Waw, akhirnya saya nonton film ini juga... Sempet bingung mo nonton Toy Story 3 duluan ato The A-Team, tapi berhubung Bradley Cooper dan kawan-kawan ini sepertinya ngga lama lagi akan meninggalkan studio XXI, maka saya tunda dulu nonton kartunnya.
The A-Team ini dulunya, tahun 1983 hingga 1987 gitu, pernah diserialkan hingga mencapai sembilan puluhan episode. Sebuah serial TV yang sangat berjaya pada masa itu, bercerita tentang kisah kasih empat orang mantan tentara Amerika Serikat dalam menyelamatkan dunia dari kejahatan.
Tunggu, jangan bayangkan film The A-Team, dengan tipikal film 'pistol-pistolan' lainnnya seperti S.W.A.T atau trilogy-nya Bourne yang sungguh menegangkan hingga bernafas pun rasanya susah. The A-Team memang film action, tapi karena keempat ranger itu punya tingkat kewarasan yang jauh dibawah normal, maka film ini sukses bikin saya dan temen-temen ngakak sampe kram perut dari awal hingga akhir film. Terutama ngeliat tingkah laku si pilot edan, Kapten Murdock ketika mengemudikan berbagai helikopter layaknya mainan. Dia adalah pasien rumah sakit jiwa yang sangat canggih, yang rasanya juga bikin saya rela nonton film ini dua kali, hahaa...
Tapi, kalo kalian ngga pernah liat serial TVnya, ngga perlu khawatir, saya pun begitu... Si sutradara Joe Carnahan, menampilkan profil masing-masing ranger di awal cerita, yang langsung disusul dengan cepat, aksi gila-gilaan mereka, di darat dan di udara, melawan sekelompok tentara Meksiko. Film yang ngga bertele-tele ini pada akhirnya menjadi tontonan yang menghibur setengah mati dan tidak membosankan, karena isinya ngga dar der dor melulu...
Well, andaikan yang memerankan Kolonel Hannibal Smith itu om Nicolas Cage... :)
Dear Mas Perdana Abdillah, jikalau dirimu kebetulan membaca blog ini dari bumi Nabire, maka ketahuilah, bahwa adikmu ini, the one and only, sedang menginginkan barang berwarna merah yang persis kayak gambar di atas. Teleponlah saya sesegera mungkin, dan berikan kabar gembira, plus sekarung uang... Tenkyu, en i love u, as always...
Ceritanya beberapa bulan yang lalu saya membeli sebuah kamera half frame bekas dari seorang teman di Semarang. Setelah sedikit mengalami reparasi di bagian diafragma, kamera ini akhirnya sampe juga di tangan saya dalam keadaan siap digunakan. Maka berbekal satu roll film Lucky SHD 100 BW, saya bawa si Olympus Pen EE ini jalan-jalan pagi bersama teman saya, Cece.
Karena ini kamera half frame, jika diisi dengan roll film berisi 36 shots, maka dengan ajaib akan menghasilkan 72 shots. Di sini saya hanya mampu menampilkan 4 gambar, karena kebanyakan yang lain pada overexpossure, haha... sepertinya saya salah mengeset angka diafragma. Dan entah kenapa, mungkin karena proses pencuciannya, hasil foto hitam putih ini menjadi grainy...
Sudah pernah mendengarkan Love Letter To Japan-nya The Bird and The Bee?? Lagu yang mirip soundtrack film Shaolin ini sangat menghibur dikala bete melanda. Terbukti dua temen kosan saya yang lagi ngga waras sejak pagi, sudah teracuni dengan melakukan senam kesegaran jasmani orang gila diiringi lagu ini. Sungguh tontonan yang menyegarkan sekaligus memprihatinkan.
西から東へと (Nishi kara higashi heto) あなたのところにとんできたの (anata no tokoro nitondekitano) 遠い道のりをあなたのそばにいたくて (touimishinori oh anatanosoba ni itakute) この思いをすべて (kono omoi oh subete) あなたにささげます (anata ni sasagemasu)
Kenapa es krim diciptakan menjadi hidangan yang seeebegitu tidak-membosankannya?? Siapa di dunia ini yang pertama kali membuat? Pengen saya sembah rasanya :p -noodle ice zangrandi-
Sebenernya ini bukan tontonan baru buat saya, karena reog Ponorogo dan kawan-kawan sudah biasa tampil pada acara-acara karnaval ketika saya masih di Jember. Kebetulan pagi ini, saya melewati Balai Pemuda bersama Sheila. Kami berdua baru saja dari Taman Surya, nyobain kamera bekas Olympus Pen-EE yang baru beberapa minggu lalu saya beli di Semarang. Setiap Minggu pagi, Balai Pemuda memang selalu tampak ramai dengan kegiatan kesenian seperti ini. Maka, saya pikir ngga ada salahnya mampir ketika saya meliat sekilas ada dua reog sedang menari-nari di halaman balai.
