Pagi ini, sembari masih ngulet-ngulet di kasur, saya berdiskusi santai via WA dengan Mas Pras yang sedang di Ngurah Rai Airport menanti Lion Air boarding menuju Yogyakarta.
Saya: "Waktu itu Ayos nanya, selain untuk desainer, sebenernya apa sih gunanya tablet, kalau dengan smartphone kayak gini aja kita udah bisa ngapa-ngapain... Menurutmu gunanya tablet apa, Mas?"
Mas Pras: "Kalo buat kalian traveler kan cocok tuh semi laptop."
Saya: "Tapi aku belum butuh tuh, kebanyakan gadget malah ntar jalan-jalan jadi was-was. Lebih nyaman nyorat-nyoret langsung di kertas."
Mas Pras: "Ya kan tipe orang beda-beda. Kemarin pas rapat banyak yang bawa tablet buat nyatet ini itu. Lebih efisien daripada nggotong-nggotong laptop."
Saya: "Hmm... tapi aku lebih suka nyatet secara konvensional. Lebih sentimentil. Hehehe..."
Mas Pras: "Yo bedo kae, nduk... Kan ini ngomongin secara general. Atau ya mungkin buat beberapa orang, sebagai sarana buang-buang uang. :))"
Kemudian saya sarapan dan dia boarding. Iseng, saya membuka kembali beberapa note book (dalam arti sesungguhnya) yang sudah acak adul. Ketawa-ketawa sendiri membaca isi di dalamnya. Beberapa di antaranya selalu saya bawa saat bepergian. Jika sudah habis, saya beli yang lain tanpa membuang yang lama. Saya memang mendewakan kenangan rupanya. Lewat catatan kecil ini teman-teman perjalanan saya juga biasanya ikut nyorat-nyoret beberapa hal.
Ketika traveling berempat ke Pulau Sapudi bersama Nuran, Ayos, dan Nurul, hanya Ayos yang membawa catatan kecil, tak ada pula yang membawa laptop. Smartphone? Uh, jangan tanya berlebihan deh hehe... Selama di Sapudi kami bercerita di dalam catatan itu. Entah catatan itu masih ada atau sudah hilang.
Saya ngga tau, apa hal yang sama bisa saya lakukan jika kelak saya menggantikan posisi notes ini dengan tablet. Kalau ngga percaya saya ini sentimentil, ya anggaplah saya memang kere karena belum bisa beli tablet. Hehehe, boleh lah tapi kalau ada yang mau nyumbang. Lumayan, buat motret sunrise di Bromo. *Kemudian ditoyor Idham* :))
Ini digambar oleh Ayos, beberapa hari sebelum saya pergi ke Kalimantan Barat. Ada gambar Mbak Anty dan Mas Ian dengan tubuh berototnya, lalu ada Mas Pras yang naik kuda Sandelwood. Hahaha... Bagian pojok kanan luntur terkena cipratan air sungai Kapuas yang merembes ke dalam ransel ketika bersampan menuju Tanjung Lokang.
Bukan, ini bukan gear impian saya di tahun 2012. Ini lagi-lagi Ayos yang bikin, dan ya kalau kamu baca ini deh ya Yos, 2012 tinggal 2 bulan lagi, wes tuku opo kowe? :))
Nulis ini pas lagi selo di Tanjung Lokang, far far away from Dian Prasetyo :') Eniwei, tulisan tangan kalian apakah juga semakin jelek seperti saya karena lama tak menyentuh pena?
Mini notebook saya, simpel, ringkas, tanpa baterai.
Baru kali ini saya menulis tentang vegetasi, itupun gara-gara diingetin Om Brendes yang notabene seorang wildlife photographer ketika bersama-sama ke Pulau Komodo. "Jangan lupa foto vegetasi!!" semprotnya. Mulai dari itu pada perjalanan berikutnya ke Maluku dan Kalimantan, saya selalu menyempatkan untuk memotret daun-daun dan pepohonan :p
Disclaimer: Semua ini pendapat SAYA lho ya, kalau kalian pengguna tablet, ya monggo-monggo saja, piss yo! :D