Jumat, 11 Mei 2012

Bukan Tulisan Perjalanan atau Semacamnya

Sebulan ini saya lumayan dijejali bacaan-bacaan yang jauh dari perihal traveling. Pertama, saya memborong buku-buku tentang branding dan marketing. Bukan, bukan saya mau bikin personal branding yang gimana-gimana gitu ya, saya sih udah mentok dengan branding "Pipi Bakpau". Cuman memang saya merasa bosan ketika berkunjung ke Gramedia, selalu menyambangi rak-rak travel book atau majalah saja. Hari itu saya putuskan untuk tidak mendekat ke arena tersebut. Dan memang, akhir-akhir ini saya sedang hobi 'memperhatikan' branding orang lain yang tidak saya kenal secara langsung sih. 

Iya, iya, I'm a great stalker. :))

Kedua, sebulan lalu hampir setiap hari saya dikirimin tautan web yang membahas investasi. Awalnya saya enggan membaca, dan ngga ngerti pula apa itu reksa dana dan dana-dana lainnya. Tapi si pengirim tadi terus sabar dan keukeuh, ngebagiin ribuan link lainnya, yang mungkin lebih mudah dipahami. Pelan-pelan semua yang ia kirimkan, saya simpan lalu saya baca juga. Tulisan yang enak memang menjamin betahnya seorang pembaca. Saya nyantol di sebuah blog milik alumnus ITS yang sedang mengais rejeki di Jakarta. Saya, si freelance travel writer ini, sedikit banyak mulai (mau) memahami, bahwa manajemen keuangan pribadi itu penting. 

Dulu saya mengira, bahwa bacaan macam gini ini hanya untuk mereka yang berpenghasilan tetap. Mungkin sebagian besar memang benar, tapi setelah dicari celahnya, para freelance yang kerja serabutan pun (hehehe) bisa menerapkan manajemen keuangan dengan baik. 

Awal tahun lalu, Mbak Ririn, seorang kakak yang baik hati dan pekerja keras, yang mengaku sebagai manajer freelancer se-Kemang sudah mewanti-wanti saya untuk mulai mengatur pendapatan dan pengeluaran secara profesional. Dia bilang, "jangan pikir asuransi itu tidak penting meskipun kamu freelancer." 

Dan betul, saya tidak terlalu ngeh untuk urusan finance seperti itu. Sejak menjabat sebagai pekerja lepas pada tengah 2010, baru awal Januari 2012 saya memutuskan untuk membuat NPWP. Haha! Saya membayar pajak, karena bagaimanapun pekerjaan saya banyak menggunakan fasilitas umum. Masa saya ngga berkontribusi? Masa mau enak-enak terus? Ini diluar adanya penyelewengan pajak di Indonesia raya lho ya. Yang penting sih niat baik dulu. 

Kembali pada blog-blog manajemen keuangan tadi. Jangan bayangkan mereka hanya menuntut pembacanya untuk: nabung - asuransi - investasi - putar lagi. No! Justru itu saya suka membacanya. Karena mereka juga menyuruh kita untuk menghadiahi diri sendiri. Kalo mau beli iPad terbaru, go on! Mau beli motor, silahkan! Ngidam makan di restoran Jepang yang mahal, cepetlah capcus ke sana! 

Lucu, karena awalnya saya pikir buku atau blog macam itu, hanya menyuruhku kita untuk menabung demi hari tua. Well, itu benar tentu saja! Nah, tapi apa iya hidup cuman buat nabung di hari tua saja? Memberikan hadiah atas kerja keras sendiri juga sah hukumnya. Gara-gara artikel itu juga, akhirnya kemarin saya putuskan untuk membeli gadget baru yang mendukung pekerjaan saya. Rasanya? Lega luar biasa, karena uang yang biasanya saya gunakan untuk membeli tiket entah kemana, bisa saya alokasikan untuk hal yang bertolak belakang. Ngga tau kenapa bisa kayak gitu efeknya, hehe...

Bacaan saya belum berhenti sampai disitu. Masih ada beberapa buku tentang bisnis yang harus saya selesaikan. Hehehe... Walaupun saya ngga tau pasti untuk apa saya membeli buku ini, tapi manajemen bisnis memang beneran seru dipelajari... Hm atau mungkin karena sudah mendarah daging dalam garis keluarga saya ya? :p


Keluar dari rutinitas itu memang menyenangkan dan benar-benar menyegarkan otak! :)

2 komentar:

  1. setiap habis gajian, aku yo selalu menghadiahi diri dengan buku dan makan di restoran enak mbakpyut.

    semacam apresiasi diri sendiri agar semakin bersemangat golek duit. duit kui nggo ngopo, lak dinikmati tah? haha
    selamat memanage keuangan diri sendiri.. sebelum semakin sibuk memanage keuangan suami.. hiakakaka

    BalasHapus
  2. kin kin. sebagai suami saya... *sinyal ilang*

    BalasHapus