Ketika memasuki pelataran parkir Balai Pemuda, si bapak parkiran, dengan heran bertanya pada kami berdua, "Mbak, mau ngapain?"
"Nonton reog itu, Pak." Saya juga ngga kalah heran menjawabnya.
Si bapak kemudian bilang, "Lah, itu udah selesai, Mbak. Barusan. Yang ini cuman main-main."
Saya dan Cece, panggilan akrab Sheila, langsung ber-yaaaaah barengan.
"Ngga pa-pa deh, Pak. Boleh masuk ya?" ujar saya akhirnya. Si Bapak dengan baik hati mempersilahkan.
Ternyata memang sudah selesai beneran, sodara. Para penarinya pada istirahat. Hanya beberapa kru yang sepertinya spontanitas iseng pengen main reog. Alhamdulillah. Hehee... masih ada sedikit tontonan buat peserta terlambat seperti saya dan Cece.
Di akhir acara beres-beres itu, saya sempat bertanya pada mas-mas yang mukanya dicet warna-warni [haha], "mas, mau ke mana? saya tadi telat nontonnya..."
Sebenernya, saya spontan nanya ini, siapa tahu mereka mo main dimanaaaa gitu, nanti maunya saya dan Cece ikutan juga, naik truk... whahaaa... Si mas yang hobi bergaya di depan kamera ini, malah balik nanya, "em... kemana ya, Mbak? Nangdi awak dewe, Pak?"
Seorang bapak-bapak bermuka ramah gantian yang menjawab dengan super semangat, "Pulang, Mbak. Nanti tanggal 27 main lagi di sini, jam setengah sembilan, ya Mbak!"
Waoww... saya spontan mengangkat jempol pada si bapak. Dan rombongan itu melambai-lambaikan tangan pada kami berdua ketika truk ditutup. Hohooo... asik sekali sepertinya kalo saya juga ada di dalam sana bersama rombongan unik ini :D
Film Korea yang diproduksi tahun 2008 ini adalah tontonan wajib dikala bete melanda. Mo berapa kali diliat juga pasti masih ngakak-ngakak, at least itulah yang terjadi pada saya. Hahaa... tapi sungguh, percayalah! Film ini merupakan Best Korean Comedy Movie versi saya, dan sudah terbukti manjur setelah saya rekomenkan pada beberapa penggila K-movie lainnya.
Nggaaa... kali ini, yang dijual bukan pria-pria ganteng berwajah tirus bernuansa surga firdaus. Walopun harus diakui, memang itu salah satu daya tarik film Korea. Hoho. Yang main mas Cha Tae-yun,seorang aktor Korea yang dilahirkan dengan wajah ngga menarik-menarik banget, haha... tapi menurut saya sendiri, dia adalah spesialis pemeran film bergenre komedi. Saya masih inget muka konyolnya di My Sassy Girl versi the movie, ketika ketemu mbak-mbak mabok. Niatnya nolongin, tapi si mbak malah dengan senang hati muntah di kepala Tae-yun. Hihi... Apes, men.
Nah, kalo di film ini, nasibnya sangat baik [dibanding film-film Tae-yun yang lain]. Usianya 30 sekian, dan kerjaan sebagai DJ radio bisa menghidupinya secara 'berlebihan'. Apartemennya wawww... Gebetannya juga wawww... Yang ngga wawww ketika dia harus menghadapi kenyataan: 'one nite stand'-nya dulu, pas jaman SMP, ternyata menghasilkan seorang putri. Dan si cewek yang dateng dari kampung itu, juga membawa oleh-oleh buat Tae-yun, yaitu seorang cucu laki-laki. Dia menjadi seorang ayah dan kakek sekaligus, dalam satu hari :p Dua tamu dekil yang positif ber-DNA sama dengan si dije, akhirnya turut 'mewarnai' kehidupan apartemen yang menurut saya terlalu bersih dan mulus itu, dan berkali-kali sukses bikin bete si empunya.
