung-hitung perjalanan Jakarta – Surabaya, lalu bandara ke rumah.
Perkiraan pukul 19.00 WIB Mas Dian sudah muncul di depan pagar. Bisa tuh
langsung ke Wapo.
Pukul 18.30 WIB tak ada kabar apakah pesawat sudah landing
atau Mas Dian sudah di dalam taksi atau belum. Biasanya saya menjemput di
terminal Purabaya, karena rute bus bandara Juanda hanya sampai terminal. Namun,
karena kami berdua yakin bahwa saya hamil, Mas Dian menyuruh saya anteng di
rumah dan tidak beperjalanan terlalu jauh dulu.
10 menit kemudian saya mulai uring-uringan. Antara kelaparan
dan merasa kasihan kalau si suami harus mengantar ke Wapo saat sudah terlalu
malam. Dia pasti capek, pikir saya. Namun justru perasaan ini malah membuat
saya makin menginginkan kwetiaw goreng yang mengepul-ngepul itu.
Smartphone saya tiba-tiba bergetar. Mas Dian mengirim pesan
lewat WhatsApp. Pesawat yang ia tumpangi rupanya delay lagi 30 menit saat semua
penumpang sudah berada di dalam kabin. Izin terbang harus antre mengingat
padatnya lalu lintas udara. Alhasil dia pun baru mendarat di Juanda hampir
pukul 7 malam.
Saya semakin sedih karena ini artinya Mas Dian akan nyampai
rumah 45-60 menit lagi sekitar pukul 8 malam. Lalu menuju ke Wapo perlu 20
menit kalau ngga macet. Kemudian pesan makanan dan mungkin akan terhidang
maksimal 30 menit setelah order. Itu jam berapa ya, sementara perut sudah
keroncongan. Saya pun membalas WhatsApp sang suami menanyakan opsi apakah kita
ke Wapo atau beli sesuatu yang dekat saja. Mas Dian tidak keberatan mengantar,
walau saya tahu dia capek banget.
Akhirnya saya memutuskan akan keluar rumah sebentar untuk
membeli martabak tak jauh dari kompleks. Dan yang luar biasa adalah saya
menangis! Air mata netes-netes deras saat saya masih berkutat dengan pesan
kepada suami. Serius, the power of ngidam ditambah hormonal seorang ibu hamil
yang naik turun, saya menangisi kwetiaw
yang tak berhasil di dapat. Mata saya memerah dan muka saya jelek banget di
cermin.
Sembari mengelus perut, saya berpikir, apakah yang pingin kwetiaw
itu kamu, Nak? Atau cuma sugesti Ibumu?
9 bulan masa kehamilan katanya sih masa yang penuh
keajaiban. Mungkin cerita ngidam tak kesampaian ini jadi salah satu hal yang
bakal membuat geleng-geleng kepala saat diingat. Anyway, besoknya Mas Dian
mengajak makan siang di Wapo. Saya pun akhirnya makan kwetiaw goreng dengan
penuh penghayatan sampai ludes.
Alhamdulillah ya :)
Wahahaha. Akhirnya menangis itu yang ajaib buk. Demi sepiring kwietaw! Semoga kehamilannya lantjar2 sadja ya..
BalasHapusmbaa put..huahaha.. :D
BalasHapusSelamat kak :) Senang nih mendengarnya. Semoga bisa dijaga dengan baik sampai nanti lahir yah :)
BalasHapusThanks, Om.. hehe
Hapus