Ya ini sudah jelas to ya... Sebelum berencana membuat travel documentary berbentuk apapun, baik itu video, tulisan atau foto, sebaiknya kita menikmati perjalanan tersebut dulu. Entah itu pengalaman enak atau ngga enak. Entah itu pertama kalinya nginep di hotel bintang lima gratisan ataupun makan belalang goreng di pinggir jalan karena kalah taruhan. Ya simpelnya sih, gimana kita ntar mau bikin dokumentasi menarik kalau selama perjalanan kepala kita penuh dengan tumpukan laporan kerjaan yang harus disetor pada Pak Bos seusai cuti berakhir. Just enjoy your time, meet someone new, feel something new.
Nah, kalau Anda sudah menikmati perjalanan tersebut, untuk selanjutnya menyusun sebuah dokumentasi akan lebih mudah. Biasanya ada perasaan meluap-luap ingin segera blogging (buat yang punya blog) atau upload puluhan foto di fesbuk. Semua sah pemirsa! Kebetulan sih, saya sedang tertular virus yang disebarkan oleh Giri Prasetyo untuk sering-sering bikin travel video. Dan ternyata membuat dokumentasi macam ini memang bikin kecanduan. Beberapa kali saya traveling, saya tidak lupa merekam ini itu. Entah hasilnya mau diedit atau ngga, yang penting ambil dokumentasi dulu.
Saya pribadi sih merasakan candu baru ini begitu menyenangkan. Apalagi masih banyak hal yang ngga saya ketahui dan masih butuh dipelajari lebih lanjut. Saya ikutin aja tuh saran Giri untuk ikut vimeo video school. Sungguh ini bukan promosi Vimeo, tapi memang dengan mengikuti kelas online macam ini banyak hal-hal kecil yang baru saya ngeh, seperti, ternyata iMovie melayani jasa export langsung ke Vimeo selepas rendering. Hehehe… hal sepele kaya gitu tuhh saya baru tahu! Dan melalui akun twitter-nya, @giri_prasetyo sempet bilang akan membentuk vivid school regional Surabaya. Josbandos pemirsa!
Dalam sebuah kelas videografi yang dipandu oleh Bang Anto Motul (@motulz) pada event Sharing Keliling yang diadakan oleh salingsilang.com di Surabaya beberapa waktu lalu, dia mengatakan bahwa kita ngga perlu takut untuk mengambil footage sebanyak-banyaknya, meskipun kelihatannya hal-hal yang kita rekam itu ngga penting, karena dalam video dokumenter, kita berpacu dengan waktu dan originalitas momen. Tapi, dalam masa editing, kita ngga boleh serakah untuk memasukkan semua footage menjadi satu video. Ngga penting juga mikirin apakah nanti video kita akan berdurasi panjang atau sangat pendek.
EAT from Rick Mereki on Vimeo.
LEARN from Rick Mereki on Vimeo.
MOVE from Rick Mereki on Vimeo.
Coba deh liat video Eat, Learn, Move yang baru saya streaming. Dalam caption video tertulis: 3 guys, 44 days, 11 countries, 18 flights, 38 thousand miles, and exploding volcano, 2 cameras and almost a TERABYTE of footage, all to turn 3 ambitious linear concepts based on movement, learning and food…
Nah ini juga yang baru saya pelajari dari Bang Motulz dan mas Rick Mereki, bahwa kita harus pinter-pinter memilih footage untuk membuat satu konsep cerita yang ingin disampaikan. Contoh lainnya, Ferias no Brasil. Video ini membuat saya pingin sekali-kali bikin dokumentasi tentang travelmates, orang-orang yang berjalan dan bersusah-senang bersama-sama, ngga cuma merekam destinasi saja.
Ferias no Brasil from Javi Devitt on Vimeo.
Saya setuju, untuk membuat dokumentasi perjalanan, kita ngga perlu takut untuk belajar semuanya. Entah itu nulis, motret atau bikin video. Karena menurut saya pribadi sih, perjalanan akan semakin bermakna bila orang lain memahami apa yang ingin kita sampaikan. Video mungkin bisa menjadi media penyampaian yang lebih baik untuk sebagian orang yang memang tidak suka membaca tulisan perjalanan. Atau sebaliknya, perasaan si pejalan yang tertuang detil dalam sebuah tulisan mungkin akan lebih mudah diresapi penikmatnya.
Godaan pra-produksi foto dan video sebenarnya lebih banyak daripada membuat sebuah tulisan. Kita hanya butuh komputer atau minimal pena dan kertas untuk menulis. Tapi untuk menghasilkan gambar yang waw, kadang kita dibayang-bayangi oleh gear yang maha mahal. Kalau masalah ini sih balik pribadi masing-masing ya, apakah mau berkarya dulu atau mikirin alat dulu. Tapi saya juga ngga mau sok nolak kalau ada yang nyumbang kamera seharga dua motor bebek itu. :D
Menurut saya sih entah itu nulis, motret atau bikin video, semuanya rumit, semua sulit. Tapi toh ada juga orang-orang yang berhasil mengerjakan ketiganya. Tulisan menarik, foto yang nendang abis, video yang keren gila! Nah, itu artinya kan ketiga hal ini bukan tidak mungkin untuk dihasilkan secara bersamaan dalam lingkup travel documentary... At least, coba dulu deh, baru bilang ngga bisa.
Oh iya terakhir, ini saya kasih video India favorit saya di Vimeo, tentu saja bukan saya yang bikin, lah wong belum pernah kesana! Tapi saya gemes abis pengen ke India, mama...! Dan dari Mbak Ajeng @backpackernotes serta sebuah edisi majalah Saudi Aramco, saya baru tau ada travel documentary selain nulis, motret dan bikin video yaitu ngegambar!!! Yeah, kunjungi theydrawandtravel.com dan silahkan terbengong-bengong melihat warna-warni world map mereka!
:D
Bolehkan aku rewrite dan aku repost di hflb?
BalasHapusMonggo Raden Mas Ayos Purwoajey..
BalasHapuspideone keren mbakyu, spertinya skrng anda sudah jadi pengamat pimeo sejati.
BalasHapuseh yg ngegambar/sketching bbrp temen2 kuliah dulu juga udah pada ngelakuin kok, tp sekedar posting diFB sih, mreka bikin group kecil, kalo jalan2 pasti bawa buku skecth
Pideone asik2..wah virus video nya juga sudah menjalar di aku neh ha ha, Video dia atas keren banget, aku paling suka yang move, kepikiran buat kayak gitu...so Lets Write, shoot photos and create a movie. itu sudah...
BalasHapuspembunuhan terhadap otak, pikiran, jiwa, raga, dan mata iki.
BalasHapusAyo mbak, kamu pasti bisa buat video keren kayak ngono