Selain akting konyolnya Tae-yun, the adorable Wang Seok-hyun, berhasil membuat film ini menjadi tontonan yang ngga ngebosenin. Dia berperan sebagai Hwang Ki-dong, si cucu dadakan. Ini anak, sumpah, lucu setengah mati! Dia di sini suka sleepwalking, tidur sambil keliling-keliling apartemen. Akting gitu aja, ngga pake ngomong, sudah bisa bikin saya ketawa-ketiwi. :D
Overall, Speedy Scandal memiliki isi cerita yang kreatif dan ngga biasa, selain itu dukungan ketiga pemain utama yang aktingnya nguawur sekali mbanyolnya, menjadikan film ini sebuah tontonan yang sangat menghibur dan layak diputar berkali-kali :)
Mendengarkan Sheila on 7 kembali, menonton beberapa video klip saat grup band ini masih cupu, dan saya yakin saya juga ngga kalah cupu-nya pada saat lagu-lagu ini dirilis. Saya agak lupa tahun berapa, yang jelas pertama kali saya beli kaset, adalah kasetnya Sheila on 7. Hoho… saya punya dua. Yang satu dipinjem Kakak saya, dan kemudian dipinjem temannya yang lain, dan lalu dibawa ke Bogor, dan setelah itu hilang. Saya ngambek. Kakak saya, dengan berat hati, akhirnya membelikan kaset bercover ijo itu lagi.
Pada saat jaman SMP saya dulu, lagu ‘Kita’ lagi booming banget. Selain enak didenger dan liriknya simple, lagu ini menjadi opening song di sinetron remaja paling yahud saat itu, Lupus. Dulu pas jaman SD, saya bersama kakak saya punya dua koleksi bacaan: Doraemon dan Lupus. Saya ingat betul saya punya Doraemon luengkap [masih jaman dua ribu rupi’ah hehe], dan setiap saya ke Gramedia, saya selalu merengek minta dibeliin Lupus pada ibu saya. Dan tolong jangan tanya keberadaan buku-buku itu sekarang. Gone with the wind.
Kembali ke lagu ‘Kita’. Lagu ini mendadak selalu disenandungkan di acara ospek, inagurasi atau reuni pada jaman itu. Genjrengan gitar yang menjadi intronya, seakan-akan berubah menjadi mesin waktu, kalau didengarkan sekarang. Haha… Saya, berasa duduk lagi di bangku kayu cokelat, di kelas 1B, sebelahan sama Nastasia alias Pipit (hey, Upik, dimana sekarang kau, nak?), yang juga berstatus mantan temen SD saya. Ceritanya waktu masa orientasi itu, kelas 1B ini kelas yang spesial. Kenapa? Jadi dalam suatu panitia orientasi siswa baru kan selalu ada sie ini sie itu. Nah ngga tau kenapa, para koordinator sie itu pada ngumpul dan menjadi ’kakak-kakak pembimbing’ kelas 1B. Sayangnya, kelas ini ngga secemerlang yang diharapkan. Huahahahaaa... Kita selalu kalah dalam ajang lomba-lombaan. Hihi... Dan kita dimarahin habis-habisan sama ’kakak-kakak’ itu, kayaknya sih mereka malu ama bawahannya yang lebih sukses membimbing kelas lain. Hwhahaa... jangan salahkan kami, Mas, Mbak. Salahkan pembagian kepanitiaan yang aneh, dan ekspektasi kalian yang terlalu berlebihan terhadap anak-anak kecil tak berdosa ini.
Beranjak satu tahun kemudian. Saya masuk ke kelas 2C. Di sini saya punya geng. Geng ngga penting sih. Haha... Isinya saya, ndeL, Diana, dan Rere. Geng apa? Ya tentu saja yang lagi booming saat itu. Powerpuff Girls. Wuaahahhahaaa... Amazing dan saya lupa saya jadi apa. Yang jelas ndeL, jadi Mojo Jojo, atau kadang Monster Cancorang [dont ask me!]. Hahahaaa... Kasian. Kegiatan kita apa? Biasanya sih, kita ke ’c@ri-c@ri’ [nulisnya emang kayak gini]. Jamannya kita mulai kenal sama internet, dan chatting di MIRC, hehe... Ini warnet pertama yang saya kunjungi. Ngga jauh dari rumah saya, dan bisa diakses dengan mudah pake angkot apa aja dari sekolah. Waktu itu tarifnya masih 7500-an per jam. Huaa, edian. Dan saya rajin ke sini, bukan buat nyari tugas, belom jamannya itu... tapi saya punya peliharaan binatang di Neopets.com. Sampe-sampe saya kenal sama koko yang punya warnet, karena dia juga suka main game yang sama. Haha... Sekarang si warnet udah tutup, berubah menjadi toko roti.
Saya, Rere dan ndeL, adalah penggemar berat komik Detective Conan. Tiap ada seri baru, kita selalu beli. Biasanya Rere duluan yang koar-koar, karena dia langgangan majalah anime, dan tahu pergerakan dunia manga yang paling apdet. Minggu jam 9 pagi di Indosiar, saya ngga pernah absen nonton kartunnya. Di Jepang sepertinya angka pembunuhan sangat tinggi sekali, sodara-sodara... Ternyata eh ternyata, takdir membawa ndeL ke bumi Sapporo tahun 2009 lalu, ikut semacam riset di sana selama 6 bulan. Saya pernah liat di fesbuknya, dia berfoto di depan sebuah gerai toko buku di Jepang yang memajang komik bercover Shinichi Kudo. Saya dan Rere nangis berdua di messenger.
Dan kemudian, geng powerpuff girls wanna be ini, bergabung dengan geng-nya Agitha Suci... Huooo... Geng itu sangat terkenaaaaal [wkakakakaa]... saya ngga pernah mimpi masuk ke komplotan elit macam Agitha, Kiki, Decy, and Nia Oyek. :D :D :D oke, lebai. Kita gabung karena tugas. Tugas bikin drama. Judulnya Ramadhan and Juleha. Drama yang garing sebenernya, haha... yang ngga garing adalah proses pembuatannya. Berminggu-minggu, tiap pulang sekolah, gerombolan ini selalu jalan kaki menuju rumahnya Rere. Kenapa ke rumah Rere? Pertama, karena dekat dari sekolah, kedua karena masakan Mama Rere wueeeenaaaaakkk... Pertama biasanya kita disuguhin teh, kemudian kue-kue macem pizza, roti, dan lain-lain bikinan Mama Rere sendiri, terkadang makan berat dan berbagai es pun tersaji. Hoho... Tantangan terbesar latian drama di sini adalah Rocky! Anjingnya Rere. Gede, putih, melet-melet, dan beredar kemana-mana. Tapi toh karena godaan masakan catering Mama Rere terlalu berharga untuk ditolak, maka kita latihan akting en dancing [iya, nari!! Wkwk] sampai akhir di sini, ngga pernah di tempat lain. Ngga tau diri emang. :D
Kelas 3 SMP, adalah kelas Meteor Garden! Serial Taiwan ini mulai mencuri-curi perhatian remaja-remaja tanggung yang gampang dipengaruhi, termasuk saya! Huahaa... Saya lupa, hari Senin atau Minggu, yang jelas serial ini diputer jam 11 malem. Dan kami rela ngantuk-ngantuk menunggu mereka tayang. Kami ngga mau ketinggalan obrolan pagi hari. Obrolan Meteor Garden-semalam-yang-menghe
bohkan. Ngga g4o3L banget kalo ngga ngikutin :p
Di kelas ini saya duduk dengan Diana. Entah mimpi buruk apa yang menimpa kami, suatu hari di saat pelajaran Fisika, waktu itu Bu Damiyati yang mengajar, [beliau juga merangkap sebagai wali kelas ini], saya dipisahkan dari Diana. Huaaaa...
Bu Dam bilang, ”Ayo! Yang rame sendiri, saya tukar bangkunya!”
Dan kenapa oh why, saya ikut-ikutan ter-barterisasi! Saya kan ngga rame! Waktu itu saya dipindah duduk sama Alycia. Diana sama Maey. Alyc en Maey sama-sama suka ngobrol juga ternyata... Hahaaaa.... Tapi, kenapa ngga saya saja yang sama Maey. Kan saya CS-an banget sama Maey, suka nyewa komik bareng di TOP kampus, suka ke rental VCD bareng juga!! Saya agak-agak desperate-housewives gitu waktu pindah ke belakang dan duduk dengan si gadis berambut panjang ini. Saya pikir, ”gaswat, bakal ngga nyambung ngobrol sama anak ini.” Dan ternyata si Alyicia yang sekarang berprofesi sebagai host di trans 7 ini, juga berpikir yang sama.
Olala, maafkan kami Bu Dam, keputusan Ibu membuat kelas ini sunyi sepi tampaknya agak salah. Salah mencarikan pasangan tepatnya. Karena saya dan Alyc nyatanya juga suka rame dewe.
Menceritakan masa lalu kembali ternyata sangat menyenangkan. Selain untuk senam jari dan melatih memori otak, saya suka ketawa-ketiwi sendiri inget kejadian cupu jaman dulu. Tulisan ini keliatannya banyak, tapi jujur saja, ini hanya sedikit dari yang mampu saya tulis. Saya bahkan pengen nulis yang jaman SMA juga, tapi menghadapi kenyataan bahwa kudu beres-beres kamar sore ini, saya ngalah... Hehe... Nanti ajalah, pasti ada saatnya, karena saya suka bikin beginian. :)
NB: Bersenang-senanglah, karena waktu ini yang kan kita rindukan di hari nanti :) (Sebuah Kisah Klasik- So7)
Yap, saya memang punya akun di Twitter sudah lama, dan saya baru mengaktifkannya kembali baru dua hari yang lalu. Iseng. Ternyata saya sangat jarang sekali nge-tweet.
Well, bukan ini maksud ditulisnya postingan ini. Begini, beberapa bulan yang lalu saya membaca e-booknya Pandji Pragiwaksono Wongsoyudo: Nasional.is.me. Dalam salah satu chapternya yang berjudul "Dari Sebuah Ledakan Sampai Sebuah Perjalanan". Di situ Pandji menceritakan bagaimana sebuah kekuatan komunikasi di Twitter mampu mengubah persepsi dunia tentang Indonesia beberapa jam setelah terjadi bom di Ritz Carlton dan Marriot Jakarta 2009 silam. Intinya, para pengguna Twitter beramai-ramai ngetweet ato retweet hal-hal positif tentang Indonesia dengan hashtag #IndonesiaUnite. Tujuannya memang untuk merebut posisi Trending Topic, biar dunia tahu bahwa kita ngga takut teroris, dan Indonesia masih sangat pantas dikunjungi oleh wisatawan.
Dan hari ini, saya merasakan sensasinya juga. Ketika sejak kemarin sore sampai saya mengepost tulisan ini, Pandji rajin nge-tweet dengan hashtag #RemarkableIndonesia, bersama-sama dengan si Adhitya Mulya. [Saya ngga tau yang lain, karena kebetulan saya follow-nya mereka]. Saya baru tahu apa yang sedang mereka lakukan, ketika sekitar pukul satu pagi, Pandji ngetweet: hari ini kita belajar satu hal, masih banyak yang lebih pantas ditweet daripada *youknowwhat*
Lalu saya sadar... ternyataaa si mister-ada-apa-denganmu sudah berjam-jam nangkring di Trending Topic. [Sampe gosipnya, Paris Hilton sempet ngetweet: Who the hell is *si mas itu*??]
Saya ngga ada hubungan kekerabatan dengan mereka yang ada di video itu, tapi saya malu. Dan saya mungkin akan lebih malu lagi, kalo Paris Hilton beneran ngetweet kayak gitu.
INDONESIA dengan Trending Topic yang huebat sekaliii ;(
Hari ini, petang ini, saya lihat semaaaaaaakin ramai orang-orang nge-tweet dengan hashtag #RemarkableIndonesia. Berusaha menurunkan popularitas si mister Trending Topic, berusaha mengajak follower-nya untuk sama-sama nge-tweet dengan hashtag tersebut, berusaha menghindari jawaban, "dia adalah penyanyi dari band yang sangat terkenal di Indonesia yang kebetulan video mesumnya dengan beberapa artis Indonesia bocor di internet", ketika orang-orang luar negeri sana mulai sibuk nanya siapa sih si mister ini. Berusaha mengalihkan mata dunia ke hal-hal yang lebih pantas dilihat dan di-video-kan di Indonesia.
Lalu apa isinya?? Buanyaaaak yang ngepost foto obyek-obyek wisata Indonesia!! Dari Sabang sampe Merauke... Hiiii gilaaaa... Indonesia saya emang keren setengah mati setengah hidup.
Saya?? Saya pengen ikut!!! Tapi, saya ngga tau caranya ngepost foto di twitter, huahaaaha... Then muncullah tweet dari Dewi Lestari. Ngga ada foto di situ. Hanya ungkapan kerinduan akan pedesaan di Jawa Barat.
You simply inspire me, Mbak...
Kebetulan Jogja lagi rame, ada Festival Kesenian Yogkarta selama sebulan ini. Yah, saya tweet aja tentang itu. Dengan bahasa Linggis tentu saja, biar Paris Hilton ngga bingung nanya-nanya lagi :p
Semalem saya menata ulang hardis laptop saya yang berantakannya minta ampun. File foto, mp3, kuliah. Tiga itu beserta anak-cucunya yang geletakan dimana-mana. Terhitung sejak masuk kuliah profesi pertengahan 2009 lalu sepertinya kehidupan laptop ini agak semrawut! Uda overheating, tak punya baterai pula, bagaikan pasien cancer yang selama hidupnya tergantung obat, maka laptop saya tak akan menyala sedetik pun tanpa colokan listrik!
Dan karena semua itu akibat ulah saya sendiri [keranjingan nge-game The Sims, sampe batere drop!], saya berusaha berdamai dengan laptop ini. Bagaimana pun jasa-jasanya selama saya kuliah tidak bisa dibayar dengan materi saja.
Karena saya sedang menabung demi menginjakkan kaki di pasar tradisional Marrakesh [hohoho], maka saya tidak bisa menyisihkan uang jajan untuk membeli baterai laptop. Dari dulu juga ngga pernah sih sebenernya, hahaa... Yaaah saya putuskan untuk menata 'daleman'nya saja, this is the best i can do. Saya melek-melekin mata ini sampe jam tiga pagi semalam.
Dan tahu apa yang saya dapat?? Playlist winamp saya berubah total. Lupakan Belle and Sebastian, ERK, dan Alicia Keys, beserta segerombolan sontrek-sontrek film Hollywood yang selalu saya putar.
Saya mendengarkan kembali lagu-lagu yang sudah lama terkubur ini :p
Twentyfirst Night - Mungkin. *Oh, vokalisnya ganteng! :D
Ipang BIP - Sekali Lagi *Lagu keren ini menjadi soundtrack empat film pendek yang diperankan oleh para bintang iklan sabun Lux. Kebetulan lagu ini dipasang pada bagian filmnya Dian Sastrowardoyo dan si ganteng tapi udah laku, Christian Sugiono. Filmnya bagus, romantis, hooho... settingnya di kereta. FYI, yang ini benar-benar FILM! Bukan 'film bintang Lux lain' yang lagi hueboh setengah mati itu, you know what and you know who.
Dewi Lestari - Simply *You simply inspire me
Saras Dewi - Lembayung Bali *Saya sendiri belum pernah tahu bagaimana wajah si Mbak bersuara merdu ini, tapi overall, this is a very beautiful song...
Slank - Juwita Malam *Saya dengar ini setelah nonton Banyu Biru beberapa tahun yang lalu. Lagu lama yang dinyanyikan kembali oleh Slank dengan asik sekali... Yap, winamp saya sekarang hanya berisi lima lagu itu. :)
Mencontek judul album Risky Summerbee and the Honeythief, saya pengen bikin list: The Place I Wanna Go. Tempat-tempat, yang entah kapan, pake uang siapa, dan bagaimana ceritanya, akan saya kunjungi suatu hari nanti, haha... Lalu kenapa ada part one? Karena nanti pasti ada part two dan seterusnyaa... :)
The Souk in Marrakesh Ini semua gara-gara nonton Sex and The City 2!! Salah satu scene yang bikin saya ngiler setengah mati di film itu ternyata bukan baju-baju yang dipake Carrie Bradshaw and frens , karena ngga mungkin juga saya make pakaian seheboh itu hahaaa... Bisa tenggelam ntar, huehe..
Adalah sebuah Pasar! The Souk, Pasar Bumbu, begitu kata Miranda yang sangat antusias ngajakin Carrie ngubek-ngubek Abu Dhabi. Well, well, pasar ini sangat keren sekali, lorong-lorong yang sangat eksotis, penduduk lokal yang sangat Arab, hehee... dan saya suka melihat warna-warni yang ada di sepanjang jalan sempit itu. *sok sok udah pernah ke sana :p Eniwei, setelah saya gugling, ternyata eh ternyata Pasar yang ada di scene Sex and the City 2 ini ada di Marrakesh!
Seperti kata lonelyplanet.com: What you’ll be missing in Marrakesh is predictability and all sense of direction. Marrakesh is too packed with mind-boggling distractions and labyrinthine alleyways to adhere to boring linear logic.
Huhu, blusukan till nyasar is my favourite type of traveling... and someday, yah, someday... saya pasti menginjakkan kaki di pasar ini kayak anak kecil ilang :)
Córdoba- Cordova Menghadapi kenyataan bahwa bapak-ibu saya sudah pernah ke sini tahun 2000 silam, adalah yang paling sulit. Setiap saya nengok souvenir piring bergambar Masjid Cordoba di lemari deket TV di rumah, hati saya selalu teriak-teriak: kenapa dulu saya ngga diajaaak????Se pa nyol... se pa nyol...
Dan setiap saya mengulang-ulang pertanyaan itu, Ibu saya dengan baik hati pasti bilang, "nanti pake uangmu sendiri, pergi sendiri..."
oke, berhubung doa Ibu adalah yang paling manjur, so I'll be there soon or later! :)
Sedang mendengarkan tante Cyndi Lauper dengan True Colors-nya. Lagu ini menjadi closing song di sekuel Sex and The City yang baru saya tonton beberapa jam yang lalu. ... if this world makes you crazy and you've taken all you can bear you call me up because you know I'll be there your true colors are beautiful like a rainbow ...
mungkin karena akhir-akhir ini saya lagi crazy campur unwell, lagu ini cukup mengena di hati, nyindir saya yang sebenernya pengen sembuh dari penyakit gila yang ga jelas ini. I want my true colors back...
Just finished reading this book: Marmut Merah Jambu. Iya. Saya memang rajin baca novel-novelnya Raditya Dika. Awalnya dulu saya nyolong si Kambingjantan dari kamar Alis, temen kos saya, pas masih semester satu dulu. Ternyata perbuatan kriminal ini membuat saya ketagihan. Walopun pada kenyataannya, menurut saya, novel pertama adalah yang paling lucu sampai bikin perut saya kram, tapi saya tetep baca semua bukunya. Bagaimanapun, buku adalah jendela dunia, hoho... Iya, bener lho, temen saya, sebut saja Bunga, baru saja iseng membaca buku ini di kamar saya. Lalu dia bertanya, ”Absurd itu apa yah?”
Nah, bener toh, walopun buku Raditya itu ’cuman kayak begini’, tapi akhirnya temen saya bertambah ilmunya. Dia sudah tau arti kata Absurd.
Lalu, bagaimana dengan buku kelima si Marmut Merah Jambu?
Ini adalah yang paling beda.
Kenapa?
Karena Raditya Dika (katanya) sedang dimabuk asmara. Ternyata memang suasana hati sangat mempengaruhi model tulisan yah? Saya ngga berani membayangkan kalau Raditya yang sedang jatuh cinta ayang-ayangan harus menulis novel thriller. Judul Marmut Merah Jambu, yang menurut saya menggambarkan sesuatu yang imut, lucu, kiyut, tipikal orang jatuh cinta dimana semuanya akan tampak indah, akan berubah jadi Marmut Keselek Biji Duren. Horrible.
Saya punya cerita yang berkaitan dengan si Marmut ini. Begini, beberapa waktu yang lalu, saya dan dua Om saya [bukan Om sebenernya] saling berbagi note di fesbuk. Saya memprofilkan mereka, mereka juga memprofilkan saya. Lalu saya berusaha mati-matian memasukkan profil kami pada Wikipedia, tapi ditolak. Hihi... [yaaa iyalah!]
Oke, back to nature, dalam sebuah note-nya tentang saya, Om Nuran, dengan baik hati membongkar rahasia saya, seperti ini:
Dulu Putri pernah keceplosan cerita kalau dia naksir seorang eksekutif muda yang kos didepan kosan si Putri. Dasar si Putri wanita alim, dia naksir gara-gara ngeliat si eksmud ini lagi sholat. Jadi pelajaran pertama adalah, untuk membuat Putri jatuh cinta pada anda, dia harus melihat anda sholat terlebih dahulu, hahaha. Tapi ternyata Putri ditinggal kabur oleh si eksmud ini entah kemana. Mungkin gara-gara si Putri kekeuh mempraktekkan lirik When You Love Someone-nya Endah N Rhesa kalau sedang naksir cowok: “Hide and watch you from distance.” Huahahaha, ini abad 21 Puuuttttt!!!
Sip! Paragraf favorit saya. Sebenernya, saya pengen membalas dengan melakukan pembelaan. Saya siap menulis dua halaman A4, spasi satu, Calibri 8, lalu saya kirim ke Om saya yang paling tengil itu. Tapi, oh tapi, saya sudah males duluan. Males, karena saya selalu kalah berdebat. Karena tidak ada yang membela saya. Om Ayos juga pasti akan mendukung Om Nuran. Huwaaa... jadi saya hanya bisa meringkuk, sendirian di kamar, bawa-bawa pisau, lalu ngupas apel, sambil nonton infotainment.
Kemudian, saya membaca buku ini! Pada chapter 1, Raditya Dika menggambarkan pengalamannya naksir cewe ketika SMP dulu. Dia kasih judul chapter itu: Orang yang Jatuh Cinta Diam-diam. Huahaha… baru baca judulnya saja, saya langsung merasa tertohok. Hehee… Ngga deng. Saya suka, karena ternyata si Raditya Dika ngga bawa-bawa abad 21 segala, kayak kutipan note di atas.
Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya ‘menerima’. Orang yang jatuh cinta diam-diam, paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi bukan yang sesungguhnya kita butuhkan (Raditya Dika, 2010)
Kenapa saya suka ending chapter ini?? Pertama, saya jadi tambah alim, karena saya, sebagai orang yang pernah jatuh cinta diam-diam, hanya bisa ’mendoakan’. Ih, serius. Mendoakan itu susah. Susah ikhlasnya.
Kedua. Saya jadi orang yang ’menerima’. Ini penting. Karena saya dilahirkan sebagai anak manja. Dan yang diperlukan untuk anak manja, adalah sebuah pelajaran ’menerima apa adanya’. Dan yang paling krusial adalah pada akhirnya saya jadi tahu bahwa orang yang saya jatuhi cinta [oke, ini lebai, sebenernya bukan sampe Cinta Banget sih] itu, bukan yang saya butuhkan. Dan lagi saya ngga ada dorongan untuk membuatnya berubah status menjadi suatu ’kebutuhan saya’. Saya ngga kangen, dan dengan gampang melupakan kebodohan-kebodohan yang saya lakukan pas naksir si mas depan kos itu [bukan eksmud, eniwei!]
Bukan berarti saya salah atau benar. Saya hanya mengambil sisi positifnya saja. Semua buku cinta-cintaan pasti setuju, bahwa ngga ada salahnya sayang sama orang :p
Iya kaaaan, walopun diam-diam, yang penting saya ngga freak! Heheee...
Dan semalam, saya menyanyikan lagu sorak-sorak bergembira dengan gegap gempita. Kenapa? Begini ceritanya, saya dan Om Nuran ketemu di messenger, dan kita chat sampai jam 2 pagi. Saya mendapatkan satu fakta penting dari perbincangan itu.
He said, ”aku sedang mengikuti caramu. Hide and watch from the distance.”
Huahahhahaa… saya ketawa ngakak kayak nenek lampir. Saya senang luar biasa, karena ada yang kualat sama saya! Tidakkah cukup bukti, adegan kue prol tape ketinggalan di kereta gara-gara ngomongin saya, ahahhaa....
Dia lalu membela diri, “yahh... intinya sih, aku ngga begitu setuju sama hide and watch! Tapi untuk perempuan ini, terpaksa harus dilakukan cara seperti itu.”
Sepanjang apapun pembelaannya, tetep aja itu berjudul: HIDE AND WATCH!! Hihihihii... nenek lampir, part two.
Seperti yang saya alami, jatuh cinta diam-diam itu selalu membawa berkah. Lalu apa yang terjadi pada Om saya yang suka ngomong blak-blakan ngelewati lembaga sensor mulut ini?
Dia ngga flirting.
Walopun dia penasaran pada si cewe sampe setengah hidup gitu, tapi dia menahan buat ngga flirting. Waw… terdengar sangat bukan Om Nuran, hwahhaaa… Kidding!! Bagaimanapun ini patut diapresiasi, karena ini termasuk prestasi kelas tinggi.
Iya to? Jatuh cinta diam-diam itu emang ajaib… at least for me :)
NB: Semoga saya ngga dicincang Nuran abis bikin postingan ini.
Ada orang aneh. Bukan yang pake kacamata, itu temen saya, Al Sheila. Yang jilbaban, itu saya, dan sudah jelas kita berdua bukan orang aneh (i hope). Kita lagi di CCCL, abis nonton talkshow Vaincre le Paludisme, atau bahasa gampangnya Menaklukan Malaria. Trus siapa yang aneh? Iya, yang itu, yang cowo. Kenapa ada orang yang ikutan nampang di kamera orang yang ngga dikenal? Apa Mas itu ngga takut, fotonya saya masukin blog, trus saya komentarin kayak gini... Apa Mas itu ngga takut, saya 'bencongin' mukanya, terus saya aplot di fesbuk? Apakah proverb kuno sekarang sudah berubah menjadi, tak sok kenal, maka tak sayang.
Hm, eniwei, saya senang bisa mendengar kata-kata ini lagi dalam talkshow itu: larva, parasit, preventif, kuratif, promotif, blablatif... ternyata, saya bisa juga rindu kuliah farmakologi... :D
Iseng ngebuka folder foto saya beserta sub-sub foldernya yang sangat banyak, saya menemukan foto-foto editan ini... tertanda taun 2009 bulan apriL, sudah lama, jadi beberapa informasi sepertinya sudah tidak valid lagi... :)
just for refreshing my mind, eniwei... NB: saya lupa siapa yang motret, palingan ya Om Fotografer yang biasa dijajah oleh teman-teman kerennya ini :p NB lagi: ternyata saya sangat kreatif yaaah, huahhaa... huebat! *maksa